Permintaan perlengkapan seragam sekolah di Kota Banda Aceh, Aceh, mulai meningkat menyambut tahun ajaran baru 2024/2025, baik ke penjahit pakaian maupun tempat penjualan baju.
"Ya, alhamdulillah ini sudah mulai ada banyak permintaan menjahit baju seragam sekolah," kata salah penjahit seragam sekolah Setia Tailor, Kampung Baru Banda Aceh, Rasam, di Banda Aceh, Kamis.
Rasam mengatakan, pascatsunami 2004 silam, usahanya sudah mendapatkan kepercayaan menjahit seragam sekolah mulai dari PAUD hingga SMA di Banda Aceh, Aceh Besar, bahkan dari Kabupaten Nagan Raya.
Dia menyebutkan, rata-rata permintaan menjahit seragam sekolah ini fluktuatif, tergantung dari jumlah calon siswa yang mendaftar. Bisa saja tahun ini lebih banyak dari sebelumnya ataupun sebaliknya.
"Jadi sangat fluktuatif, setiap tahunnya tidak sama, tergantung dari jumlah siswa yang mendaftar," ujarnya.
Baca juga: Penjahit dan penjual di Banda Aceh mulai disibukkan permintaan seragam sekolah
Menurut dia, permintaan pembuatan seragam sekolah di tailornya saat ini mengalami peningkatan dibandingkan hari biasanya, yakni mencapai ratusan pemesanan dari berbagai sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Umumnya, jika dilihat secara keseluruhan setiap tahun ajaran baru, pemesanan untuk tingkat TK mencapai 500 setel, SD berkisar 600-700 setel, SMP sekitar 300, dan SMA 250 pasang.
"Perkiraan rata-rata per tahun setiap tahun ajaran baru sebanyak itu. Apalagi terkadang ada yang memesan dua hingga lima setel per orang," katanya pula.
Sedangkan untuk harganya, ujar Rasam, juga tergantung dari jenis kain dan model seragam. Tetapi, angka rata-ratanya paling murah tingkat Rp140 ribu per setel dan paling mahal Rp180 ribu untuk tingkat PAUD.
Kemudian, SMP bisa sampai Rp300 ribu per setel, dan SMA dapat mencapai harga Rp350 ribu per setel, juga tergantung kain dan model seragamnya.
Ia menuturkan, karena saat tahun ajaran baru permintaan meningkat, maka pihaknya sudah menyiasati waktu kerja untuk memenuhi permintaan seragam sekolah.
Ketika hari-hari biasa saat orderan sepi, mereka langsung menjahit awal seragam sekolah yang ukuran standar. Sehingga, ketika masuk tahun ajaran baru mereka sudah memiliki persiapan, dan bisa mengejar permintaan.
"Alhamdulillah cukup waktu, karena untuk ukuran standar langsung kami jahit di awal saat orderan lain kurang, sebagai persiapan. Apalagi memang kami 70 persennya menjahit seragam sekolah," ujarnya.
Meski demikian, kata dia lagi, terkadang mereka juga memiliki kendala ketika bahan atau kain yang tersedia kosong. Maka, harus menunda pekerjaan sementara sampai ada stok, atau kemudian memesannya ke wilayah Pulau Jawa.
"Kendala kami kalau ketersediaan bahan sempat kosong, harus menunda sampai barang ada. Tapi kalau mendesak harus berhubungan dengan Jawa, hanya saja kalau dari sana mahal di ongkos kirim," kata Rasam.
Pada sisi lain, penjual seragam sekolah Zara School di Pasar Aceh, Firman mengaku dagangan mereka sudah mulai diburu masyarakat, hanya saja belum mencapai puncaknya.
Dia mengatakan, dalam pekan ini toko mereka yang menjual seragam sekolah mulai dari TK hingga SMA itu sudah mulai dikunjungi seratusan pembeli per hari, dan meningkat dari bulan sebelumnya. Diperkirakan awal bulan Juli bakal lebih ramai.
"Sekarang sudah mulai meningkat dari hari biasanya, tetapi belum puncaknya. Mungkin nanti bulan Juli, karena waktu sudah dekat masuk sekolah. Memang setiap tahunnya seperti itu," kata Firman.
Ia menambahkan, mereka sudah mempersiapkan semua barang kebutuhan siswa baru khususnya seragam, topi hingga tas. Bahkan, logo-logo secara umum.
"Kami sudah siapkan semua untuk siswa di Banda Aceh dan Aceh Besar, dan kalau harganya berbeda-beda tergantung ukuran dan jenis kainnya. Berkisar antara Rp100 ribu sampai Rp200 ribu ke atas per setel," demikian Firman.
Baca juga: Masuk ajaran baru, Omzet penjual baju seragam sekolah naik di Banda Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Ya, alhamdulillah ini sudah mulai ada banyak permintaan menjahit baju seragam sekolah," kata salah penjahit seragam sekolah Setia Tailor, Kampung Baru Banda Aceh, Rasam, di Banda Aceh, Kamis.
Rasam mengatakan, pascatsunami 2004 silam, usahanya sudah mendapatkan kepercayaan menjahit seragam sekolah mulai dari PAUD hingga SMA di Banda Aceh, Aceh Besar, bahkan dari Kabupaten Nagan Raya.
Dia menyebutkan, rata-rata permintaan menjahit seragam sekolah ini fluktuatif, tergantung dari jumlah calon siswa yang mendaftar. Bisa saja tahun ini lebih banyak dari sebelumnya ataupun sebaliknya.
"Jadi sangat fluktuatif, setiap tahunnya tidak sama, tergantung dari jumlah siswa yang mendaftar," ujarnya.
Baca juga: Penjahit dan penjual di Banda Aceh mulai disibukkan permintaan seragam sekolah
Menurut dia, permintaan pembuatan seragam sekolah di tailornya saat ini mengalami peningkatan dibandingkan hari biasanya, yakni mencapai ratusan pemesanan dari berbagai sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Umumnya, jika dilihat secara keseluruhan setiap tahun ajaran baru, pemesanan untuk tingkat TK mencapai 500 setel, SD berkisar 600-700 setel, SMP sekitar 300, dan SMA 250 pasang.
"Perkiraan rata-rata per tahun setiap tahun ajaran baru sebanyak itu. Apalagi terkadang ada yang memesan dua hingga lima setel per orang," katanya pula.
Sedangkan untuk harganya, ujar Rasam, juga tergantung dari jenis kain dan model seragam. Tetapi, angka rata-ratanya paling murah tingkat Rp140 ribu per setel dan paling mahal Rp180 ribu untuk tingkat PAUD.
Kemudian, SMP bisa sampai Rp300 ribu per setel, dan SMA dapat mencapai harga Rp350 ribu per setel, juga tergantung kain dan model seragamnya.
Ia menuturkan, karena saat tahun ajaran baru permintaan meningkat, maka pihaknya sudah menyiasati waktu kerja untuk memenuhi permintaan seragam sekolah.
Ketika hari-hari biasa saat orderan sepi, mereka langsung menjahit awal seragam sekolah yang ukuran standar. Sehingga, ketika masuk tahun ajaran baru mereka sudah memiliki persiapan, dan bisa mengejar permintaan.
"Alhamdulillah cukup waktu, karena untuk ukuran standar langsung kami jahit di awal saat orderan lain kurang, sebagai persiapan. Apalagi memang kami 70 persennya menjahit seragam sekolah," ujarnya.
Meski demikian, kata dia lagi, terkadang mereka juga memiliki kendala ketika bahan atau kain yang tersedia kosong. Maka, harus menunda pekerjaan sementara sampai ada stok, atau kemudian memesannya ke wilayah Pulau Jawa.
"Kendala kami kalau ketersediaan bahan sempat kosong, harus menunda sampai barang ada. Tapi kalau mendesak harus berhubungan dengan Jawa, hanya saja kalau dari sana mahal di ongkos kirim," kata Rasam.
Pada sisi lain, penjual seragam sekolah Zara School di Pasar Aceh, Firman mengaku dagangan mereka sudah mulai diburu masyarakat, hanya saja belum mencapai puncaknya.
Dia mengatakan, dalam pekan ini toko mereka yang menjual seragam sekolah mulai dari TK hingga SMA itu sudah mulai dikunjungi seratusan pembeli per hari, dan meningkat dari bulan sebelumnya. Diperkirakan awal bulan Juli bakal lebih ramai.
"Sekarang sudah mulai meningkat dari hari biasanya, tetapi belum puncaknya. Mungkin nanti bulan Juli, karena waktu sudah dekat masuk sekolah. Memang setiap tahunnya seperti itu," kata Firman.
Ia menambahkan, mereka sudah mempersiapkan semua barang kebutuhan siswa baru khususnya seragam, topi hingga tas. Bahkan, logo-logo secara umum.
"Kami sudah siapkan semua untuk siswa di Banda Aceh dan Aceh Besar, dan kalau harganya berbeda-beda tergantung ukuran dan jenis kainnya. Berkisar antara Rp100 ribu sampai Rp200 ribu ke atas per setel," demikian Firman.
Baca juga: Masuk ajaran baru, Omzet penjual baju seragam sekolah naik di Banda Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024