Palangka Raya (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Tengah bersama Borneo Orangutan Survival (BOS) Nyaru Menteng melepasliarkan tujuh individu orangutan di Hutan Lindung Bukit Batikap, Kabupaten Murung Raya, Kalteng.
"Pelepasliaran ini dilaksanakan pada 16 Februari lalu melibatkan lima indivu orangutan jantan dan dua betina. Dua di antaranya ada sepasang ibu-anak orangutan," kata CEO BOS Jamartin Sihite kepada antara di Palangka Raya, Senin.
Dari pusat rehabilitasi BOS Nyaru Menteng, di Kota Palangka Raya orangutan itu dibawa melalui jalan darat sampai ke Kota Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas. Di sana satu helikopter sewaan menanti. Orangutan kemudian diterbangkan langsung dari Bandara Kuala Kurun ke titik-titik pelepasliaran di jantung Hutan Lindung Bukit Batikap.
Jamartin mengatakan sudah hampir setahun pihaknya tidak melakukan lepasliar orangutan karena pandemi COVID-19. Pihaknya pun kemudian menyusun dan mematangkan protokol baru dalam pelepasliaran dan penyelamatan orangutan di tengah pandemi.
Diantara protokol tersebut seperti melakukan tes deteksi virus COVID-19 secara berkala terhadap seluruh karyawan untuk memastikan orang yang berinteraksi dengan orangutan termasuk orangutan sendiri bebas COVID-19.
"Pemanfaatan helikopter pun bertujuan mengurangi risiko penyebaran virus COVID-19 ini. Dengan meminimalkan interaksi dengan manusia terutama penduduk desa di jalan yang biasanya kami lalui. Kami bersyukur semua prosedur yang kami terapkan sampai hari ini berhasil," katanya.
Selain melepasliarkan tujuh orang utan di Hutan Lindung Bukit Batikap, dari pusat rehabilitasi orangutan Samboja Lestari di Kalimantan Timur bersama BKSDA Kaltim juga melepasliarkan tiga orangutan di hutan Kehje Sewen.
Plt Kepala BKSDA Kalimantan Tengah Handi Nasoka menyambut baik pelepasliaran tujuh orangutan yang mana banyak kegiatan konservasi yang terganggu penyebaran COVID-19.
Dia menerangkan Hutan Lindung Bukit Batikap di Kabupaten Murung Raya terletak jauh dari Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng. Setidaknya butuh tiga hari dan dua malam untuk mencapai kamp menggunakan mobil dan perahu secara bergantian.
Oleh karena itu, adanya pilihan untuk menggunakan helikopter yang bisa memangkas waktu perjalanan dan mengurangi keharusan melintas perkampungan.
"Saya menyambut hangat upaya teman-teman Yayasan BOS yang telah menyusun dan menerapkan protokol dan prosedur baru untuk mencegah terjadinya penyebaran virus COVID-19, baik di tengah masyarakat maupun populasi satwa liar, sembari melaksanakan tugas konservasi penting," kata Handi.
BKSDA lepasliarkan tujuh orangutan
Senin, 22 Februari 2021 16:54 WIB