Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Aceh menyatakan provinsi ujung barat Indonesia tersebut merupakan daerah paling toleran antarumat beragama.
"Aceh sangat toleran, sangat damai rukun. Nonmuslim yang minoritas di Aceh aman dan nyaman beribadah," kata Ketua FKUB Aceh Nasir Zalba di Banda Aceh, Kamis.
Didampingi Sekretaris FKUB Aceh Juniazi, mantan Kepala Badan Kesatuan dan Politik Provinsi Aceh itu menyebutkan pihaknya terus berupaya meningkatkan toleransi antarumat beragama.
Menurut Nasir Zalba, kendati Aceh provinsi paling toleran, toleransi antarumat beragama tersebut harus terus ditingkatkan. Sebab, ancaman intoleransi tersebut tetap ada.
"Seperti konflik umat beragama di Aceh Singkil. Konflik ini sudah ada sejak 1979 dan mencuat lagi pada 2015. Konflik tersebut tidak pernah tuntas diselesaikan," kata Nasir Zalba.
Nasir Zalba menyebutkan akar permasalahan konflik antarumat beragama Aceh Singkil karena rumah ibadah. Di mana jumlah rumah ibadah tidak proporsional dengan populasi umat.
"FKUB terus berupaya membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan kerukunan umat beragama. Sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam, maka yang minoritas menghargai mayoritas. Begitu juga mayoritas, melindungi minoritas," kata Nasir Zalba.
Terkait adanya survei menyebutkan Aceh daerah tidak toleran antarumat beragama, Nasir Zalba malah meminta bukti yang menyebutkan Aceh intoleransi.
"Mana buktinya. Tidak tolerannya di mana. Nonmuslim dengan nyaman beribadah termasuk merayakan hari raya mereka. Toleransi antarumat beragama tersebut harus terus dijaga," kata Nasir Zalba.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
"Aceh sangat toleran, sangat damai rukun. Nonmuslim yang minoritas di Aceh aman dan nyaman beribadah," kata Ketua FKUB Aceh Nasir Zalba di Banda Aceh, Kamis.
Didampingi Sekretaris FKUB Aceh Juniazi, mantan Kepala Badan Kesatuan dan Politik Provinsi Aceh itu menyebutkan pihaknya terus berupaya meningkatkan toleransi antarumat beragama.
Menurut Nasir Zalba, kendati Aceh provinsi paling toleran, toleransi antarumat beragama tersebut harus terus ditingkatkan. Sebab, ancaman intoleransi tersebut tetap ada.
"Seperti konflik umat beragama di Aceh Singkil. Konflik ini sudah ada sejak 1979 dan mencuat lagi pada 2015. Konflik tersebut tidak pernah tuntas diselesaikan," kata Nasir Zalba.
Nasir Zalba menyebutkan akar permasalahan konflik antarumat beragama Aceh Singkil karena rumah ibadah. Di mana jumlah rumah ibadah tidak proporsional dengan populasi umat.
"FKUB terus berupaya membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan kerukunan umat beragama. Sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam, maka yang minoritas menghargai mayoritas. Begitu juga mayoritas, melindungi minoritas," kata Nasir Zalba.
Terkait adanya survei menyebutkan Aceh daerah tidak toleran antarumat beragama, Nasir Zalba malah meminta bukti yang menyebutkan Aceh intoleransi.
"Mana buktinya. Tidak tolerannya di mana. Nonmuslim dengan nyaman beribadah termasuk merayakan hari raya mereka. Toleransi antarumat beragama tersebut harus terus dijaga," kata Nasir Zalba.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020