LSM Katahati Institute, Forum Konservasi Leuser (FKL), dan Leuser Coffee berharap bantuan kemanusiaan untuk korban bencana banjir dan longsor Aceh dapat dipercepat dan diprioritaskan ke sejumlah daerah yang masih terisolir.

“Kami menerima laporan dari masyarakat di dataran tinggi Aceh yang hingga kini masih terisolasi tanpa suplai logistik memadai. Bantuan harus diprioritaskan untuk wilayah yang tidak bisa ditembus jalur darat. Situasi ini tidak dapat menunggu,” kata Perwakilan Katahati Institute, Raihal Fajri, di Banda Aceh, Senin.

Menurutnya, penanganan perlu difokuskan pada daerah-daerah yang terisolir atau terputus dari akses darat dan komunikasi, mengingat ribuan warga di lokasi tersebut menghadapi keterbatasan pangan, air bersih, layanan kesehatan, dan dukungan logistik.

Dirinya menyebutkan, adapun wilayah terisolir yang menjadi Prioritas mendesak berdasarkan pemantauan lapangan serta laporan dari masyarakat dan jejaring relawan yakni Samar Kilang, Syiah Utama dan Pintu Rime Kabupaten Bener Meriah.

Kemudian, Linge Kabupaten Aceh Tengah, Langkahan, Leubok Pusaka Kabupaten Aceh Utara, lalu wilayah Sah Raja dan Lokop Aceh Timur. Selanjutnya Kuta Lintang Aceh Tamiang serta    Ketambe, Aceh Tenggara.

Sebagian besar wilayah tersebut tidak dapat diakses melalui jalur darat akibat longsor besar, jalan amblas, dan jembatan utama yang putus. Kondisi ini membuat penyaluran bantuan hanya dapat dilakukan melalui jalur udara, dengan intensitas yang masih sangat terbatas.

"Selain itu, sejumlah titik mengalami putusnya jaringan komunikasi, membuat koordinasi bantuan dan evakuasi semakin sulit," ujarnya.

Disisi lain, lanjut Raihal, pihaknya saat ini juga sedang menyalurkan bantuan ke sejumlah titik terisolir tersebut lewat jalur udara via Lanud SIM melalui Medan Sumatera Utara. Bantuan yang kita salurkan berupa beras, minyak goreng, susu, air bersih, dan mie instan.

Sementara itu, Perwakilan Forum Konservasi Leuser (FKL), Ibnu menyampaikan, kerusakan akses dan alam di sekitar kawasan Leuser memperparah kondisi banjir dan longsor. 

"Pemulihan akses dan distribusi bantuan ke titik-titik terisolir merupakan hal paling mendesak,” katanya.

Karena itu, mereka meminta semua pihak mempercepat distribusi bantuan udara (helikopter, pesawat, atau drone logistik) secara terjadwal dan berulang untuk memastikan suplai kebutuhan dasar tercukupi.

Memulihkan akses darat secara bertahap, dengan pengerahan alat berat tambahan di titik-titik longsor besar. Mengaktifkan kembali komunikasi darurat, termasuk telekomunikasi berbasis satelit, untuk memastikan alur informasi tetap berjalan.

Lalu, meningkatkan koordinasi lintas lembaga, baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, lembaga kemanusiaan, sektor swasta, dan masyarakat adat, untuk mempercepat penanganan.

Serta, memberikan perhatian khusus pada kelompok rentan, seperti anak-anak, lansia, perempuan, dan penyandang disabilitas.

"Kita harap semua pihak baik pemerintah, lembaga kemanusiaan, akademisi, perusahaan, dan masyarakat umum untuk mengutamakan wilayah terisolir sebagai fokus penanganan dalam fase tanggap darurat ini," demikian Ibnu.

Baca juga: Update Bencana Aceh, Komdigi bantu 20 perangkat starlink

Pewarta: Rahmat Fajri

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2025