Banda Aceh (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Aceh menjadi simbol ketangguhan di Indonesia dalam menghadapi bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan, lantaran memiliki sejarah besar terkait bencana terutama tsunami pada 2004 silam yang berdampak global.
“Pengalaman (bencana tsunami, red) ini menjadikan Aceh sebagai simbol ketangguhan dalam menghadapi bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat lokal maupun nasional,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam sambutan yang dibacakan Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi saat apel kesiapsiagaan dan gelar pasukan dalam rangka peringatan bulan pengurangan risiko bencana (PRB) tahun 2024 di Gedung Balai Meseuraya Aceh, Banda Aceh.
Baca juga: BNPB gelar peringatan bulan PRB di Aceh pada momentum 20 tahun tsunami
Pada kesempatan itu, ia berpesan agar semua unsur untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi dampak ancaman hidrometeorologi sesuai dengan informasi peringatan dini yang disampaikan BMKG.
“Kita berkumpul ini dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi musim hujan dan potensi gempa bumi serta tsunami yang dapat terjadi kapan saja,” ujarnya.
Menurutnya, musim penghujan yang akan segera datang sering kali membawa dampak bencana seperti banjir, tanah longsor, dan berbagai dampak lainnya.
Kemudian, lanjut dia, BNPB juga meminta semua pihak untuk selalu waspada terhadap potensi gempa bumi yang bisa terjadi tanpa peringatan serta dapat mengakibatkan tsunami.
Oleh karena itu, kewaspadaan dan kesiapsiagaan merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam upaya pengurangan risiko bencana.
“Kita harus memahami bahwa bencana bisa terjadi kapan saja, dan persiapan kita hari ini bisa menyelamatkan banyak nyawa,” ujarnya.
Kepala BNPB menghimbau pemerintah daerah, instansi terkait serta seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif dalam menghadapi bencana, mulai dari pengecekan kembali kesiapan logistik peralatan, alat-alat peringatan dini maupun sistem komunikasi kebencanaan.
Memastikan tempat-tempat evakuasi, bangunan tempat evakuasi sementara atau tempat evakuasi akhir serta jalur evakuasi dapat digunakan dan mudah diakses.
Kemudian, lanjut dia, adanya peningkatan pelaksanaan edukasi, sosialisasi dan literasi kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap risiko gempa bumi dan tsunami.
Sekaligus pengecekan ketersediaan papan informasi, rambu-rambu serta arah evakuasi yang memadai, dan juga melakukan koordinasi kesiapsiagaan mekanisme kedaruratan atau penanggulangan bencana dengan unsur daerah.
“Serta simulasi rencana kontinjensi menghadapi ancaman bencana dengan melibatkan seluruh stakeholder setempat,” ujarnya.
Baca juga: Ratusan keluarga di Padang Pariaman terpaksa mengungsi ke masjid akibat longsor