Jakarta (ANTARA) - Ketika Kartini mendorong emansipasi perempuan, yang ingin dicapainya tidak hanya masalah pendidikan, tapi juga kebebasan, otonomi dan persamaan kedudukan serta kesempatan yang sama dengan laki-laki.
Kini pada 2022, perempuan Indonesia semakin memiliki kesempatan berpartisipasi dalam berbagai hal, termasuk berkontribusi menciptakan lapangan kerja. Perempuan kini dapat memiliki banyak opsi, tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, tapi juga terlibat dalam pertumbuhan ekonomi, baik sebagai pekerja maupun berwirausaha dari rumah.
Hal itu yang dilakukan oleh Putri Puspita Lokanazea, seorang penerima Program Kartu Prakerja yang berasal dari Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Langkah Putri menjadi wirausaha dimulai pada awal Tahun 2020 ketika rasa penasaran melihat pemberitaan di media membawanya mencoba mendaftar menjadi peserta Program Kartu Prakerja. Dia kemudian terpilih untuk menjadi peserta dalam Gelombang 1 atau di awal ketika program itu diluncurkan pada April 2020.
Tujuannya sangat jelas, dia ingin menghasilkan uang untuk membantu penghasilan keluarga dengan bekerja di rumah.
Untuk itu, perempuan berusia 29 tahun tersebut kemudian memilih pelatihan yang dinilainya memiliki potensi untuk mendatangkan pemasukan di kala pandemi, yaitu menjahit masker untuk menghadapi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Ikut pelatihan menjahit bisa dikatakan merupakan pilihan yang cukup berani bagi ibu dua anak itu, mengingat dia tidak memiliki pengalaman dan kemampuan menjahit sebelum itu.
Pelatihan Prakerja ini adalah satu pelatihan yang bisa dikerjakan dari rumah dan kemudian saat itu masker betul-betul hilang di awal COVID-19.
"Kondisi itu saya jadikan motivasi untuk membuka lapangan usaha baru," tuturnya, ketika ditemui ANTARA di Bali.
Perempuan asal Banda Aceh itu kemudian langsung menjahit masker pertamanya dengan meminjam mesin jahit yang dimiliki tetangga rumah.
Dia kemudian berkeliling ke beberapa penjahit sekitar rumahnya untuk mendapatkan kain perca yang bisa digunakan sebagai bahan masker kain. Dari situ, Putri kemudian mulai membuat beberapa produk masker yang dia jual, bahkan ketika belum menyelesaikan pelatihan yang diberikan Kartu Prakerja.
Insentif yang dia terima dari Kartu Prakerja kemudian digunakan untuk membeli mesin jahit bekas dan mengikuti pelatihan menjahit secara offline untuk mengembangkan jenis produk lain, yaitu baju dan seprai.
Respons pengguna cukup memuaskan, dengan pesanan baju banyak diterimanya saat menjelang Idul Fitri. Namun, dirinya sadar bahwa kelangsungan usaha rintisan itu tidak dapat dilakukan bergantung pada pesanan baju.
Kesempatan kemudian datang ketika salah satu pelanggannya menawarkan kesempatan untuk menjadi penyuplai seprai. Pada April 2022, dia kemudian berhasil meneken kontrak untuk menyuplai 100 set seprai per pekan selama tiga tahun ke depan.
"Karena saya tidak sanggup kerja sendiri, saya mencari dua orang untuk membantu saya," ujar dia.
Pendapatan yang diterimanya cukup besar. Dari menjual masker sejak April sampai Desember 2020 dia memperoleh sekitar Rp8 juta. Dari menjahit baju dia mendapat sekitar Rp200 ribu untuk setiap potong dan Rp1,2 juta dihasilkannya setiap pekan dari menjahit seprai.
Bekerja sebagai wirausaha, Putri harus pintar membagi waktu antara menjahit dan mengurus rumah tangga. Kegiatan menjahit biasanya dilakukan di sela-sela mengurus anak dan suami dan dilanjutkan pada malam hari ketika mengejar target, menghasilkan 4-5 set seprai dalam sehari.
Beruntung keluarganya memberikan dukungan penuh agar ia dapat tetap berkarya dari rumah. Untuk itu, setiap Minggu dia tidak akan mengambil pekerjaan apapun untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
Usaha yang dimulai dari pelatihan Kartu Prakerja itu terus berbuah manis. Dari penghasilannya, Putri dapat membantu biaya sekolah adiknya, melakukan renovasi rumah dan mendukung keuangan keluarganya.
Gara-gara penasaran sama Prakerja, dia mendapat ilmu yang membuatnya termotivasi. Kemudian timbul pertanyaan, kenapa dari dulu tidak belajar menjahit.
Manfaat ilmunya pelatihan itu dia dapatkan sampai sekarang, malah semakin berkembang. Dia bisa menghasilkan lebih dari bantuan lain yang dikasih pemerintah.
Putri kini memiliki rencana masa depan untuk tidak hanya berperan sebagai yang menyediakan stok seprai untuk dijual orang lain, tapi menjadi pengusaha yang memperdagangkan seprai dengan merek sendiri.
Dia ingin tidak hanya dapat memperluas usahanya tapi juga menyediakan lapangan kerja bagi orang lain.
Pengalaman pertama menggunakan dompet digital atau e-wallet juga dialami Putri ketika menjadi peserta Kartu Prakerja. Dia kemudian belajar secara otodidak untuk menggunakan berbagai fitur yang ada di dompet digital untuk memanfaatkan insentif yang diterimanya.
Dulu, dia tidak melihat kegunaan dari e-wallet mengingat masih sedikit tempat jualan dan pedagang yang menggunakannya.
Sekarang, dia menjadi salah satu pengguna setia dompet digital mengingat kemudahan penggunaan dan semakin banyak pedagang yang menggunakannya untuk transaksi di Banda Aceh.
Berbagai manfaat yang diterima oleh Putri membuatnya mengajak beberapa orang untuk mendaftar Kartu Prakerja, seperti adiknya yang berhasil lolos di Gelombang 5.
Dia mendorong lebih banyak orang yang mengikuti program itu karena merasakan manfaat tidak hanya insentif yang membantunya dalam melewati masa pandemi, tapi juga ilmu berharga yang bisa diterapkannya sepanjang hidupnya.
Pelatihan-pelatihan dari Kartu Prakerja diharapkannya dapat mampu untuk menjangkau lebih banyak orang di seluruh Indonesia untuk memberikan pilihan bagi masyarakat, terutama perempuan, untuk berkarya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dulu tak bisa jahit, berkat Prakerja, Putri kini jadi penyuplai seprai
Putri jadi penyuplai seprai berkat Prakerja
Oleh Prisca Triferna Violleta Sabtu, 19 November 2022 11:21 WIB