Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bireuen, Aceh, menyebutkan banjir yang merendam puluhan desa yang tersebar di empat kecamatan daerah itu sudah surut, dan warga yang sempat mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing.
Kepala Pelaksana BPBD Bireuen Afwadi, Senin, mengatakan banjir yang meliputi Kecamatan Jeunieb, Pandrah, Peulimbang dan Samalanga itu disebabkan oleh luapan aliran sungai, yang dipicu curah hujan tinggi di wilayah itu.
“Kondisi dari kemarin tidak ada lagi banjirnya, sudah surut. Durasi waktu banjir kita cuma satu hari, hari Jumat. Hari Sabtu sudah normal, masyarakat sudah kembali semua ke rumah,” katanya saat dihubungi dari Banda Aceh.
Baca: Korban banjir di Bireuen diberikan bantuan masa panik
Menurut Afwadi, banjir pada Kamis (25/1) lalu, hanya bertahan satu hari. Dalam peristiwa itu membuat seribuan masyarakat mengungsi ke meunasah (mushala) dan mendirikan dapur umum.
“Titik pengungsi tidak ada lagi. Itu pun yang mengungsi karena masyarakat saat itu tidak bisa memasak di rumah sehingga dibuka dapur umum pada Jumat (26/1), tapi Sabtu besoknya, tidak ada lagi,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Bireuen termasuk salah satu daerah yang sangat berpotensi terjadi banjir akibat hujan tinggi. Baik curah hujan di hilir maupun di daerah hulu, seperti di wilayah Aceh bagian tengah.
Baca: Banjir rendam 52 desa di Bireuen, 1199 warga mengungsi
Ada beberapa daerah aliran sungai di kabupaten itu yang berpotensi menyebabkan banjir luapan ke pemukiman penduduk saat hujan intensitas tinggi seperti sungai Batee Iliek, sungai Pandrah, sungai Jeunieb, sungai Krueng Peusangan, dan sungai Krueng Leubu.
Namun, lanjut dia, wilayah Bireuen ini diuntungkan dengan topografi, dan umumnya daerah pemukiman berada di daerah pesisir, sehingga ketika terjadi banjir luapan sungai, maka debit air cepat surut.
“Bisa jadi pagi banjir dengan ketinggian air sekitar 80 centimeter hingga 1 meter, mungkin siangnya sudah tidak ada lagi, cepat surut. Jadi memang disini tidak ada jangka waktu banjir sampai dua hari atau lebih, itu jarang sekali,” ujarnya.
Baca: Pemprov Aceh salurkan bantuan masa panik bagi korban banjir Pidie
BPBD Bireuen mengimbau masyarakat daerah itu untuk selalu mewaspadai potensi bencana banjir yang dipicu hujan tinggi.
Apalagi Aceh sudah memasuki musim peralihan musim, dan BMKG juga memprediksikan wilayah Tanah Rencong itu masih diguyur hujan beberapa hari ke depan, di tengah musim peralihan.
Sebelumnya diberitakan, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melaporkan banjir yang dipicu curah hujan tinggi merendam pemukiman warga tersebar 52 desa di Kabupaten Bireuen, sehingga menyebabkan 1.199 jiwa warga mengungsi.
Baca: BMKG perkirakan Aceh masih diguyur hujan, imbau warga waspada banjir
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
Kepala Pelaksana BPBD Bireuen Afwadi, Senin, mengatakan banjir yang meliputi Kecamatan Jeunieb, Pandrah, Peulimbang dan Samalanga itu disebabkan oleh luapan aliran sungai, yang dipicu curah hujan tinggi di wilayah itu.
“Kondisi dari kemarin tidak ada lagi banjirnya, sudah surut. Durasi waktu banjir kita cuma satu hari, hari Jumat. Hari Sabtu sudah normal, masyarakat sudah kembali semua ke rumah,” katanya saat dihubungi dari Banda Aceh.
Baca: Korban banjir di Bireuen diberikan bantuan masa panik
Menurut Afwadi, banjir pada Kamis (25/1) lalu, hanya bertahan satu hari. Dalam peristiwa itu membuat seribuan masyarakat mengungsi ke meunasah (mushala) dan mendirikan dapur umum.
“Titik pengungsi tidak ada lagi. Itu pun yang mengungsi karena masyarakat saat itu tidak bisa memasak di rumah sehingga dibuka dapur umum pada Jumat (26/1), tapi Sabtu besoknya, tidak ada lagi,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Bireuen termasuk salah satu daerah yang sangat berpotensi terjadi banjir akibat hujan tinggi. Baik curah hujan di hilir maupun di daerah hulu, seperti di wilayah Aceh bagian tengah.
Baca: Banjir rendam 52 desa di Bireuen, 1199 warga mengungsi
Ada beberapa daerah aliran sungai di kabupaten itu yang berpotensi menyebabkan banjir luapan ke pemukiman penduduk saat hujan intensitas tinggi seperti sungai Batee Iliek, sungai Pandrah, sungai Jeunieb, sungai Krueng Peusangan, dan sungai Krueng Leubu.
Namun, lanjut dia, wilayah Bireuen ini diuntungkan dengan topografi, dan umumnya daerah pemukiman berada di daerah pesisir, sehingga ketika terjadi banjir luapan sungai, maka debit air cepat surut.
“Bisa jadi pagi banjir dengan ketinggian air sekitar 80 centimeter hingga 1 meter, mungkin siangnya sudah tidak ada lagi, cepat surut. Jadi memang disini tidak ada jangka waktu banjir sampai dua hari atau lebih, itu jarang sekali,” ujarnya.
Baca: Pemprov Aceh salurkan bantuan masa panik bagi korban banjir Pidie
BPBD Bireuen mengimbau masyarakat daerah itu untuk selalu mewaspadai potensi bencana banjir yang dipicu hujan tinggi.
Apalagi Aceh sudah memasuki musim peralihan musim, dan BMKG juga memprediksikan wilayah Tanah Rencong itu masih diguyur hujan beberapa hari ke depan, di tengah musim peralihan.
Sebelumnya diberitakan, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melaporkan banjir yang dipicu curah hujan tinggi merendam pemukiman warga tersebar 52 desa di Kabupaten Bireuen, sehingga menyebabkan 1.199 jiwa warga mengungsi.
Baca: BMKG perkirakan Aceh masih diguyur hujan, imbau warga waspada banjir
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024