Banda Aceh (ANTARA) - Aceh Islamic Nature School (AINS) menawarkan pendekatan pembelajaran unik dengan sistem sekolah alam yang mengintegrasikan alam ke dalam setiap aktivitas belajar-mengajar.
"Sistem ini bertujuan mengasah kreativitas anak sejak dini sekaligus menanamkan nilai akhlak," kata Kepala Sekolah AINS, Vega Septegronika, di Banda Aceh, Rabu.
Berlokasi di Jalan Jurong Dagang, Gampong Pango Deah, Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, sekolah ini mengadopsi kurikulum khas bernama akar alam, dikombinasikan dengan Kurikulum Merdeka.
Berbeda dari sekolah konvensional, AINS yang berada di bawah naungan Yayasan Abdullah Amin ini merupakan sekolah alam pertama di Aceh yang tidak menggunakan buku cetak sebagai sumber utama pembelajaran.
Sebagai gantinya, kata Vega, siswa diajak belajar langsung dari lingkungan sekitar, seperti menghitung dengan batu atau pohon, menanam di kebun, hingga membuat karya dari bahan daur ulang.
"Setiap pelajaran, baik itu Matematika maupun Bahasa Indonesia, selalu dikaitkan dengan pengenalan terhadap ciptaan Tuhan. Misalnya, ketika siswa belajar menghitung pohon, mereka juga diajarkan bahwa pohon adalah ciptaan Allah," ujarnya.
Dengan sistem ini, AINS tetap memastikan capaian pembelajaran siswa setara dengan sekolah lain sehingga mereka tidak mengalami kesulitan saat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Selain itu, lanjut dia, AINS juga menerapkan konsep belajar berbasis pengalaman. Siswa dilatih berdagang melalui bazar, magang di berbagai mitra usaha lokal, hingga mengelola hasil kebun sekolah.
"Dari kegiatan ini, mereka belajar pembukuan, perhitungan laba, serta keterampilan sosial yang bermanfaat di masa depan," katanya.
Vega menjelaskan, sejak didirikan pada 2016, AINS tetap mempertahankan ciri khas metode sekolah alam, seperti tidak menggunakan meja dan kursi di kelas.
Saat ini, sekolah ini memiliki 60 siswa mulai dari tingkat TK hingga SD kelas 1-6, dengan setiap kelas diisi maksimal 12 siswa. Jumlah pelajar yang terbatas ini bertujuan memberikan perhatian penuh dalam proses belajar.
Konsep ini telah mendapat tanggapan positif dari para orang tua. Salah seorang wali siswa, Yuhlidar, membagikan pengalamannya mengenai perubahan anaknya setelah bersekolah di AINS.
"Waktu di sekolah negeri, dia untuk sekolahnya ada kendala. Jadi saya lanjut ke sini, menurut saya dia cocok. Di sini sekolahnya tidak monoton untuk kursus belajar. Tapi dia diajarkan anak-anak itu bisa mandiri," katanya.
Dirinya mengakui bahwa terjadi perubahan signifikan sikap positif kepada anaknya sejak bersekolah di AINS.
"Anak saya ini sebenarnya manja, tapi selama sekolah di sini dia sudah bisa mandiri. Kalau dulu bangunnya malas, sekarang sudah oke. Di sini anaknya tidak ditekan, mereka dikasih kebebasan dalam batas tertentu, tapi tetap dipantau hasilnya," ujarnya.
Tak hanya itu, konsep pengajaran kewirausahaan di AINS juga dinilai menjadi keunggulan. Anak-anak sudah diajarkan berdagang dan berwirausaha sejak dini.
"Menurut saya ini bagus karena mengajarkan anak-anak untuk tidak hanya bergantung pada pekerjaan sebagai pegawai, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri," kata Yuhlidar.
Dengan metode pembelajaran berbasis alam dan praktik langsung ini, AINS berhasil menawarkan alternatif pendidikan yang tidak hanya fokus pada akademis, tetapi juga pembentukan karakter, kreativitas, dan kemandirian siswa.