Banda Aceh (ANTARA) - Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Provinsi Aceh menyatakan bahwa anemia pada ibu yang sedang menyusui bisa mempengaruhi kualitas ASI (air susu ibu) yang diberikan kepada anak sehingga berpotensi terjadinya risiko stunting.
Ketua Persagi Aceh Junaidi, di Banda Aceh, Rabu, mengatakan bahwa anemia juga bisa terjadi pada ibu menyusui. Kemudian, hal yang paling dikhawatirkan adalah jika anemia tersebut masih terjadi ketika seorang ibu mulai menyusui anaknya.
"Kalau ibu mengalami anemia saat menyusui, maka itu akan sangat mempengaruhi kualitas ASI yang diberikan kepada anaknya," kata Junaidi.
Junaidi menjelaskan, ASI pada ibu tersebut sumbernya berasal dari makanan yang dikonsumsi. Kalau kemudian kondisi zat gizi dari asupannya si ibu kurang dan juga mengalami anemia, maka itu sangat mempengaruhi kualitasnya.
"Maka dari situ lah akan dapat memperparah kualitas ASI yang diberikan kepada anak, serta mempengaruhi jumlah volume ASI yang diberikannya," ujarnya.
Jika kondisi itu terjadi, kata Junaidi, bisa menyebabkan anak yang dilahirkan tersebut nantinya tidak memiliki asupan zat gizi cukup dari ASI yang diberikan ibunya.
Kemudian, ketika ASI yang dikonsumsi anak tidak berkualitas atau volumenya kurang, maka cenderung mengalami sakit hingga selanjutnya beresiko terjadinya stunting akibat kekurangan gizi.
"Apalagi kalau misalnya si ibu menyusui tersebut juga mengalami penyakit tertentu. Hal itu justru tidak boleh memberikan ASI kepada anaknya," katanya.
Dalam kesempatan ini, Junaidi mengingatkan bahwa pencegahan anemia tersebut sangat baik dilakukan sejak awal tahapan kehidupan. Mulai dari seorang perempuan berusia remaja 12 tahun.
Remaja-remaja putri berumur 12 tahun, lanjut dia, itu harus benar-benar dipantau secara baik bahkan mengintervensinya. Supaya nantinya dia tidak menjadi remaja-remaja putri yang mengalami anemia.
"Sehingga ketika saatnya nanti dia berumah tangga dia menjadi wanita usia subur atau ibu yang memang sehat. Sehingga akan melahirkan anak-anak sehat," demikian Junaidi.