Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh menerbitkan satu buku edukasi terhadap kilas balik tragedi bencana alam besar gempa bumi dan tsunami menerpa Aceh 26 Desember 2004.
Penulis buku berjudul "Gempa dan Ie Beuna Aceh Barat" H T Ahmad Dadek di Meulaboh, Rabu mengatakan buku karyanya itu akan dibagikan pada hari puncak peringatan 11 tahun gempa bumi dan tsunami Aceh 26 Desember 2015 di lokasi makam massal korban tsunami Gampong (desa) Beureugang.
"Dengan buku ini supaya masyarakat ada tempat kilas balik terutama Aceh Barat. Pada peringatan 11 tahun gempa dan tsunami Aceh akan kita bagikan 1.000 buah buku dan terus kita perbanyak," sebutnya.
Ahmad Dadek yang juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Aceh Barat ini menjelaskan, dalam bukut tersebut menjelaskan kondisi ril masyarakat Aceh Barat saat gempa bumi terjadi, kemudian rentang waktu susulan gelombang tsunami sampai masa rehab rekon.
Selain itu juga terpatri sejumlah gambar kondisi saat bencana, ditengah bencana dan pascabencana yang diabadikan melalui gambar kamera yang berhasil terekam saat kejadian menerpa kawasan itu 11 tahun silam.
Mantan kepala BPBD yang meraih juara terbaik pertama se-Indonesia ini menyampaikan, masyarakat Aceh Barat sangat membutuhkan edukasi kilas balik bencana maha dahsyat tersebut sehingga menjadi pelajaran berharga dan menjadi budaya dalam kehidupan.
"Soal mesium tsunami itu satu hal yang kita sayangkan, kita gagal mendirikan, mesium tsunami hanya ada di Banda Aceh. Padahal di Kota Meulaboh ini dibutuhkan supaya kita bisa tahu bagaiaman kilas balik, tapi kedepan kita coba berusaha agar bisalah mesium kita bangun," imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan, pascatsunami Aceh pemerintah daerah setempat terus bangkit dan mengajarkan kepada masyarakat cara-cara menghadapi bencana gempa bumi berpotensi tsunami, karena bencana alam serupa bisa terulang.
Kata Ahmad Dadek, berdasarkan penelitian dilakukan salah seorang peneliti asal Negara Amerika Serikat telah membuktikan temuannya melalui sample tanah yang menunjukan tsunami 2004 bukanlah yang pertama menerpa Aceh.
Dalam hasil penelitiannya disampaikan kepada dirinya, bahwa pada abad ke-14 pernah terjadi bencana tsunami lebih besar dari kejadian tahun 2004 dan kejadian itu hanya dalam rentang waktu berkisar 50 tahun berselang.
Karena itu menurut Ahmad Dadek, masyarakat jangan menganggap sepele terhadap peristiwa serupa dapat terulang, karena secara letak wilayah potensi tersebut masih ada dan dapat terjadi kapanpun tiba waktunya.
"Karena itu yang pentiung adalah masyarakat harus terus meningkatkan kesiap- siagaan dengan melakukan edukasi kepada masyarakat, jangan lalai membangun rumah dipingir laut dan jangan menganggap simulasi bencana itu tidak penting," tegasnya.
Pemerintah Daerah kata dia telah menyediakan fasilitas pendukung menekan resiko bencana diterima masyarakat, mulai dari jalur evakuasi, gedung tempat evakuasi sementara dan menyediakan alat alarm peringatan dini tsunami.
Selain itu dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) juga terus dilakukan dengan mempersiapkan semua komponen mulai dari tingkat sekolah tanguh bencana, desa tanguh bencana dan pengenalan terhadap pra bencana serta penanganan pascabencana.
Dari instansi terkait BPBD juga diharapkan terus memaksimalkan upaya pembelajaran pengurangan resiko bencana melalui simulasi dan penyuluhan-penyuluhan kepada semua komponen sehingga masyarakat Aceh siap menghadapi bencana serupa.
"Masyarakat jangan berpikir tsunami akan datang 600 tahun tahun lagi, karena itu bisa terjadi kapanpun, potensi itu ada, cuma yang pentiung itu adalah masyarakat harus terus meningkatkan kesiap-siagaan," katanya menambahkan.
Penulis buku berjudul "Gempa dan Ie Beuna Aceh Barat" H T Ahmad Dadek di Meulaboh, Rabu mengatakan buku karyanya itu akan dibagikan pada hari puncak peringatan 11 tahun gempa bumi dan tsunami Aceh 26 Desember 2015 di lokasi makam massal korban tsunami Gampong (desa) Beureugang.
"Dengan buku ini supaya masyarakat ada tempat kilas balik terutama Aceh Barat. Pada peringatan 11 tahun gempa dan tsunami Aceh akan kita bagikan 1.000 buah buku dan terus kita perbanyak," sebutnya.
Ahmad Dadek yang juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Aceh Barat ini menjelaskan, dalam bukut tersebut menjelaskan kondisi ril masyarakat Aceh Barat saat gempa bumi terjadi, kemudian rentang waktu susulan gelombang tsunami sampai masa rehab rekon.
Selain itu juga terpatri sejumlah gambar kondisi saat bencana, ditengah bencana dan pascabencana yang diabadikan melalui gambar kamera yang berhasil terekam saat kejadian menerpa kawasan itu 11 tahun silam.
Mantan kepala BPBD yang meraih juara terbaik pertama se-Indonesia ini menyampaikan, masyarakat Aceh Barat sangat membutuhkan edukasi kilas balik bencana maha dahsyat tersebut sehingga menjadi pelajaran berharga dan menjadi budaya dalam kehidupan.
"Soal mesium tsunami itu satu hal yang kita sayangkan, kita gagal mendirikan, mesium tsunami hanya ada di Banda Aceh. Padahal di Kota Meulaboh ini dibutuhkan supaya kita bisa tahu bagaiaman kilas balik, tapi kedepan kita coba berusaha agar bisalah mesium kita bangun," imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan, pascatsunami Aceh pemerintah daerah setempat terus bangkit dan mengajarkan kepada masyarakat cara-cara menghadapi bencana gempa bumi berpotensi tsunami, karena bencana alam serupa bisa terulang.
Kata Ahmad Dadek, berdasarkan penelitian dilakukan salah seorang peneliti asal Negara Amerika Serikat telah membuktikan temuannya melalui sample tanah yang menunjukan tsunami 2004 bukanlah yang pertama menerpa Aceh.
Dalam hasil penelitiannya disampaikan kepada dirinya, bahwa pada abad ke-14 pernah terjadi bencana tsunami lebih besar dari kejadian tahun 2004 dan kejadian itu hanya dalam rentang waktu berkisar 50 tahun berselang.
Karena itu menurut Ahmad Dadek, masyarakat jangan menganggap sepele terhadap peristiwa serupa dapat terulang, karena secara letak wilayah potensi tersebut masih ada dan dapat terjadi kapanpun tiba waktunya.
"Karena itu yang pentiung adalah masyarakat harus terus meningkatkan kesiap- siagaan dengan melakukan edukasi kepada masyarakat, jangan lalai membangun rumah dipingir laut dan jangan menganggap simulasi bencana itu tidak penting," tegasnya.
Pemerintah Daerah kata dia telah menyediakan fasilitas pendukung menekan resiko bencana diterima masyarakat, mulai dari jalur evakuasi, gedung tempat evakuasi sementara dan menyediakan alat alarm peringatan dini tsunami.
Selain itu dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) juga terus dilakukan dengan mempersiapkan semua komponen mulai dari tingkat sekolah tanguh bencana, desa tanguh bencana dan pengenalan terhadap pra bencana serta penanganan pascabencana.
Dari instansi terkait BPBD juga diharapkan terus memaksimalkan upaya pembelajaran pengurangan resiko bencana melalui simulasi dan penyuluhan-penyuluhan kepada semua komponen sehingga masyarakat Aceh siap menghadapi bencana serupa.
"Masyarakat jangan berpikir tsunami akan datang 600 tahun tahun lagi, karena itu bisa terjadi kapanpun, potensi itu ada, cuma yang pentiung itu adalah masyarakat harus terus meningkatkan kesiap-siagaan," katanya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015