Di samping itu, lanjut dia, tentu upaya yang sama dilakukan untuk sektor-sektor lain yang diharapkan terus bergerak maju sehingga bisa menjajaki pasar global seperti songket Aceh, tenun dan produk lainnya yang bernilai tambah.
“Kita harus lihat (songket Aceh) ini nilai lebih tinggi, dengan menyesuaikan pada minat masyarakat menengah ke atas yang sebenarnya tidak selalu tidak mempermasalahkan harga, tapi yang penting kenyamanan, unik dan lainnya,” ujarnya.
Ia menambahkan Bank Indonesia terus berupaya mengembangkan UMKM di Aceh hingga ekspor, melalui strategi peningkatan kapasitas (capacity building), bantuan teknis, fasilitasi event internasional, pemberian bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) serta pelatihan dan pendampingan, hingga akses pembiayaan UMKM.
Menurut dia, beberapa strategi tersebut juga telah mampu mendukung UMKM di Aceh untuk melakukan ekspor di tahun 2023 seperti koperasi Ribang Gayo Pantan Meusara yang ekspor melalui aggregator Degayo ke Amerika Serikat (AS) dengan nilai sebesar 1 juta dolar AS dan Koperasi Babburayan melalui Dubai Expo senilai 5 juta AS ke beberapa negara.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga berhasil kerjasama dengan PT Garuda dan Kementerian Keuangan Kantor Wilayah Provinsi Aceh juga telah menghasilkan 18 UMKM yang telah lulus kurasi.
“Selanjutnya 18 UMKM ini akan didampingi untuk melakukan repackaging product untuk keperluan showcasing di ITPC Jeddah. Pengiriman produk telah dikirim pada bulan Agustus 2023,” ujarnya.
Baca juga: Tingkatkan ekonomi, BI-Pemkot Lhokseumawe siap berkolaborasi gaet investasi