Banda Aceh (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh memprioritaskan pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berorientasi pada ekspor dan sektor pangan, sebagai upaya mendukung terciptanya kestabilan nilai rupiah di provinsi paling barat Indonesia itu.
“Kita terus mendorong UMKM harus naik kelas, dengan tujuan akhir mereka harus bisa ekspor,” kata Kepala BI Aceh Rony Widijarto di Aceh Besar, Kamis.
Ia menjelaskan Aceh memiliki ketersediaan dan kualitas sumber daya alam yang sangat baik, seperti kopi, coklat, rempah dan nilam, serta juga didukung dengan kondisi tanah yang subur sehingga memudahkan akses bahan baku.
Baca juga: BI: Volume pengguna QRIS di Aceh capai target 5 juta transaksi
Adapun jenis UMKM yang menjadi prioritas pengembangan Bank Indonesia seperti usaha kopi, coklat, produk parfum, body car, craft, food and beverage (FnB) serta sektor pangan seperti komoditas padi, cabai, bawang dan lainnya.
“Makanya sebagian produk itu sudah kita dorong untuk ekspor. Pertama sekali memang kopi, karena kopi arabika Gayo sudah mendapat tempat di sisi konsumen luar negeri,” ujarnya.
Di samping itu, lanjut dia, tentu upaya yang sama dilakukan untuk sektor-sektor lain yang diharapkan terus bergerak maju sehingga bisa menjajaki pasar global seperti songket Aceh, tenun dan produk lainnya yang bernilai tambah.
“Kita harus lihat (songket Aceh) ini nilai lebih tinggi, dengan menyesuaikan pada minat masyarakat menengah ke atas yang sebenarnya tidak selalu tidak mempermasalahkan harga, tapi yang penting kenyamanan, unik dan lainnya,” ujarnya.
Ia menambahkan Bank Indonesia terus berupaya mengembangkan UMKM di Aceh hingga ekspor, melalui strategi peningkatan kapasitas (capacity building), bantuan teknis, fasilitasi event internasional, pemberian bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) serta pelatihan dan pendampingan, hingga akses pembiayaan UMKM.
Menurut dia, beberapa strategi tersebut juga telah mampu mendukung UMKM di Aceh untuk melakukan ekspor di tahun 2023 seperti koperasi Ribang Gayo Pantan Meusara yang ekspor melalui aggregator Degayo ke Amerika Serikat (AS) dengan nilai sebesar 1 juta dolar AS dan Koperasi Babburayan melalui Dubai Expo senilai 5 juta AS ke beberapa negara.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga berhasil kerjasama dengan PT Garuda dan Kementerian Keuangan Kantor Wilayah Provinsi Aceh juga telah menghasilkan 18 UMKM yang telah lulus kurasi.
“Selanjutnya 18 UMKM ini akan didampingi untuk melakukan repackaging product untuk keperluan showcasing di ITPC Jeddah. Pengiriman produk telah dikirim pada bulan Agustus 2023,” ujarnya.
Baca juga: Tingkatkan ekonomi, BI-Pemkot Lhokseumawe siap berkolaborasi gaet investasi
BI Aceh prioritaskan pengembangan UMKM orientasi ekspor dan pangan
Kamis, 19 Oktober 2023 14:38 WIB