Langsa (ANTARA Aceh) - Para pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh yang di tampung di Gampong (desa) Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, mengeluhkan minimnya fasilitas MCK dan air bersih, sehingga mereka terpaksa mandi dengan air asin di pantai.
"Kami memang ramai di sini sampai ratusan orang. Karenanya fasilitas MCK dipandang masih minim. Tempat mandi juga kiranya dapat ditambah," kata Somidah salah seorang pengungsi asal Myanmar, Senin.
Selain itu, anak-anak yang berada di kamp penampungan itu juga sangat membutuhkan susu dan bubur balita, karena fisiknya masih lemah. Semantara para ibu-ibu sangat butuh pakaian dalam dan pembalut wanita. Obat-obatan juga tak kalah pentingnya.
Hal itu dibenarkan Wakil Ketua Tim Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan Syamsidar yang mengatakan, memang ada sejumlah anak-anak dan para ibu yang membutuhkan susu untuk nutrisi mereka.
Sementara ibu-ibu, kata dia lagi, butuh pakaian dalam dan pembalut.
Aktivitas bersih-bersih para pengungsi, lanjut dia, masih terbatas karena minimnya air bersih untuk mandi dan MCK kurang memadai.
"Pengungsi masih kesulitan buang air kecil dan besar. Terpaksa sebagian melakukannya di area terbuka, bahkan bau tak sedap mulai tercium. Ditambah kondisi cuacana panas, debu bercampur kotoran terhirup pengungsi yang dikhawatirkan bisa menimbulkan penyakit menular," jelas dia.
Menyangkut bantuan, terang dia, sampai saat ini terus mengalir dari masyarakat dan pemerintah daerah Kota Langsa yang peduli terhadap pengungsi Rohingya.
"Bantuan yang mengalir selama ini berupa sembako, air mineral dan pakaian bekas," tandas Syamsidar.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial dan Mobilitas Penduduk Kota Langsa Mursyidin Budiman mengakui pihaknya selama ini terus memberikan konstribusi sesuai kemampuan yang ada.
"Sesuai kemampuan dan lini sektor dinas sosial adalah dapur umum," katanya.
Untuk fasilitas lain, Mursyidin juga mengungkap kurangnya bak penampungan air yang besar untuk keperluan mandi.
"Yang mendesak saat ini selain fasilitas MCK, adalah perlengkapan mandi seperti sabun, sampo dan pasta gigi," terang dia.
"Kami memang ramai di sini sampai ratusan orang. Karenanya fasilitas MCK dipandang masih minim. Tempat mandi juga kiranya dapat ditambah," kata Somidah salah seorang pengungsi asal Myanmar, Senin.
Selain itu, anak-anak yang berada di kamp penampungan itu juga sangat membutuhkan susu dan bubur balita, karena fisiknya masih lemah. Semantara para ibu-ibu sangat butuh pakaian dalam dan pembalut wanita. Obat-obatan juga tak kalah pentingnya.
Hal itu dibenarkan Wakil Ketua Tim Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan Syamsidar yang mengatakan, memang ada sejumlah anak-anak dan para ibu yang membutuhkan susu untuk nutrisi mereka.
Sementara ibu-ibu, kata dia lagi, butuh pakaian dalam dan pembalut.
Aktivitas bersih-bersih para pengungsi, lanjut dia, masih terbatas karena minimnya air bersih untuk mandi dan MCK kurang memadai.
"Pengungsi masih kesulitan buang air kecil dan besar. Terpaksa sebagian melakukannya di area terbuka, bahkan bau tak sedap mulai tercium. Ditambah kondisi cuacana panas, debu bercampur kotoran terhirup pengungsi yang dikhawatirkan bisa menimbulkan penyakit menular," jelas dia.
Menyangkut bantuan, terang dia, sampai saat ini terus mengalir dari masyarakat dan pemerintah daerah Kota Langsa yang peduli terhadap pengungsi Rohingya.
"Bantuan yang mengalir selama ini berupa sembako, air mineral dan pakaian bekas," tandas Syamsidar.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial dan Mobilitas Penduduk Kota Langsa Mursyidin Budiman mengakui pihaknya selama ini terus memberikan konstribusi sesuai kemampuan yang ada.
"Sesuai kemampuan dan lini sektor dinas sosial adalah dapur umum," katanya.
Untuk fasilitas lain, Mursyidin juga mengungkap kurangnya bak penampungan air yang besar untuk keperluan mandi.
"Yang mendesak saat ini selain fasilitas MCK, adalah perlengkapan mandi seperti sabun, sampo dan pasta gigi," terang dia.