Di pusat Kota Banda Aceh, terdapat sebuah bangunan ikonik bernama Gunongan yang menyimpan jejak sejarah cinta Sultan Iskandar Muda kepada permaisurinya, Putri Kamaliah yang juga dikenal sebagai Putroe Phang.
Gunongan yang dibangun pada abad ke-17, menjadi simbol kekuatan cinta dan penghargaan sang sultan kepada istrinya, sekaligus mencerminkan kemegahan arsitektur Kesultanan Aceh pada masa itu.
Seorang pamong budaya ahli muda, Adhi, mengatakan, "Gunongan dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda menikahi Putri Kamaliah, putri asal Kerajaan Pahang, Malaya. Sang permaisuri yang merindukan kampung halamannya, yang dikenal dengan lanskap perbukitan, sehingga sultan memerintahkan membangun gunongan untuk menghibur Si Permaisuri yang rindu akan kampung halamannya.”
Baca juga: Komunitas pesepeda Aceh Tamiang survei trek objek wisata Tamsar 27
Bangunan Gunongan memiliki desain yang khas, terinspirasi oleh pemandangan perbukitan yang menjadi simbol kampung halaman bagi Putroe Phang. Struktur ini menyerupai deretan bukit kecil yang bertingkat, dengan tinggi sekitar sembilan meter dan terdiri dari tiga tingkat, di puncaknya terdapat bentuk mahkota.
Secara keseluruhan, bentuk Gunongan mencerminkan pegunungan, memungkinkan sang permaisuri untuk merasa lebih dekat dengan suasana tanah kelahirannya. Di bagian tengah bangunan, terdapat ruang kosong yang konon digunakan oleh Putroe Phang untuk bersantai.
Gunongan merupakan bagian dari kompleks yang lebih luas, yang dulunya merupakan bagian dari taman istana. Saat ini, di kompleks ini hanya tersisa empat bangunan, yakni Gunongan, Leusong (lesung batu yang terletak di sisi tenggara Gunongan), Kandang Baginda yang merupakan pemakaman keluarga Sultan Aceh, serta Pintu Khop, sebuah gerbang berbentuk kubah yang dulunya menghadap ke istana dan menghubungkan taman dengan alun-alun istana.
Keberadaan Gunongan ini mengingatkan kita pada masa kejayaan Kesultanan Aceh. Bangunan ini tidak hanya melambangkan cinta, tetapi juga mencerminkan nilai inklusivitas budaya dalam Kesultanan Aceh yang menghargai keberagaman budaya.
Baca juga: Alasan Wisatawan Malaysia ke Aceh: Ingin nikmati rasa kopi langsung di warkop
Sultan Iskandar Muda berhasil menggabungkan kekayaan budaya Aceh dan Pahang melalui simbol-simbol arsitektur yang terdapat pada Gunongan.
Gunongan kini diubah menjadi sebuah situs wisata sejarah oleh pemerintah. Namun, pada tahun ini Gunongan sedang dalam masa revitalisasi.
“Saat ini Taman Gunongan sedang tahap revitalisasi yang diharapkan akan dibuka kembali untuk publik di tahun 2025," kata Adhi.
Lokasi Gunongan ini terletak di pusat kota Banda Aceh tepatnya berada di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Letaknya juga tak jauh dari Mesjid Raya Baiturrahman yang merupakan landmark Kota Banda Aceh.
Gunongan menjadi salah satu simbol warisan yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya nusantara.
Baca juga: Pemkab Aceh Selatan prioritaskan peningkatan kapasitas SDM pariwisata
Baca juga: Pariwisata ramah lingkungan paling diminati di 2024, begini penjelasan pakar UGM
Penulis: Salsabila, mahasiswa Komunikasi USK Banda Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
Gunongan yang dibangun pada abad ke-17, menjadi simbol kekuatan cinta dan penghargaan sang sultan kepada istrinya, sekaligus mencerminkan kemegahan arsitektur Kesultanan Aceh pada masa itu.
Seorang pamong budaya ahli muda, Adhi, mengatakan, "Gunongan dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda menikahi Putri Kamaliah, putri asal Kerajaan Pahang, Malaya. Sang permaisuri yang merindukan kampung halamannya, yang dikenal dengan lanskap perbukitan, sehingga sultan memerintahkan membangun gunongan untuk menghibur Si Permaisuri yang rindu akan kampung halamannya.”
Baca juga: Komunitas pesepeda Aceh Tamiang survei trek objek wisata Tamsar 27
Bangunan Gunongan memiliki desain yang khas, terinspirasi oleh pemandangan perbukitan yang menjadi simbol kampung halaman bagi Putroe Phang. Struktur ini menyerupai deretan bukit kecil yang bertingkat, dengan tinggi sekitar sembilan meter dan terdiri dari tiga tingkat, di puncaknya terdapat bentuk mahkota.
Secara keseluruhan, bentuk Gunongan mencerminkan pegunungan, memungkinkan sang permaisuri untuk merasa lebih dekat dengan suasana tanah kelahirannya. Di bagian tengah bangunan, terdapat ruang kosong yang konon digunakan oleh Putroe Phang untuk bersantai.
Gunongan merupakan bagian dari kompleks yang lebih luas, yang dulunya merupakan bagian dari taman istana. Saat ini, di kompleks ini hanya tersisa empat bangunan, yakni Gunongan, Leusong (lesung batu yang terletak di sisi tenggara Gunongan), Kandang Baginda yang merupakan pemakaman keluarga Sultan Aceh, serta Pintu Khop, sebuah gerbang berbentuk kubah yang dulunya menghadap ke istana dan menghubungkan taman dengan alun-alun istana.
Keberadaan Gunongan ini mengingatkan kita pada masa kejayaan Kesultanan Aceh. Bangunan ini tidak hanya melambangkan cinta, tetapi juga mencerminkan nilai inklusivitas budaya dalam Kesultanan Aceh yang menghargai keberagaman budaya.
Baca juga: Alasan Wisatawan Malaysia ke Aceh: Ingin nikmati rasa kopi langsung di warkop
Sultan Iskandar Muda berhasil menggabungkan kekayaan budaya Aceh dan Pahang melalui simbol-simbol arsitektur yang terdapat pada Gunongan.
Gunongan kini diubah menjadi sebuah situs wisata sejarah oleh pemerintah. Namun, pada tahun ini Gunongan sedang dalam masa revitalisasi.
“Saat ini Taman Gunongan sedang tahap revitalisasi yang diharapkan akan dibuka kembali untuk publik di tahun 2025," kata Adhi.
Lokasi Gunongan ini terletak di pusat kota Banda Aceh tepatnya berada di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Letaknya juga tak jauh dari Mesjid Raya Baiturrahman yang merupakan landmark Kota Banda Aceh.
Gunongan menjadi salah satu simbol warisan yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya nusantara.
Baca juga: Pemkab Aceh Selatan prioritaskan peningkatan kapasitas SDM pariwisata
Baca juga: Pariwisata ramah lingkungan paling diminati di 2024, begini penjelasan pakar UGM
Penulis: Salsabila, mahasiswa Komunikasi USK Banda Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024