Mataram (ANTARA) - Ahli geologi dan kegempaan asal Amerika Serikat Prof Ron A Harris meminta maaf kepada masyarakat Nusa Tenggara Barat atas statemennya mengenai hasil penelitian potensi gempa di selatan Lombok, sehingga membuat rasa takut masyarakat.
"Saya meminta maaf atas rasa takut yang disebabkan presentasi saya terkait dengan hasil penelitian kami," ujar Ron dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan di Mataram, Kamis.
Ron Harris menjelaskan, berdasarkan penemuan mereka di lapangan, palung Jawa sampai saat ini belum melepaskan energi yang sudah terkumpul selama 500 tahun. Sedikitnya gempa bumi besar selama kurun waktu tersebut menandakan bahwa ada kemungkinan munculnya gempa besar dengan magnitude 8 dan mungkin 9.
"Banyak yang bertanya 'kapan?, tapi itu adalah pertanyaan yang salah untuk gempa bumi karena tidak mungkin ada yang bisa mengetahui kapan pastinya," tegas Ron Harris.
"Kami hanya ingin memberi tahu potensi gempa bumi di palung Jawa dan perlu digarisbawahi bahwa palung ini memanjang dari Sumatera di Barat sampai Sumba di Timur, jadi belum tentu episenter gempa yang dimaksudkan akan terjadi di Lombok. Kami hanya bisa memperkirakan dimana (yakni palung Jawa sebagai sumber gempa yang potensial) dan seberapa besar magnitude gempanya berdasarkan catatan sejarah dan rekaman geologi yang pernah terjadi sebelumnya," sambungnya.
Baca juga: Hasil simulasi, Daerah ini simpan potensi gempa 8,5 Magnitudo
Karena itu, Ron berharap masyarakat Lombok lebih berfokus pada kesiapsiagaan.
"Sebenarnya itu lah maksud kedatangan kami ke Lombok, untuk membantu masyarakat memahami risiko dan mengajak untuk meningkatkan kesiapsiagaan," ucap Ron Harris yang juga bekerja sebagai dosen di Brigham Young Univesity, Utah, Amerika Serikat.
Menurutnya, ada dua hal yang bisa dilakukan sekarang, yakni menghentikan pembangunan bangunan dengan material yang tidak bagus. Gunakanlah kayu.
"Tidak satu pun atau sedikit bangunan yang berbahan dasar kayu rusak karena gempa-gempa tahun 2018 di Lombok. Amankan barang-barang yang kemungkinan dapat menimpa anda ketika terjadi gempa," pesan Ron Harris.
Sementara, bagi yang tinggal dekat dengan pantai, Ron Harris menganjurkan masyarakat untuk menerapkan prinsip 20-20-20.
"Ketika merasakan gempa selama lebih dari 20 detik, meskipun tidak besar gempanya, anda harus mengevakuasi diri setelah gempa berhenti. Kemungkinan besar tsunami akan tiba dalam waktu 20 menit setelah gempa dan kemungkinan ketinggian tsunami akan mencapai 20 meter. Jadi harus mengevakuasi diri ke tempat yang tinggi atau gedung tinggi yang minimal ketinggiannya 20 meter. Kalau masyarakat Aceh pada tahun 2004 memahami prinsip 20-20-20, mungkin ribuan nyawa dapat terselamatkan," jelasnya.
Selain itu, lanjut Ron, masih banyak tantangan bagi pemerintah untuk memberikan peringatan dalam waktu cepat. Oleh karena itu masyarakat harus dilatih cara untuk mengenali tanda-tanda alam agar bisa menentukan kapan untuk evakuasi mandiri.
"Saya harap kita dapat menjadi bagian dari solusi untuk pencegahan bencana. Ini adalah tanggung-jawab semua bersama. Potensi gempa bumi dan tsunami dari palung Jawa tidak lah baru. Saya meminta maaf sekali lagi kalau pemaparan saya mengejutkan banyak pihak, tetapi lebih baik masyarakat tahu sehingga bisa mempersiapkan diri. Mari tumbuhkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan mengurangi rasa takut dan membuat kita semakin tangguh," katanya.