Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan revitalisasi tambak tradisional di Kabupaten Aceh Tamiang guna menargetkan produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024.
"KKP tengah gencar melakukan program-program unggulan untuk mendongkrak produksi udang. Salah satu program yang terus dijalankan adalah melakukan revitalisasi tambak tradisional di daerah-daerah potensial, seperti di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu,
Tebe, panggilan akrab Tb Haeru Rahayu, telah melakukan peresmian klaster tambak udang vaname berkelanjutan yang ditandai dengan penebaran 2 juta ekor benur udang, termasuk penanaman bakau secara simbolis di lokasi percontohan klaster tambak udang vaname di Aceh Tamiang, 22 Desember 2021.
Menurutnya, tahun 2021 ini KKP menggandeng Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dalam merevitalisasi tambak udang tradisional.
Kesepakatan dijalin melalui Ditjen Perikanan Budidaya KKP untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perikanan budidaya yang berkelanjutan, khususnya lahan pertambakan udang yang dapat dilakukan revitalisasi menjadi klaster tambak udang yang berkelanjutan.
"Pembangunan kawasan budidaya berkelanjutan akan dioptimalkan pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi tinggi serta memiliki dukungan, baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah," katanya.
Ia berpendapat bahwa dengan adanya dukungan tersebut diharapkan dapat mendorong sistem dan usaha perikanan budidaya yang berbasis komoditas unggulan.
Pasalnya, masih menurut Tebe, KKP meyakini bahwa intensifikasi atau memutakhirkan penggunaan teknologi intensif dapat melesatkan produktivitas tambak udang yang ada di berbagai daerah.
Dia mengungkapkan kepuasan atas pembangunan Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan yang dibangun di Aceh Tamiang. Mengingat dengan jumlah 11 petak, luas tambak produksi 2,6 hektare, padat tebar 80 ekor per meter kubik serta target produksi sekitar 27 ton per siklus, adalah capaian yang luar biasa.
Untuk itu, ujar dia, klaster ini diharapkan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat sekaligus dicontoh daerah lain. “Mudah-mudahan Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan ini berhasil, sehingga nanti kita akan kembangkan lebih luas dengan melibatkan pembudidaya lainnya,” tutur Tebe.
“Meski dengan anggaran yang terbatas, KKP tetap berusaha optimal membantu mengembangkan potensi perikanan lokal di Aceh dan di seluruh wilayah Indonesia,” sambung Tebe.
Capaian yang ada ini, lebih jauh Tebe menjelaskan, adalah buah dari kerja sama antara KKP dengan Pemkab Aceh Tamiang. Diharapkan hasil panen udang vaname mampu mendongkrak pendapatan pembudidaya udang setempat, menjadi pemantik bangkitnya ekonomi masyarakat sekitar.
Pasalnya dilihat dari hasil kajian teknis, per panen para pembudidaya bisa mendapatkan sekitar lebih Rp10 juta, tiga kali upah minimum provinsi (UMP) Aceh.
Kalau UMP di sini Rp3 juta, berarti tiga kali lipat keuntungannya. “Ke depan, harapan saya, Pemkab Aceh Tamiang terus memanfaatkan sumber anggaran lain untuk mendongkrak pendapatan para pelaku budidaya. Salah satu yang direkomendasikannya berupa Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP). Sehingga subsektor perikanan budidaya menjadi penggerak ekonomi daerah bisa terwujud,” papar Tebe.
Sementara itu, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee, M. Tahang menguraikan, awalnya merupakan tambak tradisional dengan hasil panen 250 kg per hektare selama 2 siklus per tahun, namun sekarang mudah-mudahan dengan adanya Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan dapat meningkatkan produktivitasnya yakni sebesar 12-15 ton per hektare per siklus.