Banda Aceh (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Provinsi Aceh sudah mulai merasakan pengaruh dari fenomena El Nino yang terjadi sejak Maret lalu.
"El Nino di Aceh di Maret kemarin sudah ada pengaruh, tapi sedikit," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda (SIM) Nasrol Adil di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan saat ini Aceh dalam periode masa transisi ke musim kemarau. Suhu panas di Aceh pada periode ini paling tinggi mencapai 34,5 derajat Celsius.
"Artinya sudah cukup panas, maka ini akan membangkitkan penguapan, tapi kita tidak terlalu berlama-lama dengan panas terik ini karena kondisi kita di kelilingi lautan," katanya.
Baca juga: Antisipasi Kekeringan, Pemerintah Sediakan Pompa Air
Ia menjelaskan tahun ini Indonesia menghadapi El Nino dengan masa kering yang lebih lama, namun bukan berarti tidak ada hujan sama sekali.
Ketika beberapa hari belakangan ini masyarakat merasakan panas terik yang menyengat, katanya, hal itu karena daerah Aceh dikelilingi lautan dengan garis pantai yang cukup panjang, sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan air laut.
Hal ini juga yang membuat suhu panas di Aceh tidak begitu panas dan lebih singkat. Kondisi ini berbeda dengan daerah yang kering tanpa dikelilingi laut, seperti salah satunya di India.
Baca juga: Warga Pantai Barat Selatan Diminta Berhemat Air Hadapi El Nino
"Berbeda yang terjadi di Spanyol dan India, itu sudah beberapa orang tewas karena gelombang panas yang menerpa. Karena posisi India daratan sangat kering, suhu panas sampai 55 derajat Celcius," ujarnya.
Selama pengaruh El Nino itu, kata Nasrol, ada beberapa wilayah di Aceh tanpa hujan lebih dari 20 hari sehingga menyebabkan kekeringan sumur-sumur warga maupun wilayah lain.
"Itu di wilayah Aceh bagian timur, utara, tenggara, maupun sisi utara pegunungan, tapi kalau wilayah barat selatan Aceh, mereka itu potensi masih memiliki curah hujan cukup," ujarnya.
Baca juga: BMKG: El Nino Belum Berdampak di Aceh