Meulaboh (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Anak Bangsa (Forkab) Provinsi Aceh Polem Muda Ahmad Yani meminta Polda Aceh untuk mengusut kasus ancam tembak terhadap Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar yang beredar luas di media sosial.
Video ini muncul setelah seorang pria diduga bersenjata api menggunggah sebuah video yang mengancam akan membunuh Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al-Haytar menggunakan senjata api diduga jenis AK-47.
“Kami berharap Polri dan TNI agar serius menyikapi informasi ini supaya masyarakat di Aceh tidak resah,” kata Polem Muda Ahmad Yani dalam keterangan tertulisnya di Meulaboh, Senin (10/2).
Ia juga menegaskan bahwa pihaknya juga mengecam teror ancam bunuh terhadap Wali Nanggroe Aceh karena tindakan tersebut bukan mewakili masyarakat Aceh, melainkan ‘kepentingan’ segelintir orang yang diduga sengaja dimunculkan oleh pihak-pihak terrtentu agar keamanan di Aceh tidak kondusif.
Dengan beredarnya video ancaman tersebut, kata dia, dikhawatirkan akan ikut mengganggu investasi di Aceh karena sebaran video yang diduga dilakukan tersebut sangat mengganggu masyarakat.
“Selama ini masyarakat Aceh sangat aman dan nyaman dalam mencari nafkah, isu ini (ancaman) tidak boleh dibiarkan. Mari kita lawan bersama,” kata Polem Muda Ahmad Yani.
Menurut dia, isu teror yang diciptakan oleh oknum yang tidak dikenal.
Video yang sudah beredar luas di Aceh, lanjut dia, juga dikhawatirkan dapat mengganggu nota perdamaian dalam butir Memorandum of Understanding (MoU) Helsinky pada tahun 2005 antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sudah disepakati pada tanggal 15 Agustus 2005.
“Forkab se-Aceh siap menjadi garda depan untuk melawan terhadap isu miring yang mengganggu norma-norma perdamaian di Aceh,” katanya.
Polem Muda Ahmad Yani teror terhadap Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al-Haytar merupakan sebuah tindakan radikal yang harus dilawan oleh seluruh masyarakat di Aceh.