Tapaktuan (Antaranews Aceh) - Forum Pala Aceh menyesalkan tudingan mantan Bupati Aceh Selatan, Provinsi Aceh HT Sama Indra yang dinilai tidak menghargai inovasi forum yang mempromosikan komoditas tersebut hingga ke tingkat nasional.

"HT Sama Indra tidak menghargai berbagai program kerja Forum Pala yang telah mengangkat nama baik Pemkab Aceh Selatan di level nasional hingga internasional," kata Ketua Forum Pala Aceh, Dr Mustafril, ST MSi kepada wartawan di Tapaktuan, Minggu.

Forum Pala Aceh menyesalkan pernyataan mantan Bupati Aceh Selatan HT Sama Indra menuding Forum Pala tidak transparan dan tidak mau bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat selama ini.

Ia menilai mantan kepala daerah setempat tidak menghargai berbagai program kerja Forum Pala yang telah mengangkat nama baik Pemkab Aceh Selatan di level nasional dan internasional.

"Atas dasar apa kami dituding tidak mau bekerjasama dengan Pemkab Aceh Selatan, buktinya sejak dari awal dimulainya program kami selalu mengundang Bupati HT Sama Indra dan pejabat terkait lainnya seperti disaat pertemuan dengan ratusan petani pala," imbuhnya.

Bahkan saat berlangsungnya penanaman perdana bibit sambungan pala hutan hasil inovasi salah seorang anggota Forum Pala Aceh, langsung terlibat HT Sama Indra, tegasnya lagi.

Selain menuding tidak mau bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, HT Sama Indra dianggap menuding Forum Pala Aceh, tidak transparan dalam mengelola program kegiatan selama ini di Aceh Selatan.

Menurut Dr Mustafril, Forum Pala Aceh tidak ada kewajiban harus bersikap transparan menunjukkan realisasi laporan penggunaan anggaran kepada Pemkab Aceh Selatan karena pemerintah daerah setempat tidak pernah membantu dana untuk Forum Pala.

Lanjut Mustafril, pihaknya hanya berkewajiban membuat pertanggungjawaban anggaran dan program kerja kepada USAID Lestari Amerika Serikat, selaku donatur utama yang menyokong anggaran selama ini.

Meskipun demikian, kata dia, Forum Pala Aceh tetap juga memaparkan seluruh program kerja yang telah dan akan dilaksanakan dalam setiap berlangsungnya rapat anggota tahunan.

Rapat ini selain dihadiri para pengurus juga dihadiri ratusan petani pala seluruh Aceh Selatan yang tergabung dalam Forum Pala. Setiap digelarnya rapat akhir tahun, selalu mengundang pejabat Pemkab Aceh Selatan.

"Harus terbuka bagaimana lagi Forum Pala Aceh?, kami tidak mungkin melakukan langkah-langkah sesuai yang diinginkan pihak tertentu di luar kemampuan dan kewenangan kami," tegasnya.

Mustafril juga menyangkal tudingan mantan Bupati Aceh Selatan HT Sama Indra yang menyebutkan harga bibit sambungan pala hutan (pala sambutan) terlalu mahal dijual sehingga tidak mampu dijangkau oleh para petani.

Menurutnya, tudingan yang disampaikan itu jelas-jelas keliru dan salah alamat, sebab Forum Pala Aceh tidak pernah menjual bibit pala sambutan, karena seluruh bibit pala yang ada merupakan hasil pengembangan para petani sehingga yang menjual bibit langsung oleh petani para petani.

Forum Pala Aceh, kata dia, hanya terlibat saat melatih dan memberikan bimbingan cara atau teknik melakukan sambungan pala hutan kepada para petani di berbagai pelosok gampong se-Aceh Selatan.


Setelah mereka bisa, kemudian mengembangkan sendiri bibit-bibit pala sambutan yang tahan terhadap hama, lebih cepat berproduksi serta memiliki minyak berkualitas bagus tersebut.

"Kenapa harga bibit pala sambutan tergolong mahal mencapai Rp45.000/ per batang dijual oleh petani?, karena material bibit pala hutan sangat langka susah didapati, lalu disaat disambungkan dengan bibit pala biasa banyak yang rusak," sebutnya lagi.

Ia juga menyampaikab, sebenarnya terhadap orang yang mengerti cara kerja dilapangan serta hasil yang akan didapatkan, tidak wajar diklaim harga sebesar itu mahal, sebab jika dibanding dengan harga bibit pala biasa Rp 15.000/batang, setelah ditanam saat umur 3-5 tahun hampir berbuah tiba-tiba diserang hama hingga akhirnya mati.

Pihaknya, sambung Mustafril, juga tak habis pikir cara pemikiran mantan Bupati Aceh Selatan HT Sama Indra yang menyatakan bibit pala sambutan hasil inovasi Forum Pala Aceh belum teruji di lapangan.

Padahal, faktanya saat ini bibit pala sambutan yang ditanam oleh beberapa petani Aceh Selatan sekitar 3-4 tahun lalu sudah mulai berbuah dan terbukti tahan dari serangan hama jamur akar putih serta ulat penggerek batang.

Bahkan, sejumlah pemerintah daerah se-Indonesia sangat tertarik mengembangkan bibit pala sambutan di daerahnya masing-masing. Salah satunya Pemko Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan yang telah membeli ribuan bibit pala sambutan.

"Sejumlah pemerintah daerah lainnya se-Indonesia yang juga berencana membeli bibit telah menghubungi kami. Tidak masalah jika Pemkab Aceh Selatan masih meragukan hasil inovasi Forum Pala Aceh, yang penting orang luar se-Indonesia bahkan dunia internasional sudah mengakuinya," sesal Mustafril.

Kata Mustafril, satu sisi mantan Bupati Aceh Selatan HT Sama Indra meragukan program tersebut, tapi sisi lain Pemkab Aceh Selatan justru mengagung-agungkan serta membanggakan bibit pala sambutan hasil inovasi Forum Pala Aceh dalam event Top 25 Inovasi Pelayanan Publik tahun 2015 lalu yang digelar kementerian terkait di Jakarta.

"Sangat aneh, pada event Top 25 Inovasi Pelayanan Publik yang salah satunya terpilih Pemkab Aceh Selatan se-Indonesia, telah mengangkat nama daerah dilevel nasional. Produk unggulan Aceh Selatan saat mengikuti event tersebut adalah komoditas bibit pala sambutan. Kenapa sekarang justru telah diabaikan pula hasil inovasi masyarakat Aceh Selatan sendiri tersebut," demikian Dr Mustafir.









(T.KR-ANW/B/H011/H011) 13-05-2018 15:44:53

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018