Banda Aceh (ANTARA) - Awalnya ide dan kegiatan Ismail ini dipandang sebelah mata. Betapa tidak, membuat sekolah sepak bola di daerah pedalaman bukan sesuatu yang mendesak bagi masyarakat di sana. Mereka masih perlu bantuan kebutuhan dasar.
Ismail sendiri profesi sehari-harinya membudidayakan ikan hias dan pisang. Namun kecintaannya pada sepak bola sejak kecil menjadikannya memiliki impian mendirikan sekaligus menjadi pelatih di sekolah sepak bola (SBB) di kampungnya, Desa Blang Nisam, Kecamatan Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.
"Keinginan saya mendirikan SSB juga karena Indra Makmur daerah terpencil untuk kelas bola. Tanpa SSB, tidak bisa ikut turnamen yang digelar pemerintah daerah. Sehingga, muncul ide saya mendirikannya agar daerah terpencil ini juga bisa maju di dunia olahraga," kata Ismail kepada ANTARA di Aceh Timur pada Juli 2024.
Baca juga: Bambang Pamungkas senang bisa melatih talenta muda sepak bola Indonesia
Pria yang akrab disapa Ruben itu memberi nama, yakni SSB Meteor, seakan sudah siap untuk menghadapi segala kesulitan demi melesat ke cakrawala. Awalnya, rencana Ruben mendirikan SSB mendapat penolakan warga. Nama SSB Meteor, kontras dengan kondisi di Indra Makmur yang ada di pedalaman Aceh Timur.
Bahkan, warga sempat beranggapan bahwa berlatih sepak bola buang-buang waktu dan orang tua banyak takut anaknya cedera. Hal tersebut bisa dimaklumi karena masyarakat Indra Makmur sulit ke fasilitas publik seperti rumah sakit yang jaraknya sekitar 37 KM dan kondisinya kurang bagus dari Ibu Kota Aceh Timur di Idi Rayeuk.
Meski banyak tantangan, Ruben jalan terus. Dia juga berharap SSB menjadi bagian untuk mengurangi dampak negatif kemajuan teknologi terutama pada anak yang bisa terpapar konten porno, judi online, info hoaks, hingga narkotika.
Kepercayaan diri Ruben menyosialisasikan ke warga tentang tujuan SSB akhirnya membuahkan hasil. Keberadaan SSB kini juga membantu orangtua karena anak-anak bisa berolahraga ketimbang berjam-jam bermain handphone.
Dukungan untuk Ukir Prestasi
Dari melatih ratusan anak main bola di SSB Meteor, anak-anak tersebut telah mengikuti berbagai turnamen baik di tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten. Di setiap turnamen mereka selalu keluar sebagai juara.
Sejak itu, warga semakin yakin dengan prinsip dasar pembinaan sepak bola yang terus dibangun dan ditanamkan kepada ratusan siswa SSB Meteor. Bagi Ruben, kemenangan atau juara di setiap turnamen bukan tujuan utama. Tetapi, tujuannya agar anak-anak bukan sekadar mendapatkan keterampilan mengolah bola, tetapi juga nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, disiplin, dan kerja keras serta kerja sama yang baik.
Baca juga: 32 Tim ramaikan turnamen sepak bola HUT Matador FC, total hadiah Rp40 juta
Akhirnya, prestasi anak-anak SSB Meteor terdengar oleh perusahaan migas, PT Medco E&P Malaka. Alhasil, SSB Meteor berkesempatan mendapatkan pembinaan dari Medco E&P, terpilih ikut pelatihan intensif selama sebulan dan berpartisipasi di kompetisi Super Elja League MedcoEnergi X PSS Sleman di Yogyakarta pada 2023 bersama dengan 25 pesepak bola U-16 dan 5 Pelatih bola asal Aceh Timur lainnya. Pembinaan ini menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat, sesuai salah satu pilar pengembangan masyarakat yang diusung Medco E&P, yaitu pembangunan sumber daya manusia lewat olahraga sejak usia dini.
Berbekal pelatihan ini, Ruben berkesempatan untuk mengejar impiannya menjadi pelatih sepak bola profesional.
"Bagi saya, ini kesempatan luar biasa untuk menambah wawasan agar terus membekali diri dalam melatih anak-anak."
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda & Olahraga Aceh Timur, Syahril mengapresiasi Medco E&P Malaka yang terus peduli pada perkembangan olahraga. Dia juga sepakat penggunaan gadget bagi anak usia dini di satu sisi bermanfaat namun di sisi lain berbahaya bagi pengembangan karakter.
"Oleh karenanya, program seperti ini juga bisa menjadi contoh perusahaan lain bagi kemajuan generasi muda agar terbebas dari hal-hal negatif dan meningkatkan talenta pesepak bola muda untuk mengasah teknik dan pengalaman menuju jenjang profesional," kata Syahril.
Bukan hal mustahil, pemain bola Timnas Indonesia masa depan akan lahir dari pedalaman Aceh Timur.
Baca juga: PSSI Aceh gandeng eks pelatih timnas seleksi atlet PON