Rutan Kelas IIB Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, mengembangkan inovasi usaha pembuatan roti untuk kemandirian warga binaan.
Plt Kepala Rutan Kelas IIB Takengon Husni di Aceh Tengah, Minggu, mengatakan usaha pembuatan roti tersebut mulai dirintis tujuh bulan lalu dan saat ini produknya sudah laris manis di pasaran.
"Alhamdulillah peminat roti sekarang sangat tinggi, walau hanya dipasarkan di wilayah Aceh Tengah," kata Husni.
Menurutnya, usaha pembuatan roti tersebut dikelola secara profesional dengan membentuk koperasi dan memberdayakan warga binaan.
Usaha roti tersebut setiap harinya mampu memproduksi 500 sampai 700 roti dengan berbagai model dan rasa
Roti ini diberi nama atau merek Kanata singkatan dari Karya Narapidana Takengon. Roti tersebut dijual Rp3.000 per potong.
"Untuk warga binaan, kami seleksi, lalu diberikan pelatihan. Sekarang mereka sudah bisa membuat lebih dari 30 model dan rasa roti, tapi yang intens dibuat sekarang ada sekitar 20 rasa," kata Husni.
Husni menuturkan hasil dari usaha roti tersebut dapat digunakan untuk kesejahteraan para anggota koperasi yang tak lain adalah warga binaan dan pegawai di rutan.
"Hasilnya penjualan untuk koperasi. Kemudian, dibagi untuk kesejahteraan anggota koperasi. Komitmen kami setahun tiga kali, pada meugang puasa, meugang Idul Fitri, dan meugang Idul Adha," tuturnya.
Dia menyebut usaha roti ini bahkan sudah mampu berkontribusi untuk menyumbang pajak bagi negara. Di akhir tahun kemarin, pajak yang dibayarkan hampir Rp6 juta.
Dia berharap usaha pembuatan roti tersebut dapat terus berjalan dan berkembang, sehingga nantinya juga dapat menjadi bekal keterampilan bagi para warga binaan setelah bebas nantinya.
"Selain pembuatan roti, Rutan Takengon juga mengembangkan usaha produk air mineral. Kami menargetkan empat inovasi usaha di kembangkan di rutan ini," pungkas Husni.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Plt Kepala Rutan Kelas IIB Takengon Husni di Aceh Tengah, Minggu, mengatakan usaha pembuatan roti tersebut mulai dirintis tujuh bulan lalu dan saat ini produknya sudah laris manis di pasaran.
"Alhamdulillah peminat roti sekarang sangat tinggi, walau hanya dipasarkan di wilayah Aceh Tengah," kata Husni.
Menurutnya, usaha pembuatan roti tersebut dikelola secara profesional dengan membentuk koperasi dan memberdayakan warga binaan.
Usaha roti tersebut setiap harinya mampu memproduksi 500 sampai 700 roti dengan berbagai model dan rasa
Roti ini diberi nama atau merek Kanata singkatan dari Karya Narapidana Takengon. Roti tersebut dijual Rp3.000 per potong.
"Untuk warga binaan, kami seleksi, lalu diberikan pelatihan. Sekarang mereka sudah bisa membuat lebih dari 30 model dan rasa roti, tapi yang intens dibuat sekarang ada sekitar 20 rasa," kata Husni.
Husni menuturkan hasil dari usaha roti tersebut dapat digunakan untuk kesejahteraan para anggota koperasi yang tak lain adalah warga binaan dan pegawai di rutan.
"Hasilnya penjualan untuk koperasi. Kemudian, dibagi untuk kesejahteraan anggota koperasi. Komitmen kami setahun tiga kali, pada meugang puasa, meugang Idul Fitri, dan meugang Idul Adha," tuturnya.
Dia menyebut usaha roti ini bahkan sudah mampu berkontribusi untuk menyumbang pajak bagi negara. Di akhir tahun kemarin, pajak yang dibayarkan hampir Rp6 juta.
Dia berharap usaha pembuatan roti tersebut dapat terus berjalan dan berkembang, sehingga nantinya juga dapat menjadi bekal keterampilan bagi para warga binaan setelah bebas nantinya.
"Selain pembuatan roti, Rutan Takengon juga mengembangkan usaha produk air mineral. Kami menargetkan empat inovasi usaha di kembangkan di rutan ini," pungkas Husni.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022