Jakarta (ANTARA) - Pertemuan dua rival politik Joko Widodo dan Prabowo Subianto dianggap sebagai contoh tradisi politik yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tokoh pemuda milenial Arief Rosyid di Jakarta, Sabtu, mengatakan pertemuan dua tokoh yang sebelumnya bersaing di Pilpres 2019 ini merupakan contoh yang sangat positif bagi perjalanan bangsa dan negara.
"Kami melihat pertemuan demi pertemuan yang dilakukan Presiden bersama tokoh bangsa, sangat positif. Ini menjadi contoh bagi kami untuk terus memupuk persaudaraan demi keutuhan bangsa," tegas Arief.
Mantan Ketua Umum HMI itu mengatakan pertemuan Presiden Jokowi, Prabowo, dan sebelumnya dengan SBY sangat penting untuk menjadi contoh bagaimana persoalan kebangsaan diselesaikan bersama-sama.
Pertemuan tersebut lanjut Arief, bisa menjadi tradisi yang bagus pemimpin negara untuk diteruskan anak muda di negara ini.
Sehingga sekat-sekat setelah pilpres, koalisi, atau oposisi dapat dilebur demi kepentingan yang lebih besar yakni persatuan Indonesia.
"Pertemuan antara Presiden dengan tokoh-tokoh bangsa yang lain merupakan tanda kenegarawanan mereka, ini menjadi tradisi yang sangat baik, bagi milenial," tambah Arief yang beberapa kali menggelar acara kolaborasi milenial paslon 01 dan paslon 02 pasca-pilpres.
Ia pun mengaku semakin bersemangat untuk menginisiasi kegiatan-kegiatan milenial demi mendukung suasana positif kebangsaan.
"Pertemuan demi pertemuan milenial yang kami gelar ternyata cukup memberi dampak yang bagus," kata Arief.
Sebelumnya, Jokowi dan Prabowo bertemu untuk membahas isu ekonomi, politik, dan juga gejolak keamanan di sebagian daerah akhir-akhir ini.
Rencana pemindahan ibukota turut dibahas dalam pertemuan tersebut. Prabowo mengaku setuju ibu kota dipindahkan ke Kalimantan Timur.
Setelah bertemu terakhir kali pada 13 Juli 2019, Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, kembali bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis sore (11/10).
Pertemuan Jokowi-Prabowo dianggap contoh tradisi politik yang baik
Sabtu, 12 Oktober 2019 10:21 WIB