Banda Aceh (ANTARA) - Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) Prof Marwan menyatakan riset dan kolaborasi sangatlah penting untuk memastikan dan terjaminnya serta keberlanjutan biodiversitas dan semua sektor lainnya sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
“Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayatinya. Termasuk pula Aceh, dengan hutan leusernya yang masih terjaga serta memiliki empat satwa terlindungi di dalamnya yaitu gajah, harimau, orang utan dan badak,” kata Rektor USK di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan di sela-sela Rapat Kerja Nasional dan Workshop Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) tahun 2024 yang berlangsung di Aula Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIP) USK, Banda Aceh.
Ia menjelaskan ada beberapa sektor yang selama ini patut menjadi perhatian bersama terhadap kelestariannya seperti kawasan perairan, hutan mangrove, rawa gambut dan ketahanan pangan.
Menurut dia riset dan kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan sangatlah penting untuk memastikan semua isu tersebut terjamin keberlanjutan di Aceh khususnya dan Indonesia umumnya serta global.
“Kami berharap lewat forum ini dapat memberikan dampak keberlanjutan bagi konservasi maupun ketahanan pangan sebagai bagian dari tujuan global yang dirangkum dalam SDGs,” kata Rektor.
Ketua KOBI Prof Budi Setiadi Daryono mengatakan KOBI telah banyak memberikan kontribusi penting bagi pembangunan dan kelestarian biodiversitas yang ada di Indonesia. Salah satu kontribusi KOBI yang saat ini digunakan BAPPENAS adalah, Indeks Biodiversitas Indonesia (IBI) yang berhasil disusun oleh KOBI.
PJ Walikota Banda Aceh Ade Surya mengatakan salah satu isu pembangunan yang harus menjadi perhatian bersama adalah, persoalan pemanfaatan lahan atau hutan dan kaitannya terhadap keberlanjutan.
“Ini harus kita diskusikan secara detail, bagaimana pemanfaatan lahan dengan tetap mempertahankan keberlanjutan ekosistem, biodiversitas, tumbuhan untuk masa depan,” katanya.