Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (PN-KTNA) ke-15 yang berlangsung di Banda Aceh 6-11 Mei 2017, berimbas pada sektor pariwisata di Kota Sabang, karena para peserta sejak Kamis (4/5) sudah mulai berkunjung ke pulau terluar Indonesia itu.
Seperti rombongan nelayan dan para petani dari Provinsi Papua yang tiba di Banda Aceh, Rabu (3/5) malam, pada Kamisnya langsung menyeberang ke Sabang dengan menggunakan kapal jenis feri dan kapal cepat dari Pelabuhan Ulee Lheue.
"Kita harus cepat mas, karena kalau nunggu habis acara Penas bakal tidak sempat, karena diperkirakan akan membeludak para peserta Penas dari seluruh Tanah Air yang akan ke Sabang," kata Christanto, salah seorang pendamping petani dari Papua.
Kunjungan ke Sabang sudah menjadi agenda para peserta Penas petani dan nelayan, karena mereka sudah mengetahui dari media bahwa objek wisatanya sangat menarik.
Christanto yang mendampingi sekitar seratusan nelayan dari Kabupaten Nabire itu tidak bisa berlama-lama di Sabang, karena pada hari itu juga mereka harus kembali ke Banda Aceh, mengingat waktu.
Namun, meskipun dalam waktu singkat, sehingga tidak bisa menikmati dari dekat indahnya pantai dan taman laut, tapi mereka merasa puas bisa menginjakkan kaki ke Kilometer 0.
"Saya merasa puas mas, meskipun tidak bisa menginap di Sabang, tapi udah bisa menginjakkan kaki di Kilometer 0, ujung baratnya Indonesia," ujar Christanto asal Klaten, Jawa Tengah, yang sudah menetap di Nabire sejak 1985.
Ia mengkui, selama hampir 32 tahun tinggal di Nabire belum pernah menginjakkan kaki di Kilometer 0 ujung timur Indonesia di Merauke.
"Memang untuk ke Merauke dari tempat saya Nabire harus menggunakan transportasi udara, pesawat terbang, sehingga membutuhkan dana yang besar. Kalau ada kesempatan, saya akan ke Merauke, sehingga lengkap sudah mengijakkan kaki di dua lokasi Kilometer 0," katanya.
Ia menyatakan, rombongan Papua sekitar 1.000 orang itu diperkirakan akan ke Sabang secara bergelombang.
Christanto yang kini menjadi tenaga penyuluh di Nabire itu merasa takjub dengan panorama alam di Sabang dan kalau ada uang ia akan kembali ke pulau tersebut.
Manfaatkan Peluang
Sekda Aceh Darmawan menyampaikan, Penas nelayan dan tani ini yang dihadiri sekitar 30 ribu peserta itu sudah diprediksikan akan berdampak terhadap wisata di Sabang.
Dikatakan, dapat dipastikan sekitar 30.000-an perserta PN-KTNA se-Indoensia akan berlibur ke Sabang dan Pemerintah Sabang harus memanfaatkan peluang ini untuk mempromosikan potensi wisata daerah tersebut.
"Kita tidak berharap seluruhnya, separuhnya saja kalau peserta Penas nelayan tani ini ke Sabang sudah berapa besar pendapatan yang diperoleh masyarakat di sana. Tentunya cukup besar. Inilah dampak positif dari kegiatan Penas ini," ujar dia.
Ia juga menyampaikan, Pemerintah Kota Sabang harus memastikan ketersediaan transportasi yang memadai, energi listrik tercukupi dan air bersih terpenuhi.
"Sabang itu daerah kepulauan dan ketiga hal itu merupakan kebutuhan primer semua komponen masyarakat dan para wisatawan, selain itu juga makanan dan kebutuhan lainnya juga harus dipersiapkan dari sekarang agar kebutuhan para wisatawan terpenuhi," katanya.
Menurut dia, berbicara industri pariwisata di Aceh, daerah paling ujung barat Indonesia itu menjadi barometer dalam pengembangan pariwisata.
Untuk itu, ia berharap pemerintah setempat fokus mengembangkan berbagai fasilitas infrastruktur pendukung tersebut.
"Industri pariwisata merupakan usaha jasa dan kita sebagai penyedia jasa harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada setiap wisatawan yang berkunjung agar mereka nyaman dan aman ketika berlibur ke Sabang," ujarnya.
Selain itu, ia juga menambahkan, ketersedian fasilitas akomodasi seperti hotel di lokasi wisata sebagai salah satu pendukung utama.
"Pemerintah setempat melalui Dinas Pariwisata harus mendorong pengusaha hotel, home stay, cotagge dan sejenisnya untuk dapat memberikan pelayanan terbaik kepada setiap wisatawan agar wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Sabang kembali lagi," tuturnya.
Siap terima tamu
Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang Zulfi Purnawati menyatakan, pihaknya sudah siap menerima tamu dari penjuru Tanah Air dan momen ini merupakan berkah bagi warga Sabang.
Ia menyatakan, pihaknya jauh-jauh hari sudah menyampaikan kepada pelaku wisata dan khususnya masyarakat Sabang bahwa daerah ini akan mendapat kunjungan besar saudara saudara dari seluruh Indonesia.
Ia menyebutkan, sebanyak 20 titik (Spot) penyelaman (diving) terbaik yang tersebar di pulau paling ujung barat Indonesia sudah diselami ribuan penyelam dari berbagai belahan dunia.
"Kita punya 20 titik dive yang tersebar di seluruh Pulau Weh yang sudah diselami ribuan penyelam lokal dan asing dari belahan dunia dan mereka datang langsung dari berbagai negara khusus untuk diving di Sabang," katanya.
Lokasi penyelaman terbaik meliputi bangkai kapal Jerman (Sophie Rickmers), Batee Dua Gapang, Batee Meuroron, Batee Meuduro, Batee Tokong, Batee Gla, Rubiah Utara, Rubiah Seagarden, Pante Peunateung, Pante Seuke, Pante Ideu, Long Angen atau Pantee Gua, Limbo Gapang, Arus Balee, Seulako Drift.
Lalu, Sumur Tiga, Anoi Itam, Wreck Tugboat, Pulau Rondo, dan mobil karang. Ini semua sudah diselami oleh penyelam belahan dunia dan hampir saban hari wisatawan asing sangat mudah didapatkan seperti di Pantai Iboih, Gapang, dan Pantai Sumur Tiga.
Ia juga mengakui, di pulau paling ujung barat Indonesia, hampir 98 persen objek wisata bahari tersebut terbentuk dengan sendirinya dan masih alami tanpa ada polesan tangan manusia.
"Wisata yang kita jual adalah alam (bahari), di laut kita beragam jenis species ikan mudah didapati, terumbu karangnya pun tidak kurang dari 100 jenis, selain itu juga kita punya objek pemandian air terjun, pemandian kolam air panas Jaboi, wisata religi serta haritage," ujar dia.