Politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil meminta kepada pemerintah Aceh bersama DPRA dan DPR RI memikirkan revitalisasi infrastruktur sungai di Aceh Tamiang dan sungai daerah lain agar musibah banjir tidak terulang.

"Tanpa ada solusi yang permanen jangan harap peristiwa ini (banjir) tidak terulang," kata Nasir Djamil dalam keterangan tertulis, Minggu.

Anggota DPR RI itu juga mendesak kepada Pemprov Aceh agar memberikan kompensasi kerugian terhadap warga korban banjir, baik yang rumahnya rusak ataupun hilangnya harta benda mereka.

Baca juga: Tanggul sungai jebol, 2.066 warga Aceh Tamiang mengungsi akibat banjir

"Lakukan recovery (pemulihan) secepatnya, penggolongan korban ringan, sedang dan berat sehingga didapat data yang valid," ujarnya.

Nasir Djamil menambahkan agar bencana banjir hari ini dihadapi bersama-sama saling menjaga ego dan emosi, dan terpenting pemerintah pikirkan solusi permanen mengatasi bencana banjir yang menghampiri setiap tahun.

Bantuan terus mengalir

Sementara itu, politisi PKS di DPRK Aceh Tamiang Jayanti Sari melakukan aksi turun ke jalan bagi-bagi sembako kepada korban banjir Seruway. Bantuan logistik diangkut pakai becak barang langsung didistribusikan ke rumah-rumah warga yang masih terendam banjir.

"Bantuan tanggap darurat bencana ini merupakan titipan Ustaz Nasir Djamil bagi korban banjir Kecamatan Seruway. Bantuan yang kami salurkan berupa beras, mi instan, telur dan paket sembako lainnya," katanya.

Jayanti pun sepakat dengan pernyataan Nasir Djamil mendesak Pemprov Aceh beri kompensasi kepada korban banjir terutama di Aceh Tamiang. Pasalnya titik terparah banjir di Seruway merupakan pusat transaksi jual beli masyarakat dengan perputaran uang terbesar kedua setelah Kota Kuala Simpang. Namun selama banjir rerjadi dampaknya membuat roda perekonomian lumpuh total.

"Banjir di Pekan Seruway telah melumpuhkan sendi-sendi perekonomian masyarakat kecil, menengah maupun atas. Sebab segala aktivitas perniagaan terhenti, tidak ada transaksi antar pedagang dan pembeli jadi layak korban bajir mendapatkan kompensasi," sebutnya.

Baca juga: Anggota dewan antar satu truk bantuan logistik korban banjir Aceh Tamiang

Anggota dewan asal Seruway ini mengisahkan, banjir di ibu kota Seruway kali ini merupakan peristiwa terbesar kedua dalam sejarah banjir di Aceh Tamiang. Dulu, ulas dia, pada 1996 Pekan Seruway pernah dilanda banjir besar akibat sungai Aceh Tamiang meluap dengan ketinggian air sedada orang dewasa.

Artinya setelah 28 tahun banjir skala besar kembali terulang hanya gegara tanggul jebol saja. Sementara banjir pada 1996 itu murni akibat faktor alam.

"Banjir tahun 2024 ini saya tidak menduga bisa se dahsyat ini. Sumber masalahnya satu, hanya di tanggul. Kalau tanggul sungai kokoh mungkin Seruway paling aman dari banjir. Ini menjadi PR kita bersama," ujar Jayanti Sari yang mengaku juga menjadi korban banjir.

Berdasarkan rekap data bencana alam banjir BPBD Aceh Tamiang sumber per kecamatan pada Sabtu 19 Oktober 2024 pukul 22.00 WIB, banjir sudah berangsur surut hanya tersisa di dua desa yakni Muka Sei Kuruk dan Lubuk Damar. Sementara jumlah pengungsi tinggal 30 jiwa warga Desa Muka Sei Kuruk.


Baca juga: BPBD kebut perbaikan tanggul sungai jebol di Aceh Tamiang
 

Pewarta: Dede Harison

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024