New York (ANTARA) - Kurs dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena para pelaku pasar mencerna data inflasi yang baru dirilis serta ancaman tarif pemerintah Amerika Serikat terhadap Meksiko.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS naik 0,3 persen pada April, Biro Analisis Ekonomi mengatakan pada Jumat (31/5/2019). Tidak termasuk makanan dan energi, indeks harga PCE meningkat 0,2 persen.
Menurut laporan itu, dalam 12 bulan hingga April, apa yang disebut indeks harga PCE inti, ukuran inflasi yang disukai oleh Federal Reserve (Fed) naik 1,6 persen, di bawah target bank sentral 2,0 persen.
Sementara itu, pedagang juga memperhatikan berita terbaru tentang perdagangan global.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Kamis (30/5/2019) bahwa ia akan memberlakukan tarif baru lima persen untuk semua barang impor dari Meksiko mulai 10 Juni sehingga dapat menekan negara itu untuk menghentikan imigran tidak berdokumen yang melintasi perbatasan, sebuah langkah yang mengkhawatirkan banyak orang.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,38 persen menjadi 97,7758 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1169 dolar AS dari 1,1134 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2631 dolar AS dari 1,2609 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik hingga 0,6938 dolar AS dari 0,6911 dolar AS.
Dolar AS dibeli 108,43 yen Jepang, lebih rendah dari 109,54 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 1.0007 franc Swiss dari 1,0073 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3523 dolar Kanada dari 1,3509 dolar Kanada.
Kurs dolar melemah tertekan data inflasi dan ancaman tarif terhadap Meksiko
Sabtu, 1 Juni 2019 8:20 WIB