Berdasarkan data yang dikutip dari laman resmi BMKG di Jakarta, Jumat, hujan diprakirakan turun dengan intensitas ringan di Jakarta, Denpasar, Serang, Bandung, Semarang, Surabaya, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, Ternate, Mataram, Manokwari, Pekanbaru, Makassar, dan Manado.
Adapun hujan sedang diprakirakan turun di Banjarmasin, Bandar Lampung, Ambon, dan Kendari, dengan kelembaban 65-100 persen.
Sedangkan cuaca cerah berpotensi terjadi di Banda Aceh dengan suhu udara berkisar 24-34 derajat Celsius dan cerah berawan berpotensi terjadi di sejumlah kota seperti Gorontalo, Jambi, Kupang, dan Palembang pada siang hari ini.
Cuaca berawan juga berpotensi terjadi di banyak tempat seperti Bengkulu, Yogyakarta, Pontianak, Palangka Raya, Samarinda, Tarakan, Jayapura, Mamuju, Padang, dan Medan.
Memasuki malam hari, cuaca berawan lebih mendominasi potensi cuaca di kota-kota besar di Indonesia seperti di Bengkulu, Yogyakarta, Jakarta, Jambi, Semarang, Banjarmasin, Palangkaraya, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, Bandar Lampung, Makassar, Kendari, Manado, Padang, Palembang, dan Medan.
Adapun cuaca cerah berawan berpotensi terjadi di Gorontalo, Samarinda, Tarakan, Mataram, dan Kupang.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta semua pihak segera berinisiatif mulai menampung air demi meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hari tanpa hujan di puncak musim kemarau yang diprakirakan pada Juli ini.
"Pemda diimbau turut memperhatikan hari tanpa hujan, yang berkaitan dengan kekeringan, untuk kekeringan ini masyarakat di tingkat RT atau RW bisa membuat tempat penampungan air yang sifatnya komunitas," kata Pl. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari.
Abdul mengatakan BNPB sudah menghibahkan mobil tangki di beberapa kabupaten untuk mengatasi kekeringan, tetapi pemda dan masyarakat diharapkan memiliki inisiatif untuk membuat tempat penampungan air komunitas yang bisa dimanfaatkan selama musim kemarau.
"Misalkan satu tempat penampungan air untuk 5-10 KK, sehingga dropping air bersih itu terpusat di tempat penampungan ini, bisa dilakukan sekali dalam 3-4 hari, dan kami imbau masyarakat juga mau tidak mau harus menghemat air," katanya.
Menurutnya, bencana kekeringan memang tidak secara signifikan menimbulkan banyak korban jiwa atau terluka, tetapi membuat masyarakat sulit beraktivitas dan dari sisi ekonomi juga dapat terdampak, karena sawah, pertanian, dan perkebunan tidak bisa produktif.
"Khusus untuk kekeringan ini, beritanya tidak terlalu terekspos karena tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi aktivitas masyarakat bisa terganggu, misalnya kekurangan air minum, air bersih untuk mandi dan cuci itu kan cukup mengganggu," ujarnya.
Sedangkan cuaca cerah berpotensi terjadi di Banda Aceh dengan suhu udara berkisar 24-34 derajat Celsius dan cerah berawan berpotensi terjadi di sejumlah kota seperti Gorontalo, Jambi, Kupang, dan Palembang pada siang hari ini.
Cuaca berawan juga berpotensi terjadi di banyak tempat seperti Bengkulu, Yogyakarta, Pontianak, Palangka Raya, Samarinda, Tarakan, Jayapura, Mamuju, Padang, dan Medan.
Memasuki malam hari, cuaca berawan lebih mendominasi potensi cuaca di kota-kota besar di Indonesia seperti di Bengkulu, Yogyakarta, Jakarta, Jambi, Semarang, Banjarmasin, Palangkaraya, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, Bandar Lampung, Makassar, Kendari, Manado, Padang, Palembang, dan Medan.
Adapun cuaca cerah berawan berpotensi terjadi di Gorontalo, Samarinda, Tarakan, Mataram, dan Kupang.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta semua pihak segera berinisiatif mulai menampung air demi meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hari tanpa hujan di puncak musim kemarau yang diprakirakan pada Juli ini.
"Pemda diimbau turut memperhatikan hari tanpa hujan, yang berkaitan dengan kekeringan, untuk kekeringan ini masyarakat di tingkat RT atau RW bisa membuat tempat penampungan air yang sifatnya komunitas," kata Pl. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari.
Abdul mengatakan BNPB sudah menghibahkan mobil tangki di beberapa kabupaten untuk mengatasi kekeringan, tetapi pemda dan masyarakat diharapkan memiliki inisiatif untuk membuat tempat penampungan air komunitas yang bisa dimanfaatkan selama musim kemarau.
"Misalkan satu tempat penampungan air untuk 5-10 KK, sehingga dropping air bersih itu terpusat di tempat penampungan ini, bisa dilakukan sekali dalam 3-4 hari, dan kami imbau masyarakat juga mau tidak mau harus menghemat air," katanya.
Menurutnya, bencana kekeringan memang tidak secara signifikan menimbulkan banyak korban jiwa atau terluka, tetapi membuat masyarakat sulit beraktivitas dan dari sisi ekonomi juga dapat terdampak, karena sawah, pertanian, dan perkebunan tidak bisa produktif.
"Khusus untuk kekeringan ini, beritanya tidak terlalu terekspos karena tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi aktivitas masyarakat bisa terganggu, misalnya kekurangan air minum, air bersih untuk mandi dan cuci itu kan cukup mengganggu," ujarnya.