Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan implementasi perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) membutuhkan komitmen politik tinggi.
"Pesiden sampaikan bahwa penandatanganan ini hanya permulaan. Jalan panjang dan terjal mungkin ada di hadapan kita, yakni bagaimana kita mengimplementasikannya dan ini memerlukan komitmen politik pada tingkat tertinggi," kata Menlu Retno dalam konferensi pers virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Minggu.
Retno menyampaikan hal tersebut seusai penandatanganan RCEP yang dilakukan oleh 10 negara anggota ASEAN dengan lima negara mitra ASEAN yaitu Australia, Selandia Baru, China, Jepang dan Korea Selatan.
"Bagi Indonesia, kita masih membuka peluang negara di kawasan untuk bergabung ke dalam RCEP dan dari statement negara RCEP, mereka sampaikan apresiasi atas kepemimpinan Indonesia selama proses negosiasi," tambah Retno.
Menurut Retno, proses negosiasi tersebut menunjukkan kepemimpinan ASEAN dalam hubungannya dengan negara-negara mitra.
"Tahun ini merupakan tahun yang bersejarah, 15 negara telah menandatangani RCEP yang terdiri dari 20 bab, 8 annex terkait akses pasar, dan 10 annex terkait aturan petunjuk teknis," ungkap Retno.
RCEP merupakan inisiatif Indonesia saat menjadi ketua ASEAN dan disepakati pada pertemuan pemimpin ASEAN pada November 2011. Perundingan pertama dimulai pada Maret 2013 dimana Indonesia bertindak sebagai chair RCEP negotiation.
RCEP diharapkan dapat menciptakan kondisi kondusif dan kompetitif bagi ekonomi di kawasan Indo-Pasifik.
"Di dalam pertemuan RCEP presiden antara lain menyampaikan proses perundingan bukan hal yang mudah. Sejak keketuaan Indonesia pada 2011, membutuhkan waktu hampir satu dekade untuk bisa menyelesaikan perundingan ini dan penandatanganan ini menandai masih kuatnya komitmen kita terhadap multilateralisme," ungkap Retno.
RCEP juga menandai komitmen kita terhadap prinsip perdagangan multilateral yang terbuka, adil, dan menguntungkan semua.
"RCEP juga memberikan harapan dan optimisme baru bagi pemulihan ekonomi pascapandemi dan merupakan sebuah kehormatan bagi Indonesia menjadi negara koordinator dalam proses panjang ini. Presiden menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas dukungan dan kontribusi konstruktif semua negara tanpa terkecuali dalam proses perundingan ini," tambah Retno.
Lebih lanjut Presiden Jokowi, menurut Retno mengatakan bahwa RCEP adalah simbol komitmen pemimpin negara di kawasan terhadap paradigma win-win.
"Komitmen pemimpin negara atas perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan kawasan dan ini menjadi bagian penting komitmen kawasan terhadap sentralitas ASEAN di kawasan Indo-Pasifik," ungkap Rento.
Selain Retno, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengungkapkan RCEP sudah melalui proses panjang perundingan paripurna sebanyak 31 putaran.
"RCEP merupakan gagasan yang secara berani yang dicetuskan Indonesia untuk mempertahankan sentralitas ASEAN memasuki global value chain secara lebih dalam. Kerja keras kita selama delapan tahun menghasilkan perjanjian setebal 14.367 halaman," kata Agus.
Perjanjian RCEP memiliki 20 bab, 17 annex, dan 54 scheduled komitmen yang mengikat 15 negara peserta tanpa memerlukan satu pun side letter.
Ke-15 negara penandatangan perjanjian RCEP ini secara kumulatif mewakili 29,6 persen penduduk dunia, 30,2 persen GDP dunia, 27,4 persen perdagangan dunia dan 29,8 persen FDI dunia.
Data ekspor Indonesia ke 14 negara RCEP selama lima tahun terakhir menunjukkan tren positif, 7,35 persen sedangkan pada 2019 total ekspor non-migas ke kawasan RCEP mewakili 56,51 persen total ekspor Indonesia ke dunia yakni senilai 84,4 miliar dolar AS.
Sementara dari impor, RCEP mewakili 65,79 persen total impor Indonesia dari dunia yaitu 102 miliar dolar AS.
"Kajian lembaga swasta pada September 2020 lalu menyimpulkan bahwa dalam lima tahun setelah diratifikasi, RCEP berpotensi meningkatkan ekspor Indonesia ke negara peserta sebesar 8-11 persen dan investasi ke Indonesia sebesar 18-22 persen," tambah Agus.
Artinya, melalui RCEP, Indonesia dapat menikmati spill over effect dari FTA yang dimiliki negara anggota RCEP dan negara non-anggota.
"Perluasan peran Indonesia melalui global supply chain dari spill over effect ini berpotensi meningkatkan ekspor Indonesia ke dunia sebesar 7,2 persen," ungkap Agus.
Presiden Jokowi: Implementasi RCEP butuh komitmen politik tinggi
Minggu, 15 November 2020 18:06 WIB