Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menegaskan tidak ada perkebunan kelapa sawit di Provinsi Aceh yang merusak lingkungan seperti informasi negatif yang selama ini beredar di negara luar.
"Tidak mungkin masyarakat Aceh merusak lingkungan, karena kalau hal itu (perusakan lingkungan) dilakukan, maka minyak kelapa sawit petani Aceh tidak akan dibeli oleh negara luar," kata Nova Iriansyah saat mengunjungi kawasan pedalaman Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Senin.
Menurutnya, dampak fitnah yang dilancarkan pihak tertentu terhadap komoditas kelapa sawit di Aceh, juga telah berimbas pada turunnya harga jual minyak kelapa sawit (CPO) milik petani yang ada di daerah ini, karena ditolak oleh negara luar termasuk di kawasan negara Uni Eropa.
Ia juga menegaskan, rendahnya harga jual minyak kelapa sawit milik masyarakat terjadi akibat fitnah soal lingkungan.
Nova menambahkan, dari total luas lahan kebun kelapa sawit di Aceh mencapai lebih dari 140 ribu hektare lebih, sebanyak 51 persen kebun kelapa sawit adalah milik rakyat atau petani. Sedangkan sisanya sebanyak 49 persen, merupakan lahan perkebunan milik perusahaan atau pengusaha.
Agar harga komoditas kelapa sawit milik petani di Aceh bisa diterima dan dibeli oleh negara luar, ia mengaku baru-baru ini bersama pejabat kementerian RI, terbang ke Belanda, guna meyakinkan para investor, kalangan pengusaha, dan pemerintah di kawasan Uni Eropa tersebut bahwa kelapa sawit (CPO) dari Aceh ditanam tanpa merusak lingkungan.
Ia berharap kampanye negatif terhadap kelapa sawit yang ditanam oleh masyarakat Aceh tidak lagi terjadi, karena justru merugikan masyarakat di daerah ini karena berimbas terhada turunnya harga jual dan tidak laku di pasar internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Tidak mungkin masyarakat Aceh merusak lingkungan, karena kalau hal itu (perusakan lingkungan) dilakukan, maka minyak kelapa sawit petani Aceh tidak akan dibeli oleh negara luar," kata Nova Iriansyah saat mengunjungi kawasan pedalaman Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Senin.
Menurutnya, dampak fitnah yang dilancarkan pihak tertentu terhadap komoditas kelapa sawit di Aceh, juga telah berimbas pada turunnya harga jual minyak kelapa sawit (CPO) milik petani yang ada di daerah ini, karena ditolak oleh negara luar termasuk di kawasan negara Uni Eropa.
Ia juga menegaskan, rendahnya harga jual minyak kelapa sawit milik masyarakat terjadi akibat fitnah soal lingkungan.
Nova menambahkan, dari total luas lahan kebun kelapa sawit di Aceh mencapai lebih dari 140 ribu hektare lebih, sebanyak 51 persen kebun kelapa sawit adalah milik rakyat atau petani. Sedangkan sisanya sebanyak 49 persen, merupakan lahan perkebunan milik perusahaan atau pengusaha.
Agar harga komoditas kelapa sawit milik petani di Aceh bisa diterima dan dibeli oleh negara luar, ia mengaku baru-baru ini bersama pejabat kementerian RI, terbang ke Belanda, guna meyakinkan para investor, kalangan pengusaha, dan pemerintah di kawasan Uni Eropa tersebut bahwa kelapa sawit (CPO) dari Aceh ditanam tanpa merusak lingkungan.
Ia berharap kampanye negatif terhadap kelapa sawit yang ditanam oleh masyarakat Aceh tidak lagi terjadi, karena justru merugikan masyarakat di daerah ini karena berimbas terhada turunnya harga jual dan tidak laku di pasar internasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019