Banda Aceh (ANTARA) - Aksi kemanusiaan penyelamatan rohingya oleh nelayan Aceh ditampilkan dalam pertunjukan seni Tuah Bak Jaroe Panglima di Taman Sari Gunongan.
Aksi heroik nelayan Aceh selama beberapa tahun terakhir dalam menyelamatkan pengungsi Rohingya mendapatkan banyak sorotan dari dunia.
"Nilai-nilai kemanusiaan nelayan Aceh ini menjadi pertanyaan besar di seluruh dunia," kata Produser Pertunjujan, Rika Syafriliza Syarief di Banda Aceh, Sabtu.
Ia menjelaskan sejak awal tahun 2020, sudah diadakan penelitian yang mewawancarai nelayan dan panglima laot untuk mendapatkan alasan keberanian mereka menyelamatkan para pengungsi dari Rohingya.
Hasil penelitian tersebut mendapatkan jawaban bahwa tindakan mereka merupakan cerminan dari hukum adat laot yang diajarkan dan dipahami sejak masa kejayaan Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16 sampai dengan sekarang.
"Kemudian, jawaban-jawaban dari penelitian tersebut kami tuangkan juga dalam pertunjukan ini," katanya.
Ia menuturkan bahwa pentas seni ini sebagai puncak penghargaan kepada seluruh nelayan dan panglima laot Aceh yang dalam mempertahankan keberanian dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan mempertahankan hukum adat laot Aceh.
Perwakilan dari University York juga turut mengapresiasi aksi kemanusiaan penyelamatan Rohingya oleh nelayan dan Panglima Laot Aceh.
"Mari kita berterima kasih kepada mereka karena telah mengambil risiko untuk menyelamatkan orang lain," katanya.
Mereka juga mengatakan hukum adat laot dan peumulia jamee telah terkenal di dunia internasional karena telah memberikan kehidupan bagi begitu banyak orang yang mencari perlindungan dari konflik.
Pentas seni ini melibatkan 60 penari dari Institut Seni Budaya Indonesia Aceh dan Sanggar Nurul Alam dan diinisiasi oleh The University of York dan Yayasan Geutanyoe.