Enam tahun silam tepatnya pada 2014 Ref Irmawati (41) memilih merintis usaha pembuatan bed cover atau seprei setelah bisnis bordirnya jalan di tempat.
Perempuan lulusan SMP itu memilih banting haluan membuat bed cover usai jahitan bordirnya tak kunjung sukses mengubah perekonomian.
Kendati sebelumnya tidak memiliki pengalaman, warga RT02/RW05 Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, itu memutuskan belajar membuat bed cover dengan temannya yang tinggal di Blok B, Gadut, Kecamatan Pauh.
Dua hari belajar menjahit bed cover, tiba-tiba datang tawaran yang dengan senang hati langsung diterimanya. Karena belum punya mesin jahit ia memilih membeli secara kredit seharga Rp6 juta.
"Jadi, di situlah ceritanya saya mengkredit mesin jahit untuk membuat bed cover. Nama mesin jahitnya zigzat dengan merek Janome," ungkap Ref.
Sebelum menjadi pengusaha bed cover, ibu empat anak itu sempat lama menjahit bordir pakaian sejak 1996 sampai 2014.
Menjahit bordir pakaian ia lakoni setelah lulus SMP Negeri 23 Padang. Ketika itu ia sempat ingin melanjutkan sekolah, namun karena terkendala ekonomi keluarga, keinginannya terpaksa dikubur dalam-dalam.
Beberapa bulan setelah tamat SMP, ia mendapat informasi ada pelatihan membuat bordir pakaian di kantor lurah tempat tinggalnya.
Kemudian Ref pun ikut dan tidak sampai satu bulan mengikuti pelatihan, ia pun bekerja menjahit bordir di tempat Etek (saudara ibunya) bernama Sarilam.
"Etek saya sudah meninggal. Saya kerja sama etek empat tahun lamanya," kata Ref.
Empat tahun bekerja dengan eteknya, Ref terus mengasah kemampuannya membuat bordir pakaian sehingga dengan kematangan yang dimiliknya, Ref pun di awal tahun 2000 berupaya membuka jahitan bordir di rumahnya.
Namun saat itu karena terkendala biaya, Ref bingung untuk mewujudkan niatnya itu.
Untungnya, Ref disarankan oleh orang tuanya untuk mengajukan permohonan bantuan ke Lembaga Amil Zakat (LAZ) PT Semen Padang. Ia pun mendatangi Kantor LAZ Semen Padang yang merupakan penghimpun dan pengelola zakat karyawan/ti PT Semen Padang.
Kepada pihak LAZ, Ref pun menceritakan harapannya. Gayung bersambut, pihak LAZ Semen Padang memenuhi harapan Ref dengan meminta untuk mengajukan surat permohonan kepada LAZ. Ref pun diberikan bantuan satu unit mesin jahit bordir dari LAZ Semen Padang.
"Saya mengajukan bantuan ke LAZ Semen Padang, karena sebelumnya orang tua saya juga pernah diberikan bantuan modal usaha membuat tahu isi oleh LAZ Semen Padang. Makanya, saya datangi kantor LAZ Semen Padang. Alhamdulillah, saya pun diberi bantuan oleh LAZ Semen Padang," katanya.
Setelah bantuan didapat, Ref kemudian mulai menerima orderan. Namun sayangnya sampai medio 2014, usaha menjahit bordir tidak kunjung mengubah ekonominya.
Titik Balik
Ternyata usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kini ia sukses merintis usaha pembuatan bed cover dengan omzet hingga Rp140 juta sebulan.
Ia menceritakan usaha tersebut bisa berkembang, tidak terlepas dari kerja keras dan doa, serta dukungan suaminya bernama Arizal yang kini ikut berjibaku membantu dirinya dalam mengembangkan usaha pembuatan bed cover dengan merek dagang Lintang Sprei.
Pada awal usaha ini dimulai juga tak mulus karena begitu banyak kendala yang ditemui. Mulai dari membeli mesin jahit secara kredit hingga kesulitan pemasaran.
"Sekarang ini jumlah mesin jahit bed cover ada sembilan dengan karyawan sebanyak delapan orang," katanya.
Para karyawan ia rekrut dari keluarga dan tetangganya. Dengan delapan karyawan tersebut, Ref dalam sebulan bisa memproduksi sebanyak 200 bed cover. Jika dikonversikan dengan harga Rp700 ribu untuk satu bed cover, maka omzet sebulan mencapai Rp140 juta.
"Ini masih pendapatan kotor, belum dikurangi biaya jasa dan modal. Kalau keuntungan bersih, sekitar Rp15 juta," ujar Ref.
Awal mula memasarkan bed cover, Ref meminta bantuan suaminya Arizal yang ketika itu bekerja di peternakan ayam petelur di kawasan Koto Baru untuk ikut mencari langganan.
Dengan senang hati, suaminya pergi ke Pasar Raya Padang. Satu persatu toko penjual didatangi Arizal untuk mempromosikan bed cover buatan Ref.
"Alhamdulillah, ada satu toko yang ketika itu tertarik dan meminta suami saya untuk mensuplai kebutuhan bed cover di tokonya," kata dia.
"Dan lewat toko itulah awal kesuksesan kami dimulai. Sekarang ini ada sejumlah toko penjual bed cover di Pasar Raya Padang yang jadi langganan saya," ujarnya.
Arizal kini tidak lagi bekerja di kandang ayam petelur, tapi fokus membantu istrinya membuat dan mempromosikan bed cover ke toko-toko.
Selain beberapa toko di Pasar Raya Padang, juga ada beberapa toko langganan di luar Kota Padang yang jadi langganan istrinya, yaitu di Kota Solok, Solok Selatan, dan Pariaman.
Kemudian ia juga menyuplai kebutuhan bed cover untuk beberapa toko di luar Sumbar, seperti di Sungai Penuh, Jambi, dan Bangko.
"Sebelumnya, kami juga mensuplai kebutuhan bed cover di Dumai, tapi karena pembayaran dari toko di Dumai itu macet, makanya kerja sama kami hentikan," kata Arizal.
Sementara Kepala Pelaksana Harian UPZ Baznas Semen Padang Muhammad Arif mengaku bangga dengan kerja keras Ref Irmawati yang kini sukses dengan usaha pembuatan bed cover. Apalagi berkat kemajuan usahanya, Ref juga dapat menyerap tenaga kerja dari lingkungan tempat tinggalnya.
"Mudah-mudahan usaha Ref terus maju dan berkembang, supaya dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi Teruslah berusaha dan jangan cepat puas. Semoga usaha bed cover buatan Ref, terus mengalami peningkatan," kata Arif berpesan.
Terkait bantuan mesin jahit bordir pakaian yang diberikan kepada Ref, kata Arif, merupakan bagian dari program bidang ekonomi yang di dalamnya, terdapat sub-program pengembangan potensi dan usaha.
"Program ini sudah dimulai jauh sebelum UPZ Baznas Semen Padang ada, yaitu sejak zakat karyawan/ti PT Semen Padang masih dikelola oleh Lembaga Bazis Unit Korpri PT Semen Padang, yaitu pada tahun 1995," kata Arif.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Perempuan lulusan SMP itu memilih banting haluan membuat bed cover usai jahitan bordirnya tak kunjung sukses mengubah perekonomian.
Kendati sebelumnya tidak memiliki pengalaman, warga RT02/RW05 Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, itu memutuskan belajar membuat bed cover dengan temannya yang tinggal di Blok B, Gadut, Kecamatan Pauh.
Dua hari belajar menjahit bed cover, tiba-tiba datang tawaran yang dengan senang hati langsung diterimanya. Karena belum punya mesin jahit ia memilih membeli secara kredit seharga Rp6 juta.
"Jadi, di situlah ceritanya saya mengkredit mesin jahit untuk membuat bed cover. Nama mesin jahitnya zigzat dengan merek Janome," ungkap Ref.
Sebelum menjadi pengusaha bed cover, ibu empat anak itu sempat lama menjahit bordir pakaian sejak 1996 sampai 2014.
Menjahit bordir pakaian ia lakoni setelah lulus SMP Negeri 23 Padang. Ketika itu ia sempat ingin melanjutkan sekolah, namun karena terkendala ekonomi keluarga, keinginannya terpaksa dikubur dalam-dalam.
Beberapa bulan setelah tamat SMP, ia mendapat informasi ada pelatihan membuat bordir pakaian di kantor lurah tempat tinggalnya.
Kemudian Ref pun ikut dan tidak sampai satu bulan mengikuti pelatihan, ia pun bekerja menjahit bordir di tempat Etek (saudara ibunya) bernama Sarilam.
"Etek saya sudah meninggal. Saya kerja sama etek empat tahun lamanya," kata Ref.
Empat tahun bekerja dengan eteknya, Ref terus mengasah kemampuannya membuat bordir pakaian sehingga dengan kematangan yang dimiliknya, Ref pun di awal tahun 2000 berupaya membuka jahitan bordir di rumahnya.
Namun saat itu karena terkendala biaya, Ref bingung untuk mewujudkan niatnya itu.
Untungnya, Ref disarankan oleh orang tuanya untuk mengajukan permohonan bantuan ke Lembaga Amil Zakat (LAZ) PT Semen Padang. Ia pun mendatangi Kantor LAZ Semen Padang yang merupakan penghimpun dan pengelola zakat karyawan/ti PT Semen Padang.
Kepada pihak LAZ, Ref pun menceritakan harapannya. Gayung bersambut, pihak LAZ Semen Padang memenuhi harapan Ref dengan meminta untuk mengajukan surat permohonan kepada LAZ. Ref pun diberikan bantuan satu unit mesin jahit bordir dari LAZ Semen Padang.
"Saya mengajukan bantuan ke LAZ Semen Padang, karena sebelumnya orang tua saya juga pernah diberikan bantuan modal usaha membuat tahu isi oleh LAZ Semen Padang. Makanya, saya datangi kantor LAZ Semen Padang. Alhamdulillah, saya pun diberi bantuan oleh LAZ Semen Padang," katanya.
Setelah bantuan didapat, Ref kemudian mulai menerima orderan. Namun sayangnya sampai medio 2014, usaha menjahit bordir tidak kunjung mengubah ekonominya.
Titik Balik
Ternyata usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kini ia sukses merintis usaha pembuatan bed cover dengan omzet hingga Rp140 juta sebulan.
Ia menceritakan usaha tersebut bisa berkembang, tidak terlepas dari kerja keras dan doa, serta dukungan suaminya bernama Arizal yang kini ikut berjibaku membantu dirinya dalam mengembangkan usaha pembuatan bed cover dengan merek dagang Lintang Sprei.
Pada awal usaha ini dimulai juga tak mulus karena begitu banyak kendala yang ditemui. Mulai dari membeli mesin jahit secara kredit hingga kesulitan pemasaran.
"Sekarang ini jumlah mesin jahit bed cover ada sembilan dengan karyawan sebanyak delapan orang," katanya.
Para karyawan ia rekrut dari keluarga dan tetangganya. Dengan delapan karyawan tersebut, Ref dalam sebulan bisa memproduksi sebanyak 200 bed cover. Jika dikonversikan dengan harga Rp700 ribu untuk satu bed cover, maka omzet sebulan mencapai Rp140 juta.
"Ini masih pendapatan kotor, belum dikurangi biaya jasa dan modal. Kalau keuntungan bersih, sekitar Rp15 juta," ujar Ref.
Awal mula memasarkan bed cover, Ref meminta bantuan suaminya Arizal yang ketika itu bekerja di peternakan ayam petelur di kawasan Koto Baru untuk ikut mencari langganan.
Dengan senang hati, suaminya pergi ke Pasar Raya Padang. Satu persatu toko penjual didatangi Arizal untuk mempromosikan bed cover buatan Ref.
"Alhamdulillah, ada satu toko yang ketika itu tertarik dan meminta suami saya untuk mensuplai kebutuhan bed cover di tokonya," kata dia.
"Dan lewat toko itulah awal kesuksesan kami dimulai. Sekarang ini ada sejumlah toko penjual bed cover di Pasar Raya Padang yang jadi langganan saya," ujarnya.
Arizal kini tidak lagi bekerja di kandang ayam petelur, tapi fokus membantu istrinya membuat dan mempromosikan bed cover ke toko-toko.
Selain beberapa toko di Pasar Raya Padang, juga ada beberapa toko langganan di luar Kota Padang yang jadi langganan istrinya, yaitu di Kota Solok, Solok Selatan, dan Pariaman.
Kemudian ia juga menyuplai kebutuhan bed cover untuk beberapa toko di luar Sumbar, seperti di Sungai Penuh, Jambi, dan Bangko.
"Sebelumnya, kami juga mensuplai kebutuhan bed cover di Dumai, tapi karena pembayaran dari toko di Dumai itu macet, makanya kerja sama kami hentikan," kata Arizal.
Sementara Kepala Pelaksana Harian UPZ Baznas Semen Padang Muhammad Arif mengaku bangga dengan kerja keras Ref Irmawati yang kini sukses dengan usaha pembuatan bed cover. Apalagi berkat kemajuan usahanya, Ref juga dapat menyerap tenaga kerja dari lingkungan tempat tinggalnya.
"Mudah-mudahan usaha Ref terus maju dan berkembang, supaya dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi Teruslah berusaha dan jangan cepat puas. Semoga usaha bed cover buatan Ref, terus mengalami peningkatan," kata Arif berpesan.
Terkait bantuan mesin jahit bordir pakaian yang diberikan kepada Ref, kata Arif, merupakan bagian dari program bidang ekonomi yang di dalamnya, terdapat sub-program pengembangan potensi dan usaha.
"Program ini sudah dimulai jauh sebelum UPZ Baznas Semen Padang ada, yaitu sejak zakat karyawan/ti PT Semen Padang masih dikelola oleh Lembaga Bazis Unit Korpri PT Semen Padang, yaitu pada tahun 1995," kata Arif.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020