Provinsi Aceh sebagai daerah otonomi khusus memiliki lagu kebangsaan sendiri berjudul Aceh Mulia, yang dikarang oleh Mahrisal Rubi. Lagu ini lebih populer disebut dengan Himne Aceh, dan kini jadi lagu wajib yang harus dinyanyikan pada acara resmi di daerah berjuluk Serambi Mekkah itu.
Keistimewaan Aceh untuk memiliki lagu kebangsaan sendiri merupakan amanat dari Undang-Undang No. 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh atau UUPA. Dalam pasal 248 ayat 2 dan 3 UU tersebut disebutkan bahwa Aceh dapat menetapkan bendera dan himne sendiri.
Dikutip dari berbagai sumber, DPR Aceh (DPRA) pada 2017 menggelar sayembara untuk mencari himne terbaik dengan dewan juri yang terdiri dari akademisi, budayawan, seniman, ulama, dan juga pemerhati sosial. Mahrisal Rubi, musisi asal Kabupaten Bireuen, berhasil menyisihkan finalis lainnya dalam sayembara tersebut dan keluar sebagai juara.
Baca juga: DPR Aceh inisiasi qanun HIMNE
Lagu Aceh Mulia ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Aceh melalui Qanun (Perda) No. 2 Tahun 2018 tentang Himne Aceh. Qanun tersebut ditandatangani oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT dan Sekda Aceh Drs Dermawan MM pada 28 November 2018. Dengan begitu, Himne Aceh secara resmi diakui sebagai lagu kebangsaan di Aceh setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya karangan WR Supratman.
Lirik Himne Aceh berisi pesan tentang kebanggaan, doa, dan harapan bagi kemajuan Aceh. Lagu ini mengingatkan masyarakat untuk menjaga persatuan, menghormati adat, dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Himne Aceh juga menyampaikan semangat juang rakyat Aceh yang selalu teguh dalam menghadapi tantangan. Dengan mendengarkan atau menyanyikannya, masyarakat Aceh diingatkan akan pentingnya menjaga warisan leluhur sambil terus berusaha mencapai masa depan yang lebih baik.
Himne Aceh sering dinyanyikan dalam acara resmi, seperti upacara pemerintahan, peringatan hari besar, hingga kegiatan adat. Lagu ini menjadi pengikat masyarakat Aceh, baik yang tinggal di kampung halaman maupun yang merantau. Himne Aceh menjadi salah satu cara untuk mengenal budaya serta sejarah Aceh. Lagu ini mengajarkan tentang pentingnya rasa cinta tanah air dan kebanggaan menjadi bagian dari Aceh.
Baca juga: Korban pelanggaran HAM harap KKR Aceh dipertahankan
Berikut lirik Himne Aceh dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia:
Bumoe Aceh nyoe keuneubah Raja
(Bumi Aceh ini warisan raja)
Nyang Sigak meubila Bansa
(Siap membela bangsa)
Mulia Nanggroe...Mulia dum syuhada
(Mulia negri, mulia para syuhada)
Meutuah bijeh Aceh mulia
(Bertuah benih Aceh mulia)
Reff
Eu Ya Tuhanku...Rahmat beusampoe
(Ya tuhanku, sampaikanlah Rahmat)
Neubrie Aceh nyoe beumulia
(Berilah Aceh ini kemuliaan)
Rahmat Neulimpah..Meutuah asoe
(Limpahkanlah Rahmat, bertuah semua isinya)
Areh keu kamoe beusijahtra
(Semua kami Sejahtera)
Aceh meusyuhu...Makmu ngoen meugah..
(Aceh yang mahsyur, makmur, dan megah)
Sabe tajaga Aceh Mulia
(Kita jaga selalu Aceh Mulia)
Peukateun Aceh meulimpah bagoe
(Ciri khas Aceh melimpah jenisnya)
Beumeusahoe meusyedara
(Bersama dan bersaudara)
Beusapeu pakat..beusaboh nyoe meuneumat
(Satukan pendapat, dengan satu pegangan)
Syari'at Islam keu hukom bansa
(Syari’at islam sebagai hukum bangsa)
Penulis: Layla Waode, mahasiswa komunikasi USK Banda Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
Keistimewaan Aceh untuk memiliki lagu kebangsaan sendiri merupakan amanat dari Undang-Undang No. 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh atau UUPA. Dalam pasal 248 ayat 2 dan 3 UU tersebut disebutkan bahwa Aceh dapat menetapkan bendera dan himne sendiri.
Dikutip dari berbagai sumber, DPR Aceh (DPRA) pada 2017 menggelar sayembara untuk mencari himne terbaik dengan dewan juri yang terdiri dari akademisi, budayawan, seniman, ulama, dan juga pemerhati sosial. Mahrisal Rubi, musisi asal Kabupaten Bireuen, berhasil menyisihkan finalis lainnya dalam sayembara tersebut dan keluar sebagai juara.
Baca juga: DPR Aceh inisiasi qanun HIMNE
Lagu Aceh Mulia ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Aceh melalui Qanun (Perda) No. 2 Tahun 2018 tentang Himne Aceh. Qanun tersebut ditandatangani oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT dan Sekda Aceh Drs Dermawan MM pada 28 November 2018. Dengan begitu, Himne Aceh secara resmi diakui sebagai lagu kebangsaan di Aceh setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya karangan WR Supratman.
Lirik Himne Aceh berisi pesan tentang kebanggaan, doa, dan harapan bagi kemajuan Aceh. Lagu ini mengingatkan masyarakat untuk menjaga persatuan, menghormati adat, dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Himne Aceh juga menyampaikan semangat juang rakyat Aceh yang selalu teguh dalam menghadapi tantangan. Dengan mendengarkan atau menyanyikannya, masyarakat Aceh diingatkan akan pentingnya menjaga warisan leluhur sambil terus berusaha mencapai masa depan yang lebih baik.
Himne Aceh sering dinyanyikan dalam acara resmi, seperti upacara pemerintahan, peringatan hari besar, hingga kegiatan adat. Lagu ini menjadi pengikat masyarakat Aceh, baik yang tinggal di kampung halaman maupun yang merantau. Himne Aceh menjadi salah satu cara untuk mengenal budaya serta sejarah Aceh. Lagu ini mengajarkan tentang pentingnya rasa cinta tanah air dan kebanggaan menjadi bagian dari Aceh.
Baca juga: Korban pelanggaran HAM harap KKR Aceh dipertahankan
Berikut lirik Himne Aceh dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia:
Bumoe Aceh nyoe keuneubah Raja
(Bumi Aceh ini warisan raja)
Nyang Sigak meubila Bansa
(Siap membela bangsa)
Mulia Nanggroe...Mulia dum syuhada
(Mulia negri, mulia para syuhada)
Meutuah bijeh Aceh mulia
(Bertuah benih Aceh mulia)
Reff
Eu Ya Tuhanku...Rahmat beusampoe
(Ya tuhanku, sampaikanlah Rahmat)
Neubrie Aceh nyoe beumulia
(Berilah Aceh ini kemuliaan)
Rahmat Neulimpah..Meutuah asoe
(Limpahkanlah Rahmat, bertuah semua isinya)
Areh keu kamoe beusijahtra
(Semua kami Sejahtera)
Aceh meusyuhu...Makmu ngoen meugah..
(Aceh yang mahsyur, makmur, dan megah)
Sabe tajaga Aceh Mulia
(Kita jaga selalu Aceh Mulia)
Peukateun Aceh meulimpah bagoe
(Ciri khas Aceh melimpah jenisnya)
Beumeusahoe meusyedara
(Bersama dan bersaudara)
Beusapeu pakat..beusaboh nyoe meuneumat
(Satukan pendapat, dengan satu pegangan)
Syari'at Islam keu hukom bansa
(Syari’at islam sebagai hukum bangsa)
Penulis: Layla Waode, mahasiswa komunikasi USK Banda Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024