Banda Aceh (ANTARA) - Perguruan Tinggi di Provinsi Aceh sudah seharusnya membentuk Pusat Studi Lintas Negara dalam rangka meneliti tentang komunikasi antar budaya, perilaku dan hal lain dari kehidupan masyarakat dari berbagai negara, kata Akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dr. Abdul Rani Usman.
“Indonesia-Aceh merupakan negara transit mereka sambil menuju negara tujuan para pengungsi atau pencari suaka, khususnya yang telah terjadi beberapa kali dari etnis Rohingya, dan ini merupakan masalah bersama yang harus kita hadapi,” kata A Rani Usman di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan selama ini pengungsi etnis Rohingya yang terdampar dan tinggal di Aceh dalam jangka waktu yang lumayan lama, sebelum mereka dipindah tempatkan ke wilayah Sumatera Utara.
Ia mengatakan selama di penampungan mereka belajar tentang komunikasi antar budaya, adat istiadat, keagamaan, mereka juga belajar tentang sopan santun atau etika kehidupan masyarakat Aceh.
“Selama ini mereka juga sangat nyaman berkomunikasi dengan orang Aceh, karena ada beberapa kesamaan, kepercayaan, budaya dan juga dari segi makanannya, sehingga mereka sangat akrab dengan masyarakat sekitar terutama dengan lembaga dan para aktivis kemanusiaan yang selama ini telah menjaga mereka,” katanya.
Ia mengatakan dalam kesempatan mengunjungi para pengungsi pada acara perpisahan mereka dengan lembaga terkait seperti UNHCR, IOM, Yayasan Getanyo, PMI, ACT, Tim dari Pemerintah serta masyarakat sekitar dan mengantar paket bantuan dari Pensiunan Bank Aceh, mereka larut dalam kesedihan dan kenangan bersama para aktivis kemanusiaan dan masyarakat desa setempat, dimana selama ini mereka sudah sangat akrab dan menyatu seperti dalam satu keluarga dan mereka juga merasa tidak kekurangan, berbagai elemen masyarakat datang membawa bantuan terlebih selama bulan puasa.
Menurutnya, ke depan setiap kampus harus ada Pusat Studi Lintas Negera (PSLN), atau lebih dikhususkan kepada Pusat Studi Penanganan Pengungsi (PSPP).
Lembaga tersebut untuk meneliti dan mengkaji berbagai hal dari perspektif akademisi, dalam rangka melahirkan format yang baik dalam memberikan pelayanan dan melakukan pembinaan terhadap pengungsi.
“Akademisi memerlukan konsentrasi pembinaan pengungsi, sebab di Aceh hampir setiap tahun ada pengungsi, terutama wilayah yang rawan bencana dan juga pengungsi yang datang dari luar. Akademisi dari berbagai perguruan tinggi, terutama UIN Ar-Raniry perlu membentuk suatu lembaga atau pusat Studi Lintas Negara atau Pusat Studi Penanganan Pengungsi,” kata A Rani.
Menurut dia banyak hal yang dapat dikaji tentang penanganan pengungsi, antara lain pola komunikasi yang dilakukan, pembinaan bagi korban, penanganan trauma bagi anak-anak serta pendampingan yang dapat dilakukan bagi pengungsi.