Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag dan UKM) Kabupaten Aceh Tamiang menyatakan temuan kasus penimbunan 1,1 juta liter minyak goreng di Deliserdang, Sumatera Utara, berimbas pada penyaluran ke wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

“Sangat-sangat berdampak. Itu makanya toko-toko ritel di sini masuknya seminggu sekali. Seharusnya dua hari sekali masuk minyak goreng, ini hanya masuk seminggu sekali sejak ditetapkan harga oleh pemerintah,” kata Kepala Bidang Perdagangan Diskoperindag Aceh Tamiang, Erma Hastiani di Aceh Tamiang, Senin.

Erma Hastiani menyebut penyaluran minyak goreng ke Aceh Tamiang  sangat bergantung dengan pabrikan Medan, Sumatera Utara.
“Sebenarnya kita harusnya ke Banda Aceh, tapi kan kita lebih dekat ke Medan. Sementara pasokan minyak goreng selama ini langsung ke Banda,” ujarnya.

Baca juga: Diduga timbun 1, 3 juta liter minyak goreng, akhirnya produsen dipanggil Satgas Pangan

Menurut Erma Hastiani, Pemerintah Aceh pada Januari 2022 telah mensuplai 200 ton minyak goreng ke 23 kabupaten/kota. Kabupaten Aceh Tamiang mendapat jatah 300 ribu liter, namun persediaan itu hanya bertahan selama dua hari.

“Kita dapat, minyaknya sampai ke Aceh Tamiang, tapikan hanya sekejab mata. Kita ini ada 285 ribu jiwa yang harus dipenuhi kebutuhannya,” sebut Erma.

Namun ungkap Erma, disaat distributor lokal dan masyarakat Aceh Tamiang kesulitan mencari minyak goreng, justru banyak muncul penjual minyak goreng dadakan termasuk berdagang melalui media sosial.

Baca juga: Begini tips Bupati Aceh Barat Daya antisipasi kelangkaan minyak goreng

“Tapi anehnya di medsos Facebook itu banyak orang jualan minyak kemasan berbagai merk, dengan harga standar tinggi dari Rp17.500-Rp18.000 per liter. Dari statusnya di medsos itu konsumen bisa menawar bebas,” ungkapnya.

Terkait masih terjadi kelangkaan minyak goreng dalam kemasan maupun curah di daerah ini, Diskoperindag Aceh Tamiang mengaku tidak bisa melakukan intervensi. Pihaknya hanya bisa memantau dan monitoring persediaan dan harga migor.

Namun sejauh ini Diskoperindag Aceh Tamiang sudah pernah meminta ke Dirjen Kemendag dan di arahkan ke distributor dari Belawan, Sumatera Utara. Tapi masalahnya marjin (selisih harga) untuk pedagang hanya Rp 1.000 harus ambil ke Belawan dengan harga jual Rp13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana.

Baca juga: Masyarakat Aceh Jaya keluhkan kelangkaan minyak goreng

“Jadi kebayang kan harus ambil berapa banyak untuk dapat untung. Supaya tertutupi biaya transportasi, apa harus satu tronton kan, enggak mungkin,” tukasnya.

Sejumlah pelayan mini market Alfamart di wilayah Karang Baru, Aceh Tamiang mengatakan setiap masuk minyak goreng langsung habis diborong pembeli. Rak-rak minyak goreng subsidi pemerintah pun tampak kosong bahkan diisi dengan produk lain.

“Tadi masuk 10 kotak, tapi sudah habis,” kata seorang pelayan yang mengaku belum tahu kapan minyak goreng kemasan akan masuk lagi.

Sementara di Indomaret persediaan minyak goreng kemasan juga kosong. Menurut pelayan toko ritel itu pada Minggu (20/2) ada masuk sembilan kotak tapi sudah habis terjual.

“Tadi sudah masuk minyak goreng dengan dikawal oleh polisi lagi,” ujar pelayan Indomaret di seputaran Karang Baru tersebut.    

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022