Pakar Ekonomi dari Universitas Syiah Kuala (USK) Dr Muhammad Nasir menyebut Pemerintah Aceh perlu meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura sebagai salah satu upaya untuk menekan tingginya angka inflasi di Tanah Rencong.

"Kalau produksi lumayan melimpah maka angka inflasi bisa sedikit ditekan," kata Muhammad Nasir di Banda Aceh, Kamis.

Seperti diketahui inflasi Aceh sebesar 6,97 persen secara tahunan merupakan inflasi nomor 5 tertinggi di Indonesia.

Baca juga: Aceh berhasil produksi 902 ribu ton gabah sepanjang tahun

Sebab itu, Nasir mengatakan pemerintah kabupaten/kota harus melakukan pemetaan kembali komoditas tertinggi penyumbang inflasi, sekaligus mendukung dengan upaya peningkatan produksi bahan pangan sebagai prioritas.

Menurut Nasir, Aceh masih memiliki banyak lahan pertanian kosong. Setiap daerah perlu memanfaatkan lahan menganggur itu untuk menanam tanaman pangan yang memiliki masa tanam tidak lama, sebagai langka antisipasi inflasi.

Baca juga: Melalui RTA, ISMI wujudkan panen padi petani di Aceh Barat capai 8,4 ton/ha

“Terutama produksi tanaman pangan, hortikultura, bawang merah, cabai merah, maka dinas terkait harus lebih fokus meningkatkan sisi produksi pertanian sehingga bisa diantisipasi,” katanya.

Begitu juga dengan sektor peternakan, kata dia, untuk menyuplai ketersediaan telur ayam ras di Aceh, dalam upaya menekan harga telur yang saat ini sedang tinggi yakni Rp53.000 per tray isi 30 butir.

Biasanya, komoditas bersifat substitusi seperti telur, apabila terjadi kenaikan harga maka akan mendorong perubahan harga pada produk lain. Kalau harga telur ayam mahal maka harga telur bebek, telur puyuh dan komoditas lain juga ikut naik.

Baca juga: Tanaman padi di Aceh Tamiang diserang hama walang sangit, ini yang dilakukan petani

“Sekarang ada kenaikan harga telur ayam sehingga bisa diantisipasi dengan produksi ternak ayam kita yang perlu kita tingkatkan,” katanya.

Selain itu, Bank Indonesia, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, hingga Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga perlu melakukan pengawasan pasar secara berkelanjutan agar usaha di pasar tetap berlangsung kompetitif, tidak mengarah pada monopoli.

“Tidak ke arah penimbunan barang, sehingga perlu pengawasan yang terus menerus. Kalau produksi banyak dan di pasar terjadi penimbunan maka akan terjadi juga kenaikan harga,” katanya.
 

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022