Calang (Antaranews Aceh) - Akibat belum selesainya pembangunan jembatan penyeberangan di Desa Ranto Panyang, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, sejumlah petani terpaksa menyeberangi sungai menggunakan bekas Pipa PDAM.

Informasi yang diterima Antara, Selasa, Jembatan Bailey penghubung antar desa dan perkebunan masyarakat tersebut mulai dibangun pada tahun 2016 dan 2017, namun hingga kini belum selesai karena masih ada satu sisi lagi yang belum ada anggaran.

M Nadum (22), salah seorang petani menyampaikan dirinya bersama adik-adiknya terpaksa menyeberangi pipa air tersebut karena jembatan yang dibangun beberapa tahun lalu belum selesai.

Ia juga menyampaikan, beberapa bulan lalu ponakannya sempat jatuh saat menyeberangi sungai tersebut hingga membuat kakinya terkilir.

"Di seberang ramai petani di sana, ada yang tanam padi, sawit, jagung dan tanaman lainnya," tutur Nadum.

Ali Munir selaku Geusyik (kades) Desa Ranto Panyang saat dihubungi Antara menuturkan, pihaknya sangat berharap jembatan tersebut dapat diselesaikan secepat mungkin sehingga akses menuju ke desa tetangga dan ke kebun lancar.

"Saat ini akses hanya melalui pipa air tersebut bahkan ada yang sempat jatuh saat menyeberang, karena licin," ujar dia.

Ia menambahkan, untuk jalan terobosan saat ini sudah tembus sampai keperbatasan Lhok Bot, Kecamatan Setia Bakti dan juga tembus ke Desa Padang Datar dan saat ini hanya menunggu siap jembatan yang hanya tinggal satu sisi lagi belum siap untuk aksesnya.

"Dengan adanya jembatan tersebut perekonomian masyarakat akan meningkat,  apalagi saat ini tanah masyarakat  banyak di seberang,  karena tidak ada jembatan banyak dari masyarakat yang menyewa tanah orang untuk menanam padi," ungkapnya.

Sementara itu, Heri Etika, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Aceh Jaya menyampaikan untuk tahun 2019 tidak masuk dana untuk pembangunan Jembatan Bailey di Desa Ranto Panyang tersebut.

"Untuk tahun ini tidak keluar dana pembangunan lanjutan jembatan Ranto Panyang," katanya.

Ia menyatakan, jembatan tersebut dibangun pertama pada tahun 2016 dan dilanjutkan pada tahun 2017 dengan anggaran pertahun lebih kurang Rp2,8 miliar dengan menggunakan anggaran otsus.

Heri menyampaikan, pihaknya setiap tahun ada menaikkan usulan ke Pemerintah Provinsi namun hingga kini belum terealisasi.

"Tahun depan kita naikkan lagi karena setiap tahun ada kita usulkan," tutur Heri.

Pewarta: Arif Hidayat

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019