Banda Aceh (ANTARA Aceh) - "Meugang" (hari motong) menjelang bulan puasadan Idulfitri dan Iduladha seperti sudah menjadi kebiasaan masyarakat Aceh yang mayoritas muslim tersebut.
Setiap menjelang dua hari atau satu hari puasa, para pedagang yang menjual daging sapi dan kerbau meningkat hampir 100 persen. Hampir di setiap sudut pasar ada pedagang daging, bahkan di los-los penjualan ikan berubah fungsi jadi dagangan daging.
Beda halnya di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), meugang tidak hanya di pasar, tetapi khusus di bantaran daerah aliran sungai (DAS).
Jualan daging meugang di DAS Krueng Susoh, Kecamatan Blangpidie, itu sepertinya sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di daerah itu menjelang puasa dan Lebaran.
Pantauan pada hari Selasa, ratusan warga dari berbagai penjuru desa, bahkan dari kabupaten tetangga, seperti Nagan Raya dan Aceh Selatan, berbondong-bondong membeli daging meugang di bantaran DAS Krueng Susoh itu.
Kendatipun hujan yang menguyur dari subuh hingga pukul 10.00 WIB siang, antusias warga untuk mendatangi tempat penyembelihan makin ramai dan mengakibatkan Jalan Manyang yang menuju lokasi pemotongan mengalami kemacetan sejak pukul 07.00 WIB.
Macetnya Jalan At-taqwa, membuat puluhan personil polisi kewalahan mengatur arus lalu lintas di kawasan tersebut karena belasan ribu warga memasuki kawasan penyembelihan dari berbagai arah dengan menggunakan roda dua dan empat.
Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Abdya R.S. E.Z. Muntasir menyatakan bahwa lokasi penyembelihan ternak di Kabupaten Abdya ada dua tempat, yakni di lapangang bola, Kecamatan Manggeng dan di bantaran DAS Krueng Susoh.
Jumlah ternak yang dipotong pada hari meugang puasa itu mencapai 210 ekor kerbau dan sapi dan pusat pemotongan dan penjualan daging dilakukan di atas bantaran sungai.
Harga daging yang dijual pedangan bervariasi, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp160 ribu per kilogram.
Mahalnya harga daging di Abdya, kata dia, akibat dipicu oleh mahalnya harga kerbau yang semakin hari semakin susah didapatkan sejak beberapa tahun terakhir.
Apalagi, kata dia, ratusan ternak yang dipotong para pedagang musiman tersebut kebanyakan berasal dari luar daerah.
Menurut dia, relatif banyak ternak yang didatangkan dari Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, bahkan ada juga dari Kabupaten Nagan Raya. Jadi, selain harga ternak mahal ditambah lagi ongkos bawa ke Abdya. Tidak pelak lagi, harga daging tinggi.
Ditanya tempat pemotongan ternak, Kabid Peternakan Abdya ini mengatakan bahwa penyembelihan ternak di atas bantaran sungai ini dilakukan bukan pada saat meugang puasa saja, melainkan pemotongan juga dilakukan pada meugang Lebaran.
Pemotongan ternak yang dipusatkan di bantaran sungai yang membelah Kota Blangpidie tersebut sudah berlangsung sejak lama, bahkan sudah menjadi tradisi masyarakat Abdya dalam hal beli daging meugang.
Selain mudah untuk membersihkan kotoran hewan juga kawasan sungai tersebut arealnya luas dan lebar.
"Jadi, pemotongan ternak di atas bantaran sungai ini hanya dilakukan pada saat meugang puasa dan meugang Lebaran saja. Kalau hari-hari lain, tidak ada aktifitas pemotongan ternak di kawasan sungai ini," kata Muntasir.
Minggu Terakhir
Tradisi lainnya menjelang Ramadan juga dilakukan masyarakat Aceh, yakni "minggu terakhir" yang dimanfaatkan untuk berwisata di pantai dan obejk-objek wisata lainnya.
Pada saat itulah, warga tidak hanya sekadar menikmati keindahan alam saja, tetapi mereka terkadang menggelar pesta, seperti membakar ikan dan memasak "kuah belanga", yakni gulai daging kambing atau sapi khas Aceh di pantai.
Minggu terakhir menjelang Ramadan itu hampir objek wisata bahari dan pegunungan dipadati pengunjung karena selama bulan puasa sudah menjadi kebiasaan tempat-tempat wisata ditutup sementara.
"Ini momentum hari libur, apalagi kita akan memasuki bulan puasa. Dalam satu dua hari ke depan juga di wilayah sini akan ada kegiatan sakral, yaitu meugang. Jadi, ini momen tepat untuk kita padukan," kata Muslim, pimpinan pengunjung pantai wisata Indah Permai, Kabupaten Nagan Raya.
Rombongan itu memanfaatkan liburan akhir pekan ini dengan seluruh karyawan/i untuk mempererat silaturahmi, makan bersama, dan diakhiri dengan doa.
Dengan adanya kegiatan demikian, paling tidak dapat membuang rasa jenuh dan mengembalikan semangat untuk bekerja agar lebik baik pada saat menjalankan ibadah bulan puasa. Kegiatan demikian disambut baik oleh karyawanya.
Masyarakat yang berkunjung membawa keluarga lengkap dengan peralatan sarana hiburan serta tenda-tenda berjejer hampir di sepanjang pingir pantai menikmati panorama laut lepas Samudra Indonesia-Hindia.
Hal serupa juga dilakukan oleh para jurnalis bekerja di wilayah Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Belasan wartawan dari media cetak dan elektronik memanfaatkan liburan akhir pekan ini dipantai Batu Putih, Kecamatan Johan Pahlawan.
"Acara kita lakukan antar sesama wartawan dan keluarga untuk saling berkenalan dan intinya adalah kita mempererat silaturahmi, apalagi kita sejenak lagi akan memasuki puasa," kata Arif Fahmi, wartawan televisi swasta nasional.
Meskipun kegiatan dilakukan para wartawan ini hanya sebatas bakar-bakar ikan di tepi pantai, ada hikmah tersirat begitu besar sehingga perkumpulan wartawan di kawasan itu bisa saling bertukar pendapat dan terciptanya rasa kebersamaan sesama insan pers.
Objek wisata bahari juga terpantau padat di Pantai Merah Putih Desa Suak Indra Puri, Kecamatan Johan Pahlawan, masyarakat yang berkunjung kekawasan makam massal korban tsunami Aceh Barat ini berlantaikan tikar dan beratap langit di tengah cuaca sangat mendukung.
Hampir di setiap lokasi kawasan objek wisata yang tersedia dikunjungi disediakan tempat teduh, tenda, dan warung kecil penyedia bermacam aneka pangan, seperti mi aceh, kopi gelas terbalik (tubrok), rujak, dan bermacam aneka minuman.
Kawasan objek wisata pantai di Kabupaten Aceh Besar seperti di kawasan Lhoknga dan Lampu'uk juga dipadati pengunjung sejak pagi hari hingga sore.
Yang lebih penting lagi, bagaimana umat Islam ini bisa memanfaatkan bulan suci Ramadan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT karena semua kebaikan pada bulan itu pahalanya akan dilipatgandakan.
Setiap menjelang dua hari atau satu hari puasa, para pedagang yang menjual daging sapi dan kerbau meningkat hampir 100 persen. Hampir di setiap sudut pasar ada pedagang daging, bahkan di los-los penjualan ikan berubah fungsi jadi dagangan daging.
Beda halnya di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), meugang tidak hanya di pasar, tetapi khusus di bantaran daerah aliran sungai (DAS).
Jualan daging meugang di DAS Krueng Susoh, Kecamatan Blangpidie, itu sepertinya sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di daerah itu menjelang puasa dan Lebaran.
Pantauan pada hari Selasa, ratusan warga dari berbagai penjuru desa, bahkan dari kabupaten tetangga, seperti Nagan Raya dan Aceh Selatan, berbondong-bondong membeli daging meugang di bantaran DAS Krueng Susoh itu.
Kendatipun hujan yang menguyur dari subuh hingga pukul 10.00 WIB siang, antusias warga untuk mendatangi tempat penyembelihan makin ramai dan mengakibatkan Jalan Manyang yang menuju lokasi pemotongan mengalami kemacetan sejak pukul 07.00 WIB.
Macetnya Jalan At-taqwa, membuat puluhan personil polisi kewalahan mengatur arus lalu lintas di kawasan tersebut karena belasan ribu warga memasuki kawasan penyembelihan dari berbagai arah dengan menggunakan roda dua dan empat.
Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Abdya R.S. E.Z. Muntasir menyatakan bahwa lokasi penyembelihan ternak di Kabupaten Abdya ada dua tempat, yakni di lapangang bola, Kecamatan Manggeng dan di bantaran DAS Krueng Susoh.
Jumlah ternak yang dipotong pada hari meugang puasa itu mencapai 210 ekor kerbau dan sapi dan pusat pemotongan dan penjualan daging dilakukan di atas bantaran sungai.
Harga daging yang dijual pedangan bervariasi, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp160 ribu per kilogram.
Mahalnya harga daging di Abdya, kata dia, akibat dipicu oleh mahalnya harga kerbau yang semakin hari semakin susah didapatkan sejak beberapa tahun terakhir.
Apalagi, kata dia, ratusan ternak yang dipotong para pedagang musiman tersebut kebanyakan berasal dari luar daerah.
Menurut dia, relatif banyak ternak yang didatangkan dari Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, bahkan ada juga dari Kabupaten Nagan Raya. Jadi, selain harga ternak mahal ditambah lagi ongkos bawa ke Abdya. Tidak pelak lagi, harga daging tinggi.
Ditanya tempat pemotongan ternak, Kabid Peternakan Abdya ini mengatakan bahwa penyembelihan ternak di atas bantaran sungai ini dilakukan bukan pada saat meugang puasa saja, melainkan pemotongan juga dilakukan pada meugang Lebaran.
Pemotongan ternak yang dipusatkan di bantaran sungai yang membelah Kota Blangpidie tersebut sudah berlangsung sejak lama, bahkan sudah menjadi tradisi masyarakat Abdya dalam hal beli daging meugang.
Selain mudah untuk membersihkan kotoran hewan juga kawasan sungai tersebut arealnya luas dan lebar.
"Jadi, pemotongan ternak di atas bantaran sungai ini hanya dilakukan pada saat meugang puasa dan meugang Lebaran saja. Kalau hari-hari lain, tidak ada aktifitas pemotongan ternak di kawasan sungai ini," kata Muntasir.
Minggu Terakhir
Tradisi lainnya menjelang Ramadan juga dilakukan masyarakat Aceh, yakni "minggu terakhir" yang dimanfaatkan untuk berwisata di pantai dan obejk-objek wisata lainnya.
Pada saat itulah, warga tidak hanya sekadar menikmati keindahan alam saja, tetapi mereka terkadang menggelar pesta, seperti membakar ikan dan memasak "kuah belanga", yakni gulai daging kambing atau sapi khas Aceh di pantai.
Minggu terakhir menjelang Ramadan itu hampir objek wisata bahari dan pegunungan dipadati pengunjung karena selama bulan puasa sudah menjadi kebiasaan tempat-tempat wisata ditutup sementara.
"Ini momentum hari libur, apalagi kita akan memasuki bulan puasa. Dalam satu dua hari ke depan juga di wilayah sini akan ada kegiatan sakral, yaitu meugang. Jadi, ini momen tepat untuk kita padukan," kata Muslim, pimpinan pengunjung pantai wisata Indah Permai, Kabupaten Nagan Raya.
Rombongan itu memanfaatkan liburan akhir pekan ini dengan seluruh karyawan/i untuk mempererat silaturahmi, makan bersama, dan diakhiri dengan doa.
Dengan adanya kegiatan demikian, paling tidak dapat membuang rasa jenuh dan mengembalikan semangat untuk bekerja agar lebik baik pada saat menjalankan ibadah bulan puasa. Kegiatan demikian disambut baik oleh karyawanya.
Masyarakat yang berkunjung membawa keluarga lengkap dengan peralatan sarana hiburan serta tenda-tenda berjejer hampir di sepanjang pingir pantai menikmati panorama laut lepas Samudra Indonesia-Hindia.
Hal serupa juga dilakukan oleh para jurnalis bekerja di wilayah Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Belasan wartawan dari media cetak dan elektronik memanfaatkan liburan akhir pekan ini dipantai Batu Putih, Kecamatan Johan Pahlawan.
"Acara kita lakukan antar sesama wartawan dan keluarga untuk saling berkenalan dan intinya adalah kita mempererat silaturahmi, apalagi kita sejenak lagi akan memasuki puasa," kata Arif Fahmi, wartawan televisi swasta nasional.
Meskipun kegiatan dilakukan para wartawan ini hanya sebatas bakar-bakar ikan di tepi pantai, ada hikmah tersirat begitu besar sehingga perkumpulan wartawan di kawasan itu bisa saling bertukar pendapat dan terciptanya rasa kebersamaan sesama insan pers.
Objek wisata bahari juga terpantau padat di Pantai Merah Putih Desa Suak Indra Puri, Kecamatan Johan Pahlawan, masyarakat yang berkunjung kekawasan makam massal korban tsunami Aceh Barat ini berlantaikan tikar dan beratap langit di tengah cuaca sangat mendukung.
Hampir di setiap lokasi kawasan objek wisata yang tersedia dikunjungi disediakan tempat teduh, tenda, dan warung kecil penyedia bermacam aneka pangan, seperti mi aceh, kopi gelas terbalik (tubrok), rujak, dan bermacam aneka minuman.
Kawasan objek wisata pantai di Kabupaten Aceh Besar seperti di kawasan Lhoknga dan Lampu'uk juga dipadati pengunjung sejak pagi hari hingga sore.
Yang lebih penting lagi, bagaimana umat Islam ini bisa memanfaatkan bulan suci Ramadan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT karena semua kebaikan pada bulan itu pahalanya akan dilipatgandakan.