Banda Aceh (ANTARA) - Pakar Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Aceh Aliamin menyatakan Pemerintah Aceh dalam tiga bulan terakhir pada 2020 harus menggenjot penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA), dalam upaya menstimulus pertumbuhan ekonomi masyarakat di tengah COVID-19.
"Tidak ada pilihan lain bahwa dana itu harus segera dicairkan, terutama yang berhubungan dengan fasilitator ekonomi, itu penting, misalnya membantu pengusaha," kata Aliamin, di Banda Aceh, Sabtu.
Dia menjelaskan, mewabahnya pandemi COVID-19 telah memberi dampak yang sangat besar terhadap semua sektor, terutama dalam aktivitas ekonomi. Bahkan penggunaan anggaran di daerah pun semuanya juga ikut melambat, kecuali untuk belanja pegawai.
Oleh sebab itu, lanjut dia, dalam kurun waktu tiga bulan terakhir di tahun ini, pemerintah harus aktif memberi stimulus kepada masyarakat agar aktivitas ekonomi tetap hidup meskipun di tengah COVID-19.
Apalagi, kata dia, Aceh masih sangat ketergantungan terkait berbagai hal pada Kota Medan, Sumatera Utara, sehingga diperlukan akses distribusi yang lancar agar ekonomi di Aceh tetap jalan.
"Kalau pemerintah tidak aktif, ekonomi enggak jalan," kata Aliamin.
Bila perlu mainkan Bulog (Badan Urusan Logistik), misalnya di lapangan bermasalah telur, gula bermasalah, beras bermasalah, maka mainkan Bulog agar orang bisa terjangkau. Jadi dalam keadaan orang tidak ada uang, pemerintah ikut turun tangan," ujarnya lagi.
Pemerintahan Aceh menetapkan APBA pada 2020 sebanyak Rp15,7 triliun.
Menurut Aliamin, dari total anggaran tersebut sebanyak 70 persen untuk belanja pegawai, dan hanya tersisa 30 persen untuk belanja langsung untuk mendongrak pertumbuhan ekonomi.
Selama ini, menurut dia, dalam keadaan normal saja APBA hanya sedikit berperan untuk memberi stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanah Rencong, apalagi di tengah kondisi wabah COVID-19, yang kemudian diikuti dengan keterlambatan penyerapan anggaran.
"Saat ini semua anggaran dari sektor yang tidak penting dikonsentrasikan ke COVID-19. Jadi sudah ke COVID-19, lambat penyerapan lagi, tentu sangat berpengaruh. Tetapi pengaruh ini dalam hal konsumtif, karena kalau pertumbuhan ekonomi ini minus sekarang secara nasional," ujarnya.
Sebelumnya, Asisten II Setda Aceh T Ahmad Dadek menyatakan realisasi anggaran APBA pada 2020 hingga awal September tahun tersebut telah mencapai 47 persen untuk pembangunan fisik.
“Sesuai dengan realisasi pembangunan fisik dari program yang telah dicanangkan pada tahun 2020 untuk realisasinya telah mencapai 47 persen atau telah mendekati target yakni 50 persen untuk realisasi fisik pada akhir September tahun ini,” katanya.
Menurut dia, untuk realisasi keuangan dari program-program yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Aceh dalam upaya meningkatkan kesejehteraan masyarakat sebesar 42 persen dari total APBA pada 2020 sebesar Rp15,7 triliun.