Melestarikan tradisi 'boh gaca' bagi pengantin baru di Aceh
Oleh Khalis Surry Jumat, 10 November 2023 13:32 WIB
Sama dengan daerah lainnya, tradisi ini diawali dengan doa, shalawat, peusijuek, dan boh gaca. Biasanya, tradisi boh gaca dilakukan saat malam hari, selama tiga malam berturut-turut.
Daun pacar yang digiling juga tidak sembarang, memiliki ketentuan tertentu. Batu giling daun pacar juga harus dilapisi tujuh kain dan daun pisang. Tentu syarat-syarat ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat lokal.
Harapan kita boh gaca ini terus dilestarikan dan diwariskan pada generasi muda, jangan terpengaruh oleh budaya luar, ujar Syeh Sabirin.
Pengaruh luar
Budayawan Irma Yani Ibrahim menyebut tradisi boh gaca di Aceh mulai terpengaruh budaya luar. Banyak budaya Aceh yang sudah berubah karena perkembangan zaman, dan masuknya budaya asing.
Kini, banyak masyarakat yang menggunakan henna instan. Tidak lagi menggunakan daun pacar asli dari pohon yang ditanam di Aceh. Saat pembuatannya pun, masyarakat mulai meninggalkan tradisi adatnya, selayaknya tradisi boh gaca.
“Sekarang orang banyak pakai henna instan, tidak ada proses adat, yang penting bagi mereka ada hennanya. Tidak hanya henna India, tapi ada henna warna putih yang memang sudah jauh dari tradisi kita,” ujarnya.
Sebab itu, Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) menjadi momentum yang sangat penting untuk melahirkan pahlawan-pahlawan baru dalam upaya melestarikan dan memperkenalkan budaya kepada generasi muda, salah satunya seperti tradisi boh gaca.
Apalagi Aceh juga telah memiliki sekitar 67 warisan budaya tak benda, mulai dari bentuk tarian, kuliner, tradisi, motif, dan lainnya, ujar Irma.
Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Evi Mayasari menyebut lomba boh gaca menjadi upaya pemerintah untuk merawat dan melestarikan eksistensi kebudayaan Aceh di tengah masyarakat.
Pemerintah tentu memiliki tanggung jawab untuk melestarikan adat dan istiadat di Aceh. Oleh sebab itu, pihaknya terus melakukan pembinaan di kabupaten/kota, terutama dalam menggalakkan pendokumentasian dan inventarisasi seluruh karya budaya di masing-masing daerah.
Upaya tersebut dilakukan setiap tahun melalui pokok-pokok pikiran kebudayaan (PPKD), mulai dari inventarisasi data-data kebudayaan, sekaligus implementasi di tengah masyarakat.
Untuk pelestarian motif, pihaknya telah menyusun buku tentang beragam motif khas Aceh. Buku ini diharapkan menjadi panduan bagi daerah dalam merawat motif Aceh, agar tidak tergerus dan tergantikan dengan motif-motif luar.
Tradisi boh gaca juga sedang dipersiapkan untuk diusulkan menjadi WBTB. Maka sudah sepatutnya, masyarakat di daerah Serambi Mekkah itu untuk terus merawat tradisi yang sudah turun-menurun dari masa ke masa.
Baca juga: Sabang perkenalkan motif bungong ue saat lomba boh gaca PKA 8