Langsa (ANTARA Aceh) - Satuan Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA) Pemuda Pancasila mengharapkan agar pemerintah memberi pelatihan keterampilan kepada pengungsi Myanmar dan Bangladesh, sehingga mereka nantinya bisa mencari sumber pendapatan saat berada di penampungan.
"Melatih keterampilan hidup bagi para imigran Myanmar dan Bangladesh yang ada di kamp penampungan sepertinya perlu dilakukan. Selain memanfatkan waktu luang mereka, juga bisa menghasilkan pendapatan terhadap imigran itu sendiri," kata Sekretaris SAPMA Pemuda Pancasila Kota Langsa, Sukma M Thaher di Langsa, Jumat.
Menurutnya, selama ini para pengungsi hanya menghabiskan waktu dengan duduk santai saja. Jika mereka dilatih keterampilan handycraft misalnya, tentu akan bersifat ekonomis.
Sukma memberi contoh pelatihan kerajinan tangan bordir dengan motif khas Myanmar untuk para wanita, sementara prianya dilatih membuat asbak rokok dan gantungan kunci dari bahan dasar tempurung kelapa.
"Nilai jual kedua contoh produk di atas sangat menjanjikan. Apa lagi ditunjang dengan program save Rohingya," papar dia.
Lembaganya, kata Sukma, siap memfasilitasi instruktur atau pengajar jika memang pemerintah, IOM, UNHC atau lembaga donor lain membutuhkan.
"SAPMA Pemuda Pancasila Langsa punya kader yang memang mahir membuat asbak rokok dan gantungan kunci dari tempurung kelapa. Pemerintah dan lembaga donor hanya menyediakan alat kerja saja," jelasnya.
Sementara bahan baku yang digunakan memang sangat mudah didapatkan dan hal itu tidak membutuhkan biaya besar.
"Kita dorong pemerintah agar bisa berkomunikasi dengan pihak terkait untuk melatih para migran itu," imbuh Sukma.
Berdasarkan data jumlah pengungsi Rohingya dan Bangladesh berjumlah 1.759 jiwa di empat titik tersebut dengan rincian sebanyak 564 jiwa di Punteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe.
Sebanyak 672 jiwa ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, 476 jiwa di Bireun Bayeun, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur, dan sebanyak 47 jiwa di gedung milik pemda Kabupaten Aceh Tamiang.
"Melatih keterampilan hidup bagi para imigran Myanmar dan Bangladesh yang ada di kamp penampungan sepertinya perlu dilakukan. Selain memanfatkan waktu luang mereka, juga bisa menghasilkan pendapatan terhadap imigran itu sendiri," kata Sekretaris SAPMA Pemuda Pancasila Kota Langsa, Sukma M Thaher di Langsa, Jumat.
Menurutnya, selama ini para pengungsi hanya menghabiskan waktu dengan duduk santai saja. Jika mereka dilatih keterampilan handycraft misalnya, tentu akan bersifat ekonomis.
Sukma memberi contoh pelatihan kerajinan tangan bordir dengan motif khas Myanmar untuk para wanita, sementara prianya dilatih membuat asbak rokok dan gantungan kunci dari bahan dasar tempurung kelapa.
"Nilai jual kedua contoh produk di atas sangat menjanjikan. Apa lagi ditunjang dengan program save Rohingya," papar dia.
Lembaganya, kata Sukma, siap memfasilitasi instruktur atau pengajar jika memang pemerintah, IOM, UNHC atau lembaga donor lain membutuhkan.
"SAPMA Pemuda Pancasila Langsa punya kader yang memang mahir membuat asbak rokok dan gantungan kunci dari tempurung kelapa. Pemerintah dan lembaga donor hanya menyediakan alat kerja saja," jelasnya.
Sementara bahan baku yang digunakan memang sangat mudah didapatkan dan hal itu tidak membutuhkan biaya besar.
"Kita dorong pemerintah agar bisa berkomunikasi dengan pihak terkait untuk melatih para migran itu," imbuh Sukma.
Berdasarkan data jumlah pengungsi Rohingya dan Bangladesh berjumlah 1.759 jiwa di empat titik tersebut dengan rincian sebanyak 564 jiwa di Punteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe.
Sebanyak 672 jiwa ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, 476 jiwa di Bireun Bayeun, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur, dan sebanyak 47 jiwa di gedung milik pemda Kabupaten Aceh Tamiang.