Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menyebut kualitas yang rendah salah satu penyebab harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menjadi terendah di provinsi itu selama November 2024, sehingga patut menjadi perhatian bersama untuk mencari solusi peningkatan kualitas.
Kepala BPS Aceh Ahamadriswan Nasution di Banda Aceh, Selasa, mengatakan pada bulan itu, harga GKP tertinggi tingkat petani yakni di Kabupaten Aceh Timur mencapai Rp6.400 per kilogram, sedangkan terendah di Abdya yakni Rp5.100 per kilogram.
“Ini perlu mendapat perhatian karena harga pembelian pemerintah itu sekitar Rp6.000 per kilogram, dan ini di Aceh Barat Daya sebesar Rp5.100 per kilogram. Ini menjadi perhatian semua dan tentunya perlu mengatasi persoalan apa yang terjadi di sana,” ujarnya.
Ia menjelaskan pemantauan harga gabah Aceh dilakukan di beberapa daerah seperti Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan Pidie Jaya. Observasi harga selama November ini hanya mencakup kualitas GKP.
Menurutnya, salah satu temuan tim lapangan yang menjadi penyebab harga GKP di Abdya paling rendah di Tanah Rencong selama November yakni karena kualitas GKP di daerah tersebut kurang bagus.
“Salah satu informasi yang kami peroleh dari petugas lapangan adalah gabah kering panen di Aceh Barat Daya kualitasnya rendah, termasuk juga pedagang besar mendominasi dalam melakukan pembelian gabah,” ujarnya.
Secara umum, menurut Riswan, pada November 2024 terjadi penurunan gabah kualitas GKP sebesar 3,86 persen di banding bulan sebelumnya, sehingga harga rata-rata GKP di tingkat petani di Aceh selama bulan itu menjadi Rp5.910 per kilogram.
Begitu juga harga rata-rata di tingkat penggilingan yang terjadi penurunan sebesar 4,02 persen, sehingga menjadi Rp6.071 per kilogram.
“Harga gabah kualitas GKP menurun disebabkan sedang masa panen di beberapa wilayah dan kualitas gabah hasil panen yang kurang baik,” ujarnya.
Di sisi lain, BPS mencatat peningkatan nilai tukar petani (NTP) di Aceh pada November 2024 menjadi 122,11 atau mengalami kenaikan 0,27 persen dibanding Oktober 2024.
“Hal ini disebabkan adanya kenaikan NTP pada sub tanaman perkebunan rakyat, dan sub sektor peternakan,” kata Riswan.
Sedangkan NTP nasional pada bulan itu berada pada angka 121,29 atau mengalami kenaikan 0,49 persen dari bulan sebelumnya. NTP Aceh relatif lebih tinggi dibanding NTP secara nasional.
NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat pertumbuhan daya beli petani.
Ia menambahkan, untuk indeks harga yang diterima petani Aceh pada November 2024 sebesar 142,20 atau mengalami peningkatan sebesar 0,47 persen dibanding periode sebelumnya.
Komoditas utama yang menjadi penyumbang kenaikan indeks harga yang diterima petani adalah kelapa sawit, kopi, dan karet.
Sedangkan indeks harga yang dibayar petani atau Ib pada bulan itu sebesar 116,45 atau juga mengalami kenaikan 0,20 persen dibanding bulan sebelumnya.
“Komoditas penyumbang kenaikan Ib adalah bawang merah, tomat sayur, dan minyak goreng,” kata Riswan.