Ia mengatakan lembaga tersebut sebenarnya sudah siap menyalurkan bantuan logistik dan bantuan, namun sampai sekarang akses yang aman untuk menuju pasien dan rumah sakit masih belum terbuka.
"Menyeberang masuk ke Gaza adalah satu hal, langkah selanjutnya adalah mencapai rumah sakit dan tempat perbekalan," katanya.
Mengenai klaim Israel bahwa rumah sakit di Gaza menjadi sasaran akibat adanya terowongan Hamas di bawah rumah sakit, dia berkata: "Sebagai WHO, kami tidak dapat memverifikasi apa yang ada di bawah rumah sakit. Yang kami bisa verifikasi adalah apa yang ada di dalam rumah sakit dan di atas tanah dan hal tersebut sangat membutuhkan fasilitas medis."
Baca juga: Presiden Jokowi melepas bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Gaza
Jalur Gaza telah dibom secara besar-besaran sejak kelompok Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada 7 Oktober.
Setidaknya 10.328 warga Palestina, termasuk 4.327 anak-anak dan 2.719 perempuan, telah tewas sejak serangan balik tersebut. Sementara itu, jumlah kematian dari pihak Israel, menurut data resmi hampir mencapai 1.600 orang.
Sekjen PBB Antonio Guterres telah mengatakan bahwa "Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak," karena ratusan anak perempuan dan laki-laki tewas atau terluka setiap hari.
Mencapai satu bulan, 70 persen populasi di Gaza telah mengungsi, menurut badan PBB untuk Palestina, UNRWA. Gencatan senjata antara Israel dan Hamas Palestina sangat dibutuhkan sebagai jeda untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Prabowo: Indonesia akan kirim kapal rumah sakit ke Gaza