Banda Aceh (ANTARA) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Aceh mengimbau masyarakat Aceh untuk mengurangi konsumsi antibiotik yang tidak tepat sasaran guna mencegah resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) yang berisiko terhadap kesehatan.
Ketua Tim Inspeksi Obat BPOM Aceh Naila, Selasa, mengatakan penggunaan antibiotik yang tidak tepat menjadi salah satu penyebab utama dari AMR.
"Konsumsi antibiotik yang berlebihan atau penghentian pengobatan sebelum waktunya dapat memperburuk risiko resistensi," katanya dalam keterangan di Banda Aceh.
Baca juga: Tren 'chlidfree' di kalangan pasangan muda, perhatikan dampaknya Ini
Hal itu disampaikan dalam dialog yang digelar BPOM Aceh bertajuk antimicrobial resistance yang perlu diketahui masyarakat. Turut menghadirkan Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh Syamsul Rizal.
Ketua Tim Bidang Informasi dan Komunikasi BPOM Aceh Endang Yuliwati menyebut pentingnya pendekatan holistik dalam pencegahan AMR, termasuk penggunaan antibiotik secara bijak, peningkatan kebersihan, praktik pertanian berkelanjutan, serta edukasi masyarakat.
"Penanganan AMR membutuhkan kerja sama multidisipliner dari berbagai sektor, seperti kesehatan manusia, kesehatan hewan, pertanian, dan lingkungan," ujarnya.
Kegiatan ini sebagai bagian dari kampanye global AMR Awareness Week 2024, yang juga menegaskan terkait komitmen BPOM Aceh dalam mengedukasi masyarakat tentang pengendalian resistensi antimikroba.
“Diharapkan dialog ini mampu mendorong kesadaran kolektif dan aksi nyata dari masyarakat Aceh untuk bersama-sama melawan ancaman resistensi antimikroba,” ujarnya.
Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh Syamsul Rizal menilai bahwa resistensi antimikroba adalah ancaman global yang menghambat pengobatan infeksi akibat mikroorganisme yang kebal terhadap obat.
"AMR terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri dan jamur mampu bertahan terhadap obat yang seharusnya efektif mengendalikan mereka, sehingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak efektif," ujarnya.
Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan-BMA bahas manfaat program