Langsa (ANTARA Aceh) – Pengamat politik dan keamanan Aceh Aryos Nivada mengutarakan jelang Pilkada serentak di “Bumi Ikandar Muda†pada tahun 2017 nanti bisa saja insiden bersejata oleh kelompok tertentu meningkat. Kendati situasi keamanan di Aceh saat ini kondusif.
“Memang saat ini situasi kondusif. Namun perlu diingat berdasarkan pengalaman sebelumnya jelang Pilkada bisa saja eskalasi kelompok bersenjata meningkat,†tutur Aryos via selularnya saat dihubungi wartawan dari Langsa, Senin siang.
Pengalaman pada pemilu sebelumya, kata dia, memang perlu menjadi pelajaran bagi aparat keamanan di Aceh. Dimana kerap terjadi insiden bersenjata yang bisa menghambat proses Pilkada.
“Upaya menggagalkan Pilkada tidak mungkin. Tapi suasana menjadi tegang ya..,†kata Aryos lagi.
Untuk itu, dia mengingatkan aparat keamanan untuk bisa mendeteksi sedini mungkin potensi gangguan keamanan saat Pilkada nanti.
Jika saat ini ada gerakan perlawanan oleh kelompok Din Minimi Cs yang meminta pemerintah mengakomodir pemberdayaan korban konflik, anak yatim dan janji politik. Maka saat Pilkada nanti bisa saja motifnya murni gesekan politik.
Menurut Aryos, paska kehadiran Danrem 011 Lilawangsa Letkol Inf A Daniel Chardin ke rumah orangtua Din Minimi beberapa waktu lalu merupakan langkah tepat dengan metode pendekatan persuasif yang lebih humanis.
“Ini cara lebih humanis dengan mengedepankan kearifan lokal dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Aceh,†imbuhnya.
Terkait maraknya kriminalitas yang terjadi selama ini, Aryos menilai faktor penyebab karena tidak terakomidirnya kepentingan kelompok tertentu dan pendistribusian pembangunan serta kesejahteraan yang tidak merata.
“Pembangunan tidak merata. Hal lain adalah para petinggi kelompok tertentu tidak memperhatikan kebutuhan dan kesusahan anggota di bawahnya,†jelas dosen politik Universitas Teuku Umar itu.
“Prilaku lupa para petinggi terhadap anggota karena sikap prakmatis dan oportunis,†lanjut Aryos.
Karenanya, menurut dia, Pemerintah Aceh harus mendesain suatu program yang bisa menampung aspirasi, pemberdayaan dan kesejahteraan kelompok eks kombatan sebagi solusi untuk meredam kekecewaan merek selama ini.
“Memang saat ini situasi kondusif. Namun perlu diingat berdasarkan pengalaman sebelumnya jelang Pilkada bisa saja eskalasi kelompok bersenjata meningkat,†tutur Aryos via selularnya saat dihubungi wartawan dari Langsa, Senin siang.
Pengalaman pada pemilu sebelumya, kata dia, memang perlu menjadi pelajaran bagi aparat keamanan di Aceh. Dimana kerap terjadi insiden bersenjata yang bisa menghambat proses Pilkada.
“Upaya menggagalkan Pilkada tidak mungkin. Tapi suasana menjadi tegang ya..,†kata Aryos lagi.
Untuk itu, dia mengingatkan aparat keamanan untuk bisa mendeteksi sedini mungkin potensi gangguan keamanan saat Pilkada nanti.
Jika saat ini ada gerakan perlawanan oleh kelompok Din Minimi Cs yang meminta pemerintah mengakomodir pemberdayaan korban konflik, anak yatim dan janji politik. Maka saat Pilkada nanti bisa saja motifnya murni gesekan politik.
Menurut Aryos, paska kehadiran Danrem 011 Lilawangsa Letkol Inf A Daniel Chardin ke rumah orangtua Din Minimi beberapa waktu lalu merupakan langkah tepat dengan metode pendekatan persuasif yang lebih humanis.
“Ini cara lebih humanis dengan mengedepankan kearifan lokal dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Aceh,†imbuhnya.
Terkait maraknya kriminalitas yang terjadi selama ini, Aryos menilai faktor penyebab karena tidak terakomidirnya kepentingan kelompok tertentu dan pendistribusian pembangunan serta kesejahteraan yang tidak merata.
“Pembangunan tidak merata. Hal lain adalah para petinggi kelompok tertentu tidak memperhatikan kebutuhan dan kesusahan anggota di bawahnya,†jelas dosen politik Universitas Teuku Umar itu.
“Prilaku lupa para petinggi terhadap anggota karena sikap prakmatis dan oportunis,†lanjut Aryos.
Karenanya, menurut dia, Pemerintah Aceh harus mendesain suatu program yang bisa menampung aspirasi, pemberdayaan dan kesejahteraan kelompok eks kombatan sebagi solusi untuk meredam kekecewaan merek selama ini.