Banda Aceh (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku dirinya meneteskan air mata saat mendesain gedung Museum Tsunami Aceh, mengingat peristiwa gempa bumi tsunami yang memporak-porandakan Tanah Rencong pada 2004.
“Saat itu, saya belum jadi wali kota, saya sebagai arsitek, sudah mendesain banyak bangunan, tapi mendesain paling emosional dan meneteskan air mata adalah pada saat mendesain Museum Tsunami Aceh,” kata Ridwan Kamil di Banda Aceh, Minggu.
Hal tersebut diungkapkan Ridwan Kamil saat menghadiri peringatan 17 tahun
peristiwa gempa dan tsunami Aceh di kawasan Pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh.
Gempa disusul tsunami tersebut terjadi pada 26 Desember 2004 dengan magnitudo mencapai 9,1 skala richter. Gempa disusul tsunami tersebut menyebabkan 250 ribuan warga Aceh meninggal dunia dan hilang.
Ridwan Kamil menyebutkan masyarakat Aceh mempercayai dan menitipkan kepada dirinya sebuah memori kolektif melalui sebuah karya. Selama ini banyak gedung yang telah didesain, namun Museum Tsunami Aceh yang paling membangkitkan emosional.
“Saat peristiwa itu, kami yang mencintai masyarakat Aceh, mengirimkan relawan, menyumbangkan harta, mengirimkan tenaga dan mengirimkan karya, untuk kembali membangkitkan semangat masyarakat Aceh,” kata Ridwal Kamil.
Baru-baru ini, Museum Tsunami Aceh mendapatkan penghargaan sebagai destinasi wisata terpopuler se Indonesia. Menurut Ridwan Kami, gedung museum itu didesain tidak hanya untuk mengingat peristiwa tsunami tetapi juga menjadi tempat belajar tentang kebencanaan.
“Tempat belajar bagaimana anak, cucu kita bisa belajar menyambut masa depan dengan lebih baik dan lebih selamat. Museum itu sangat terbuka, saya menghadirkan tempat yang tidak angker, jadi orang-orang setiap hari, jika rindu, butuh istirahat, silakan datang tanpa harus masuk ke dalamnya,” katanya.
Di dalamnya, lanjut Ridwan Kamil, dirinya juga menghadirkan ruang pengingat, sumur doa, sekaligus menampilkan sebagian nama-nama korban gempa dan tsunami Aceh.