Blangpidie (ANTARA) - Tradisi memasak kue leumang untuk disajikan ke para tamu yang datang berlebaran ke rumah masyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) masih terjaga terutama di desa-desa.
Yulianti, salah seorang ibu rumah tangga warga Desa Kepala Bandar, Kecamatan Susoh, Abdya di Blangpidie, Rabu, mengatakan memasak kue leumang membutuhkan waktu sekitar empat jam atau lima jam.
“Kue leumang ini berbahan dasar dari pulut (ketan) dicampur santan kelapa dan garam kemudian dimasukkan dalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang lalu dibakar,” jelasnya.
Cara membakar lemang kata dia harus dibagian tengah bambu yang agak dimiringkan pada tiang penyangga, sehingga masaknya rata. Kemudian bambu juga harus sering diputar agar masaknya merata.
“Sudah menjadi tradisi sehari sebelum lebaran Idul Adha atau Idul Fitri masyarakat selalu masak leumang. Jika tidak seperti ada yang kurang walaupun sudah banyak kue-kue lain dipersiapkan,” kata Yulianti.
Yusuf, salah seorang masyarakat di Kecamatan Tangan-Tangan Abdya mengatakan, tradisi masak kue leumang tidak hanya pada lebaran Idul Adha dan Idul Fitri, tapi juga dilakukan pada kenduri turun sawah.
“Biasanya saat tanaman padi di sawah sudah mulai mengeluarkan malai petani melakukan kenduri 'bunggong padee'. Disamping nasi dibungkus daun pisang, petani juga bawa leumang ke acara,” tuturnya.
Adapun kenduri bunggong padee yang digelar masyarakat setiap tanaman padi mengeluarkan malai itu sebagai upaya petani meminta kepada Allah SWT agar tanaman mereka terhindar serangan hama.