Aceh Timur (ANTARA) -
Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Peurelak mengibarkan bendera bintang bulan dalam rangka milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-47 di Monumen Islam Asia Tenggara (Monisa) Makam Sultan Alaidin Sayed Maulana Abdul Aziz Syah Gampong Banda Khalifah Bandrong, Pereulak, Aceh Timur.
Pantau di lokasi milad di Aceh Timur, Senin, pengibaran bendera bintang bulan itu diiringi kumandang azan. Hal ini bertujuan mengenang dan penghormatan terhadap kombatan GAM yang gugur pada masa konflik Aceh lalu.
Namun, setelah 30 menit dikibarkan bendera bintang bulan tersebut kemudian kembali diturunkan dengan diiringi sholawat.
"Tepatnya 4 Desember ini, sama-sama kita bisa mengenang kembali sejarah yang berkaitan langsung dengan perjuangan Aceh," kata Wakil Panglima Daerah 1 Pereulak Husaini.
Menurut dia, perjuangan rakyat Aceh ini sangatlah panjang, mulai menghadapi agresi Belanda pada 1873, Jepang rentang waktu 1942 hingga 1945, DI/TII pada 1953-1960.
Kemudian perang bersenjata melawan Pemerintah Republik Indonesia selama 29 tahun, yang mulai pada tahun 1976 dan berakhir pada tahun 2005 dengan satu nota kesepahaman perdamaian pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia.
Ia mengatakan 47 tahun yang lalu penuh dengan pertimbangan sejarah dan aturan-aturan hukum internasional serta keberanian dan tekad Paduka Wali Nanggroe Almarhum Tengku Chik Di Tiro Hasan ben Muhammad beserta para sahabatnya mendeklarasikan kemerdekaan kembali untuk Aceh di Pegunungan Halimon, Kabupaten Pidie.
Di saat itu pula, almarhum mengibarkan bendera bintang bulan sebagai bendera negara Aceh. Perjuangan yang dirintisnya, kini memasuki 47 tahun dan telah tercatat berbagai peristiwa yang pernah terjadi sampai 2005.
"Dan hari ini menjadi suatu sejarah baru yang perlu dikembangkan dan diajarkan kepada generasi kita bahwa kita tak boleh berhenti. Namun, harus terus bergerak sampai berdampak pada tujuan akhir dari cita-cita perjuangan suci ini," katanya.
Ia mengatakan peran besar seluruh anggota KPA di seluruh Aceh dalam rangka menggalang kolaborasi yang universal maka telah terbentuk rasa kebersamaan di berbagai wilayah dalam menyongsong kemenangan.
Terlebih lagi dalam hitungan puluhan hari ke depan, akan menghadapi kontestasi politik untuk pemilihan para anggota legislatif yang diusung oleh Partai Aceh, baik untuk kabupaten kota maupun Aceh.
"Tak terhenti di situ saja, beberapa bulan setelah pemilu, kita akan berhadapan dengan pemilihan kepala daerah yang tentunya Partai Aceh juga akan mengusung kandidatnya, baik untuk bupati dan wakil," kata Husaini.