Seorang pria di Kota Lhokseumawe menggelar demonstrasi sendirian di depan pintu pagar bekas PT Arun sambil membentangkan alat peraga menuntut hak gajinya yang belum dibayar selama 10 bulan.
"Saya sudah empat hari datang ke sini menuntut upah kerja dari PT PBAS selaku pemilik proyek PT Mitra Agung Indonesia Infrastruktur (MITAII)," kata Nazar (53), pendemo tunggal di Lhokseumawe, Kamis.
Pria satu anak yang tinggal di Desa Hagu Barat, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe itu berdiri dengan memegang alat peraga bertuliskan "Bapak pimpinan PT PBAS tak sanggup bayar karena gaji kuli terlalu besar".
Nazar mengatakan aksi tersebut akan terus dilakukannya hingga upah sebesar Rp16,2 juta diberikan oleh pihak perusahaan.
"Dua jam saya berdiri di sini setiap harinya agar tuntutan saya dikabulkan. Tapi, sampai sekarang pihak perusahaan tidak peduli. Saya lakukan ini karena kebutuhan ekonomi keluarga," katanya.
Menurut Nazar, sebelumnya dia dan 52 pekerja PT MITAII lainnya yang bergabung dalam kelompok satu telah melakukan beberapa kali aksi demo dan juga pertemuan dengan pihak perusahaan terkait persoalan tersebut.
"Dari 53 orang tersebut, hanya tinggal saya sendiri yang belum dibayarkan gajinya. Selain itu ada juga kelompok dua sebanyak 30 yang juga belum bayar gajinya," sebutnya.
Padahal, kata Nazar, saat bekerja di perusahaan tersebut dirinya pernah mendapatkan penghargaan, namun dirinya sangat kecewa mengapa hasil keringatnya tidak diberikan.
"Saya sangat kecewa kepada perusahaan. Saya berharap gaji ini segera dibayarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan membayar utang," tutup Nazar.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Saya sudah empat hari datang ke sini menuntut upah kerja dari PT PBAS selaku pemilik proyek PT Mitra Agung Indonesia Infrastruktur (MITAII)," kata Nazar (53), pendemo tunggal di Lhokseumawe, Kamis.
Pria satu anak yang tinggal di Desa Hagu Barat, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe itu berdiri dengan memegang alat peraga bertuliskan "Bapak pimpinan PT PBAS tak sanggup bayar karena gaji kuli terlalu besar".
Nazar mengatakan aksi tersebut akan terus dilakukannya hingga upah sebesar Rp16,2 juta diberikan oleh pihak perusahaan.
"Dua jam saya berdiri di sini setiap harinya agar tuntutan saya dikabulkan. Tapi, sampai sekarang pihak perusahaan tidak peduli. Saya lakukan ini karena kebutuhan ekonomi keluarga," katanya.
Menurut Nazar, sebelumnya dia dan 52 pekerja PT MITAII lainnya yang bergabung dalam kelompok satu telah melakukan beberapa kali aksi demo dan juga pertemuan dengan pihak perusahaan terkait persoalan tersebut.
"Dari 53 orang tersebut, hanya tinggal saya sendiri yang belum dibayarkan gajinya. Selain itu ada juga kelompok dua sebanyak 30 yang juga belum bayar gajinya," sebutnya.
Padahal, kata Nazar, saat bekerja di perusahaan tersebut dirinya pernah mendapatkan penghargaan, namun dirinya sangat kecewa mengapa hasil keringatnya tidak diberikan.
"Saya sangat kecewa kepada perusahaan. Saya berharap gaji ini segera dibayarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan membayar utang," tutup Nazar.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021