Jika melihat kue lampia "Alfis" yang terbungkus rapi dan biasa dijual di setiap warung di Aceh Jaya bahkan di luar daerah itu, mungkin pembeli berpikir makanan tersebut diproduksi di sebuah perusahaan ternama di kota besar.

Tapi, siapa sangka makanan yang sangat lezat untuk dijadikan cemilan yang berisikan kacang hijau yang telah dihaluskan tersebut, berasal dari pelosok desa di Kecamatan Darul Hikmah, Kabupaten Aceh Jaya.

Desa Ujong Rimba merupakan salah satu desa terpencil dan terpelosok di Kecamatan Darul Hikmah, Aceh Jaya.

Beda dengan desa lainnya di Aceh Jayat, seperti Patek yang sudah sangat familiar bagi masyarakat Aceh, karena berada di jalan nasional Banda Aceh – Calang atau yang berjarak sekitar 12 kilometer Calang, Ibukota Aceh Jaya.

Tapi tidak dengan Desa Ujung Rimba yang jaraknya puluhan kilometer dari Ibukota Kabupaten Aceh Jaya itu.
 

Namun, Desa Ujong Rimba kini mulai terkenal, karena di kalangan masyarakat Kecamatan Darul Hikmah, terdapat industri kue lampia Alfis yang diproduksi oleh Samsul Bahri (32) bersama istri Rosdiana (30) sejak tahun 2017.

Kue lampia tersebut kini tidak saja dipasarkan di Kabupaten Aceh Jaya, tapi sudah menembus pasar di kabupaten tetangga lainnya.

Samsul Bahri yang dulu hanya sebagai pekerja serabutan siapa sangka kini mampu meraup jutaan keuntungan dengan menggeluti usaha rumahan tersebut.

"Usaha ini telah saya rintis bersama istri sejak 2 tahun silam dan hasilnya sudah mencukupi kebutuhan keluarga," tutur Samsul kepada Antara.

Usaha kue lampia Alfist ini berada di rumah kayu yang berukuran sedang, saat ini bahkan sudah mampu menampung pekerja dari kalangan masyarakat sekitar, sehingga dengan adanya usahanya tersebut warga lainnya juga mendapat pekerjaan.

"Alhamdulillah saat ini kami bisa mempekerjakan 5 orang karyawan dan mereka adalah tetangga rumah saya,” ujarnya.

Saat ini Samsul harus bekerja ekstra untuk memenuhi permintaan pelanggan. Tidak tanggung-tanggung ia harus memproduksi ratusan kotak per hari untuk dijual di warung-warung.

"Kalau permintaan konsumen, dalam sehari saya harus mempersiapkan roti sebanyak 300 kotak atau 3.600 butir roti dengan harga 10.000 per kotak dan itu untuk seputaran Kecamatan Darul Hikmah dan Sampoiniet saja," tuturnya.

Samsul menyampaikan secara keseluruhan, setiap harinya harus memproduksi roti kisaran 4.000 kotak dan itu sudah mencakup permintaan dari wilayah Aceh Barat.
 
Samsul juga menyampaikan, dirinya saat ini sedang mengurus izin usaha agar usahanya legal secara hukum di Aceh Jaya.

"Kalau izin usaha sedang saya urus dan prosesnya masih lama karena tidak mau nantinya orang menganggap usaha ilegal, apalagi ini tempat saya mencari rezeki,” tegasnya.

Samsul menyampaikan kendala paling sulit saat ini adalah pengolahan, karena masih dilakukan secara manual dan harus memproduksi ribuan kotak kue lampia.

"Kendala yang terbesar saat ini adalah kekurangan alat dalam proses pengolahan bahan baku roti. sementara mesin pematangan, beberapa yang lalu sudah dibantu oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Aceh Jaya," ujarnya.

Sementara itu, Helmi selaku Kepala Desa Ujung Rimba, Kecamatan Darul Hikmah kepada Antara menyampaikan di desanya belum ada yang menjalankan usaha kuliner dan ini menjadi contoh untuk yang lain.

"Usaha lampia ini sudah berkembang, kami harap kedepan lebih maju bahkan sudah mempekerjakan beberapa orang setempat," tutur Helmi.

Helmi juga mengungkapkan usaha produktif tersebut terus berkembang yang sebelumnya kue tersebut masih dibuat di dalam rumah namun saat ini telah memiliki ruang khusus untuk proses pembuatannya.

"Dulunya di dalam rumah, tapi sekarang sudah disediakan ruang tersendiri untuk pembuatan kue-kue tersebut, harapan kami terus berkembanglah semoga bisa menjadi contoh bagi warga lain, tunjukkan meskipun kita orang pedalaman namun kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan," papar Helmi.

Pewarta: Arif Hidayatc

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019