Banda Aceh (ANTARA) - Sebelum fajar menyingsing Syahril Warga Gampong Blang Dalam, Kecamatan Susoh Aceh Barat Daya (Abdya) harus bergegas menuju tempat pelelangan ikan langgananya agar tak kemalaman di belantara.
Di sana ia bergegas memasukkan beberapa jenis ikan segar dalam fiber yang sudah terpasang di sisi kiri dan kanan kendaraanya. Dengan kuda besinya ia melaju cepat menuju Babahrot-Terangun (Gayo Lues) yang merupakan jalan penghubung kedua kabupaten tersebut.
Syahril merupakan satu dari sekian pedagang ikan keliling (muge) dari Abdya yang saban hari menjual ikan segar ke masyarakat perbatasan di Kabupaten Gayo Lues termasuk ke ibu kota kabupaten itu Blangkejeren.
Menuju ke tempat ia mengais rezeki, bukanlah sebuah hal yang mudah dan gampang layaknya sebuah jalan yang terhubung dengan kabupaten lainya.
Ia harus ekstra hati-hati melewati jalan bebatuan, becek dan terjal yang bisa kapan saja mengancam jiwa para pelintas di jalan yang masuk program Lautan Hindia-Gayo-Alas-Selat Malaka (Ladia Galaska) yang digagas Gubernur Aceh saat itu Abdullah Puteh. Ladia Galaska bertujuan menghubungkan ekonomi antara kedua kawasan.
Di beberapa titik yang paling terjal yakni di Singgah Mata Babahrot, ia dan Marhaban serta bersama rekan lainnya termasuk warga pelintas dari kedua kabupaten harus benar-benar berhati-hati dan memahami dengan baik cara mengendarai kuda besi baik roda dua dan roda empat agar tak terjebak dan mengalami kecelakaan maut di kawasan tersebut.
Ia menuturkan dirinya pernah mengalami kecelakaan saat melintas jalan Babahrot-Terangun yang menyebabkan tangan dan bahunya patah.
“Ini bekas kecelakaan dibagian tangan dan dada. Kecelakaan maut tersebut juga mengakibatkan jari tangan saya tidak lurus lagi,” kata pria yang telah berumur setengah abad tersebut seraya memperlihatkan bekas patah akibat kecelakaan itu.
Banyak cerita duka yang ia ceritakan selama membelah hutan bersama motor ke sepuluh yang menemaninya menuju Gayo Lues dengan dagangan ikan segar yang di bawanya meninggalkan Aceh Barat Daya.
“Saat tanjakan terjal itu, kadang-kadang kami terjatuh dan ikan yang kami bawa berhamburan dan masih untung kecelakaan itu tak membuat korban jiwa selain hanya honda lecet dan fiber pecah dan kadang ikan sampai ke sana rusak karena kondisi jalam yang tak bersahabat,” katanya.
Ia menuturkan honda yang dikendarai saat ini merupakan yang ke sepuluh, karena yang sebelumnya tak mampu lagi menemaninya menuju negeri seribu bukit untuk mengais rejeki buat keluarga besarnya tersebut.
Ayah dari empat orang anak ini, tetap berhati-hati dan memastikan kuda besi yang diajak membelah hutan tiga sampai empat hari dalam seminggu kondisi laik jalan, karena medan yang ditempuh sangat menantang dan menguji adrenalin.
Ia mengaku berangkat pagi sekitar agar tidak kemalaman di jalan karena tidak ada lampi yang menerangi jalan selain lampu pada sepeda motor yang dikendarainnya.
Pria yang tak lagi muda itu mengaku perjalanan memang tidak selalu sesuai prediksi terutama saat musim hujan yang mengakibatkan ruas jalan yang dialui mengalami longsor sehingga menambah waktu tempuh sampai malam hari dari biasanya sekitar sore hari.
“Terkadang kami harus bermalam di jalan dengan peralatan seadanya dan jika tidak bisa lagi melintasi jalan ini, maka kami akan pulang melalui Takengon, Aceh Tengah dan tentu ini akan menambah biaya lagi,” katanya dengan nada pilu.
Ia menambahakan saat jalan pulang mereka juga membawa hasil pertanian dari daerah sana seperti cabai segar yang akan di pasarkan di Aceh Barat Daya.
Ikan segar dinikmati warga di daerah Tengah Aceh dan sayur segar dinikmati langsung masyarakat Abdya melalui jasa muge yang rela menantang maut demi memenuhi permintaan langganannya di kedua daerah.
Syahril bersama rekannya Marhaban yang singgah di Warung Kak Nur Singgah ruas jalan Babahrot-Terangun tersebut memiliki kisah yang hampir sama dalam membelah jalan yang menghubungkan kedua kabupaten Tengah dan pantai Barat tersebut.
Tak banyak tuntutan dari pria tersebut dan juga warga yang tinggal di pedalaman serta warga di kedua kabupaten itu, selain tuntasnya pembangunan jalan yang tidak hanya menghubungkan kedua daerah.
Rakyat juga punya kepentingan
Bupati Aceh Barat Daya, Akmal Ibrahim menyatakan konflik politik pada umumnya berlatar kepentingan dan terkadang kita lupa bahwa rakyat juga punya kepentingan.
“Pembangunan ruas jalan tahun jamak yang menghubungkan Abdya-Gayo Lues sampai Aceh Timur merupakan kepentingan rakyat di mana dengan hadirnya infrastruktur akan membangkitkan ekonomi masyarakat yang tinggal di pedalaman,” katanya saat itu di sela-sela menyambut kedatangan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dalam rangkaian kunjungan kerja meninjau ruas jalan yang akan dibangun dalam proyek tahun jamak.
Ia menjelaskan jalan yang dibangun saat ini seperti jalan “abu nawas” di buat satu titik dan titik lainnya rusak kembali sehingga penggunaanya tidak maksimal.
“Saya sangat mendukung dengan langkah yang diambil Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah yang merealisasikan janji untuk membangun ruas jalan Babahrot sampai Trangun yang nantinya akan memperlancar arus transportasi ke dua daerah ini,” kata Akmal dihadapan para tokoh masyarakat dan Unsur Forkopimda Abdya.
Menurut dia pembangunan jalan tersebut bukanlah tiba-tiba seperti yang diributkan saat ini, tapi pembangunan tersebut sudah disiapkan jauh-jauh hari guna memudahkan akses kedua kabupaten.
“Orang menunaikan janji dianggap salah dan menghalanginya dan ini tidak betul. Pemerintah Abdya dan masyarakat sangat mendukung pembangunan jalan ini karena ini sangat dibutuhkan oleh rakyat,” katanya.
Menurut dia jika pembangunan ruas jalan tersebut masih diributkan DPRA dikarenakan mereka belum mengetahui keadaan di kawasan tersebut.
“Saya banyak membantu warga kecelakaan saat melintas ruas jalan Babahrot-Terangun,” katanya.
Ia mengatakan kehadiran ruas jalan Babahrot-Trangon akan menumbuhkan ekonomi di kedua kabupaten tersebut di mana nantinya masyarakat Gayo Lues dapat menikmati ikan segar dari Abdya dan sayur segar dari Gayo Lues.
“Kehadiran jalan ini juga akan mempermudah pemasaran hasil komoditas dan membangkitkan ekonomi. Kehadiran ruas jalan ini juga akan meningkatkan arus transportasi di kedua wilayah,” katanya.
Pihaknya berharap pembangunan ruas jalan yang masuk paket tahun jamak tersebut dapat segera dituntaskan dan tidak ada hambatan karena ini merupakan kepentingan rakyat.
Komitmet Pemerintah Aceh
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan Pemerintah Aceh akan membangun 14 ruas jalan dalam skema tahun jamak yang nantinya menghubungkan perekonomian serta meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.
“Masyarakat di daerah ini yakni Babahrot-Gayo Lues telah menunggu sejak 32 lamanya untuk menikmati infrastruktur jalan yang representatif yang telah dicanangkan oleh para gubernur terdahulu,” katanya.
Menurut dia pembangunan jalan tersebut juga bagian meningkatkan silaturrahmi di mana nantinya akan mempermudah akses masyarakat yang ada di setiap kabupaten untuk saling berinteraksi dalam berbagai sektor.
“Saya sangat berharap dukungan dari pemerintah daerah, Forkopimda, tokoh masyarakat untuk kesuksesan pembangunan ruas jalan ini,” katanya.
Ia berkomitmen untuk tetap mewujudkan pembangunan ruas jalan yang ditargetkan akan tuntas pada tahun 2022.
Kepala Dinas PUPR Provinsi Aceh, Fajri mengatakan Pemerintah Aceh akan membangun ruas jalan batas Gayo Lues-Babahrot sepanjang 28,KM dengan anggaran sebesar Rp125 miliar.
Kemudian ruas jalan Blang Kejeren-Togra sampai batas Aceh Barat Daya sepanjang 91,3 Km dengan anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp396 miliar.
Semoga jalan tersebut segera terwujud dan mimpi 32 tahun silam itu tertunaikan.